Tamu Kanjeng Dirgo

Surya 27 September 2016

Surya 27 September 2016

kliping 260007_1

 

 

 

 

 

 

 

 

Surya 27 September 2016

Surya 27 September 2016

Tamu Kanjeng Dirgo

Artikel: RINTAHANI JOHAN PRADANA Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang fb.com/joe pradana

SUASANA desa yang begitu tenang dengan hamparan persawahah Serta hutan jati menjadi teman’dalam perjalanan menuju ramah Kanjeng Dirgo, di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Kanjeng Dirgo ini tak lain adalah dr Radjiman Wediodiningrat. Dokter bumi  putera yang sederhana dan bersahaja.
Semenjak 2012, secara berkelanjutan kediaman salah satu tokoh penting dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) ini mulai dipugar dengan harapan lebih mampu memberikan informasi banyak tentang sosok dr Radjiman Wediodi ningrat.
Dengan luas pekarangan kurang lebih 1,5 Ha dan bangunan yang terdiri atas rumah tinggal, gudang padi, garasi, serta pelataran untuk menjemur padi.
Berdasarkan penuturan Sugimin juru pelihara rumah dr Radjiman Wediodiningrat, museum sederhana yang berada di sebelah rumah dahulu berfungsi sebagai gudang padi. “Dr Radjiman dahulu memiliki sawah yang juga luas di desa ini,” kata Sugimin.
Ruang tersebut terpisah dari rumah utama. Meski berisi informasi yang amat sederhana dan tertempel pada dinding, namun cukup membantu pengunjung mengenal sosok Kanjeng Dirgo ini.
Patung setengah badan dan tiang bendera berada di pelataran, sementara di sisi yang berseberangan dengan bekas gudang padi, terdapatarea parkir kereta kuda milik dr Radjiman Wediodiningrat.
Di bagian rumah terdapat beberapa barang peninggalan tokoh kelahiran 21 April 1879 di Yogyakarta. “Semua barang masih asli, hanya beberapa saja.yang baru, Salah satunya kursi di mang tamu itu,” ujar Sugimin sambil menunjukkan beberapa
perkakas yang masih asli.
Nampak patung, yang mungkin lebih mirip relief wajah dr Radjiman Wediodi ningrat yang semula berada di rumah salat di Solo, yang kemudian di pindahkan ke rumah tersebut. Kamar dr Radjiman Wediodiningrat berada di sisi kanan, bersisihan dengan tempat penyimpanan pusaka. Lampu-lampu lawas menggantung di plafon.
Bung Karno Melayat   
 “Dr Radjiman mulai menempati rumah ini sejak tahun 1938 yang dibeli dari orang Belanda. Beliau menempati rumah di Desa Dirgo ini hingga akhir hayatnya,” tutur Sugimin yang menjadi juru kunci sejak 1990.
Sugimin menambahkan  keterangan, sewaktu dr Radjiman wafat pada 1952, Bung Karno juga hadir ke sink Setelah wafat, rumah tersebut kemudian dikelola keluarga. Menjelang hari-hari besar nasional, biasanya diadakan acara di situs kediaman dr Radjiman Wediodiningrat ini.
Keberadaan situs ini sebenamya sangat potensial untuk dikembangkan. Seperti beberapa situs peninggalan tokoh pergerakan, keberadaan rumah dr Radjiman Wediodiningrat pada dasarnya mampu menjadi sarana belajar sejarah pergerakan nasional dari tokoh yang dikenal sederhana dan bersahaja (http://surabaya.tribtinnews com/2016/09/26/menj-tamu-kanjeng-dirgo)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.