Sibuk Mengajar, Guru Besar TAK SEMPAT MENELITI

Sibuk Mengajar, Guru Besar TAK SEMPAT MENELITI, Surya 5 Oktober 2017

Sibuk Mengajar, Guru Besar TAK SEMPAT MENELITI, Surya 5 Oktober 2017

Download Surya 5 Oktober 2017

MALANG – Tunjangan profesi dosen dan guru besar akan dipotong bila mereka tidak dapat memenuhi persyaratan berupa penelitian ilmiah atau karya seni monumental sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Riset dan Perguruan Tinggi no. 20 tahun 2017.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang (UM) Prof. Dr. Suyono, M.Pd mengatakan, peraturan tersebut merupakan bagian dari semangat pemerintah untuk untuk meningkatkan kinerja dosen ataupun guru besar terkait penelitianf Namun, saat ini mereka sering terkendala jumlah jam mengajar yang tinggi.

“Seperti saya saja misalnya, masih punya beban mengajar 14 SKS di SI dan 11 SKS S2, lalu kapan lagi bisa meneliti. Terlepas dari kemauan kuat pemerintah, masih banyak hal yang perlu dibenahi,” ujarnya saat ditemui dalam acara Conference on Learning Inovation Fakultas Ilmu Pendidikan, UM, kemarin (4/10).

Suyono melanjutkan, di Universiti Teknologi Malaysia misalnya, salah satu guru besar hanya mengajar tiga SKS dan baru satu kali saja mengajar sebanyak 6 SKS. Dengan ini, rasio dosen dan mahasiswa menjadi salah satu penyebab beban mengajar yang tinggi. Namun, terlepas dari masalahtersebut, pihaknya memaklumi apabila nantinya ada pemotongan tunjangan.

“Karena kondisinya memang seperti ini. Kami di sini berjuang dan memang masih ada kendala. Tapi marilah secara bertahap memulai dengan managemen waktu, paling tidak menulis satu jam sehari,” sambungnya.

Saat ini, menurutnya, pengelolaan waktu yang kurang efektif menjadi salah satu kendala. Suyono sendiri mengakui bila dirinya juga masih kesulitan dalam pengaturan waktu menulis penelitian. Padahal, penelitian merupakan dasar awal dari artikel, bahan ajar, maupun referensi. Untuk itu, pihaknya mendorong dosen untuk mengembangkan proposal lebih awal dan mengadakan berbagai workshop penelitian.

“Dari sekitar seribu lebih dosen di UM, baru ada 232 proposal penelitian yang masuk. Jadi workshop ini penting agar lebih banyak penelitian bermutu dan diterima di LP2M. Terlebih, sekarang ini sudah banyak tawaran dari lembaga internasional yang mau mendanai penelitian. Namun tidak banyak dosen yang tahu,” tutupnya. (ras/oci)

Leave a Reply

Your email address will not be published.