Malas Publikasi, Tunjangan Dosen Dipotong

Malas Publikasi, Tunjangan Dosen Dipotong, Jawa Pos Radar Malang 5 Oktober 2017

Malas Publikasi, Tunjangan Dosen Dipotong, Jawa Pos Radar Malang 5 Oktober 2017

Download Jawa Pos Radar Malang 5 Oktober 2017

Guru Besar Anggap Jam Mengajar Terlalu Banyak

MALANG KOTA – Ini peringatan bagi para dusen yang tidak memenuhi kewajiban publikasi ilmiah. Sebab, tunjangan profcsi dan tunjangan kehormatannya bisa dipotong hingga 25 persen. Kebijakan tersebut sudah dituangkan dalam Permenristekdikti No 20/2017 tentang Tunjangan
Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor.

Untuk diketahui, pengurangan 25 persen itu dilakukan apabila dosen dengan jabatan akademik lektor kepala dan profesor tidak bisa memenuhi kewajiban publikasi ilmiah. Kewajiban tersebut, salah satunya harus menghasilkan paling sedikit 3 karya ilmiah yang diterbitkan di jumal
intemasional, 1 karya ilmiah di jumal internasional bereputasi, dan buku dalam kurun waktu 3 tahun.

“Sebenarnya kemauan pemerintah itu jelas, yaitu supaya tunjangan yang diberikan bisa meningkatkan kinerja. Tapi, untuk memenuhi itu masih banyak hal yang hams dibenahi,” ujar Prof Dr Suyono MPd, ketua Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPP.M) saat ditemui di Universitas Negeri Malang (UM) kemarin (4/10).

Dia mencontohkan, salah satu yang harus diperhitungkan adalah jam mengajar yang sangat banyak. “Saya sendiri mengajar di S-l sebanvak 14 SKS dan S-2 11 SKS, totalnya 25 SKS,” kata Suyono. Menumt dia, kebanyakan pergnruan tinggi di Malaysia, seorang
profesor mempunyai beban mengajar 3 SKS dalam satu semester, paling banyak5 SKS. “Kaiau bebannya segitu, bisa lebih fokus untuk melakukan penelitian dan menulis publikasi,” lanjutnya

Beban mengajar yang banyak ini, diamenyatakan, salah satu akibat dari rasio dosen dengan mahasiswa yang tidak imbang. “Ini memang persoalan di Indonesia. Namun, karena sudah keluar Permenristekdikti itu, ya kita hams berjuang,” ungkapnya.

Dia menyatakan, kendala terbesar adalah soal pengelolaan waktu. ” Kaiau dalam 24 jam kita luangkan waktu 1 jam saja untuk menulis tiap hari, kita bisa produktif hasilkan publikasi,” imbuhnya. Namun, dia sendiri pun mengakui bahwa hal itu sangat sulit dilakukan secara konsisten.

Karena itu, LPPM UM berupaya memperbanyak workshop agar pe-nyusunan proposal penelitian lebih banyak dan lebih bermutu. “Karena tahun 2017 ini proposal’ yang diajukan belum banyak, hanya sekitar 232 proposal. Padahal, ada lebih dari 1.000 dosen,” ujar Suyono.

Sementara itu, menurut Prof Ir Antariksa Sudikno MEng PhD Guru Besar Umu Sejarah dan Pelestarian Arsitektur Fakultas Teknik UB, dalam menulis buku hams ada konsistensi dan komitmen. “Selama ini, saya hams menulis saat di rumab dan yang paling susah itu mencari mood yang pas. Pokoknya apa saja dilakukan supaya bisa nidis terns,” ujar guru besar yang telah menghasilkan 3 buku dalam kurun waktu 3 tahun ini. (tab/c3/lid)

Leave a Reply

Your email address will not be published.