Bulan Kunjungan ke Museum Mpu Purwa Kota Malang Diramaikan Anak-anak, Mahasiswa dan Warga Umum

SURYAMALANG.COM.COM, LOWOKWARU – Bulan kunjungan museum di Museum Mpu Purwa di kawasan Soekarno – Hatta, Kota Malang, berlangsung meriah, Minggu (25/11/2018). Acara dikemas dalam tajuk “Arek Sobo Museum”.

Tak hanya anak-anak yang datang. Tapi juga mahasiswa dan warga umum. Pemandu kunjungan ke museum adalah Dwi Cahyono, dosen Universitas Negeri Malang (UM).

“Bulan kunjungan museum dan Hari Anak Internasional kami jadikan satu. Namun yang datang tak hanya anak-anak,” jelas Dwi pada SURYAMALANG.COM di sela acara.

Acara diawali dengan parade tari nusantara dari mahasiswa angkatan 2016 Prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik Fakultas Sastra UM. Beragam tari nusantara disajikan dalam durasi pendek, seperti Tari Reog Ponorogo, Remo, Tari Panjalu, dll. Setelah itu, peserta Arek Sobo Museum langsung diajak menjelajah museum.

“Ayo mulai menjelajah museum. Dimulai dari halaman depan,” ujar Dwi pada peserta. Ia mengarah ke master piece museum yaitu arca yang ada di sebelah barat. Ini masuk kategori tataran arca budha.

“Cirinya sederhana. Pakai sorban sebelah kiri sampai pergelangan tangan. Pada bagian atasnya unik. Kepalanya plontos atau disebut budha gundul,” jelasnya. Budha gundul di Jawa Timur hanya ada dua.

Yaitu di arca Joko Dolok di Jl Taman Apsari Surabaya yang merupakan perwujudan Kertajaya dan arca gundul di Mpu Purwa. Paparan kemudian berlanjut ke arca batu yang ada di kanan kiri museum. Biasanya arca itu ada di pipi tangga. Bentuknya makara yang merupakan penyatuan dari dua binatang. Nampak ada belalai gajah dan hewan lainnya.

Masih di halaman museum, peserta diajak ke batu yoni berbentuk bujur sangkar. Di yoni itu ada alur atau cerat air. Sehingga asumsinya ada alur air yang mengalir di atasnya dan menggenang di bawahnya. Air yang terwadahi itu kemudian mengalir ke bawah lewat ceratnya.

“Akhirnya jadi tirta atau air suci. Yoni dipakai sebagai media pensakralan,” paparnya.

Penutup yoni dikatakan dia ada lingga namun tidak ada disana. Dari halaman, peserta diajak masuk ke dalam museum yang ber-AC.

Di sana juga ada arca ganesya tanpa kepala. Ternyata arca itu sebelumnya pernah di Hotel Trio.

“Kenapa ada sampai di hotel? Karena Hotel Trio dulu sebelumnya museum Malang. Jadi, sebelum ada museum Mpu Purwa, Kota Malang sudah punya museum,” terangnya.

Namun, sebelum di museum, arca itu ada di halaman depan asisten residen Malang di dekat Alun-Alun Malang pada 1930 an.

“Kalau sekarang ini kantor pos Malang,” jelasnya. Akhirnya dipindah ke museum Malang. Ia menyatakan, arcanya menarik namun sayang tidak ada kepalanya karena patah.

Wiwik Wiharti Rodiah, Kasi Jaranitra dan Permuseuman Disbudpar Kota Malang menyatakan sejak dibuka pada 14 Juli 2018, jumlah kunjungan mencapai 1000-an.

“Kebanyakan memang anak-anak sekolah dan mahasiswa,” tandasnya.

Namun jika sejak dini anak sudah diajak ke museum, diharapkan senang belajar sejarah selain sambil rekreasi.

Katanya, di museum dibuat tidak membosankan. Ada diaroma yang membuat enak belajar sejarah karena ada visualnya. Di museum ini, untuk pegawainya dibantu dari BPC Trowulan.

Salah satunya baru lulus sebagai kurator museum. Idealnya, lanjut Wiwik, masing-masing ada kurator dan edukator. Begitu juga cagar budaya lainnya di Malang yang cukup banyak, seperti Candi Badut, di Ki Ageng Gribig, Merjosari dll.

Tahun depan, bulan kunjungan museum tetap diadakan agar warga makin senang ke museum. Ia menyatakan juga sangat terbantu pada pengunjung yang mempublikasikan di media sosial. Sehingga makin mengenalkan museum Mpu Purwa yang berlantai dua itu.

Sumber dari; http://suryamalang.tribunnews.com/2018/11/25/bulan-kunjungan-ke-museum-mpu-purwa-kota-malang-diramaikan-anak-anak-mahasiswa-dan-warga-umum?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published.