BONUS DEMOGRAFI DI TENGAH PANDEMI

05-06-2020 / 08:00 WIB

Oleh : Djajusman Hadi

Penemu, Penulis, dan Kasubag Registrasi Universitas Negeri Malang

Akan menjadi sukses jika kita mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang maju dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Momentum tersebut tentu menjadi peluang strategis bagi Indonesia untuk melakukan percepatan pembangunan ekonomi, dengan dukungan ketersediaan sumber daya manusia usia produktif dalam jumlah signifikan. Namun di sisi lain, bonus demografi dapat menjadi bencana apabila tidak dipersiapkan dengan baik, salah satu risikonya adalah terjebaknya Indonesia dalam middle income trap atau situasi ketika suatu negara sudah mampu mencapai kelas pendapatan menengah, tetapi tidak dapat naik ke kelas negara maju. Akankah pemuda siap menyambut datangnya bonus demografi di Indonesia? Hal tersebut merupakan tantangan bagi pemuda di Indonesia, jika pemuda hari ini sudah mulai siap maka bonus demografi mendatang akan menjadi peluang bagi generasi muda saat ini.

BONUS DEMOGRAFI DI TENGAH PANDEMI

Djajusman Hadi/Penemu, Penulis, dan Kasubag Registrasi Universitas Negeri Malang

Data BPS 2018, jumlah generasi millennial berusia 20-35 tahun mencapai 24 persen, setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif (15-64 tahun). Tidak salah bila pemuda disebut sebagai penentu masa depan Indonesia dan itulah yang disebut sebagai bonus demografi. Dalam membumikan semangat pemuda menyongsong Bonus Demografi tentu kita harus tetap menumbuhkan semangat nasionalisme agar menjadi bangsa yang maju, berdaya saing, bermartabat, mandiri, dan sejahtera. Dengan semangat kebangkitan pemuda sudah seharusnya saling bahu membahu, dan bersatu bekerja demi kemajuan dan martabat bangsa. 

Polemik memanas lumpuhnya perekonomian yang ditengarai merajalelanya wabah Corona virus akhir-akhir ini harus segera dieliminasi secara masal oleh kekuatan  nasionalisme dalam rangka menyongsong Bonus Demografi. Di tengah pandemi ini, kita gelorakan semangat nasionalisme melalui empat pilar kebangsaan, yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Tidak ada jaminan bagi sebuah bangsa dan negara untuk bertahan secara kekal tanpa adanya kebulatan tekad dari seluruh masyarakat dan bangsanya untuk mempertahankan sendiri negara dan bangsanya.

Jaminan kesehatan merupakan aktor penting dalam menghadapi era bonus demografi di masa pandemi Covid-19 ini, salah satunya adalah peran pemuda dalam melakukan audit lingkungan menuju kawasan new normal yang sehat dan terbebas dengan virus corona. Hal tersebut semata-mata menjadi sebuah langkah menuju tatanan hidup yang sehat dalam menyambut bonus demografi mendatang di Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia tengah dirundung virus mematikan yang semakin pesat penyebarannya, maka diperlukan sikap dan semangat hidup yang sehat dalam mengantisipasi penyebaran virus.

Dalam memaknai Bonus Demografi di tengah pandemi ini, dapat didoktrin semangat pemuda sesuai dengan disiplin ilmu dan latar belakang yang dimiliki masing-masing individu. Setiap bangsa di dunia mempunyai dasar atau landasan, kekuatan, dan daya dorong bagi perjuangannya, yang berupa jiwa semangat dan nilai-nilai untuk mencapai cita-cita nasionalnya. Begitu juga Indonesia telah memiliki jiwa, semangat dan nilai-nilai perjuangan yang merupakan akumulasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, pembelajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembelajaran sejarah sebenarnya memiliki makna yang strategis. Sejarah dalam hal ini merupakan totalitas dari aktivitas manusia di masa lampau dan sifatnya dinamis.

Semangat Nasionalisme

Maksudnya bahwa masa lampau itu bukan sesuatu yang final tetapi bersifat terbuka dan terus berkesinambungan dengan masa kini dan yang akan datang. Sejarah dapat diartikan sebagai ilmu yang meneliti dan mengkaji secara sistematis dari keseluruhan perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di masa lampau dengan segala aspek kejadiannya untuk kemudian dapat memberikan penilaian sebagai pedoman penentuan keadaan sekarang, serta cermin untuk masa yang akan datang.

Semangat nasionalisme harus ditumbuhkan mengingat sejarah bangsa dan sebagai generasi muda harus mengingat jerih payah dan keringat serta darah para pendiri negara, dengan demikian harus kita implimentasikan untuk mencintai bangsa dan negara. Tumbuhkan rasa ikatan yang kokoh dalam satu kesatuan dan kebersamaan sesama anggota masyarakat tanpa membedakan suku bangsa agama, ras, adat istiadat dan golongan, karena dengan mengingat sejarah, kita dapat memetik nilai-nilai karakter bangsa sehingga dapat untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan wawasan kebangsaan.

Mungkin hanya pemimpin negeri ini yang bisa menjawabnya apakah kita masih terbelenggu dari kebodohan, kemiskinan yang selalu berada di depan mata kita. Renungan singkat ini merupakan sebuah refleksi dan pemikiran kebangsaan bagi rakyat Indonesia pada umumnya dan pemimpin negeri ini pada khususnya untuk melakukan konsolidasi dalam menghadapi persoalan-persoalan kebangsaan.

Revitalisasi seluruh nilai-nilai kebangkitan nasional yang terkristalisasi dalam Kemeredekaan Indonesia pada dasarnya menganjurkan soliditas kebangsaan sebagai panduan yang harus segera diwujudkan dalam tata kelola ekonomi, politik, sosial, dan budaya demi mencapai Indonesia yang adil dan makmur.

Akan tetapi, ada hal lain yang harus kita ingat bahwa kekecewaan anak bangsa terhadap realitas kehidupan tidak jarang mengambil bentuk yang agak abstrak dan subyektif, yang pada gilirannya melahirkan negatifisme dan maksimalisme. Dalam kaitan ini, negatifisme menandai hubungan mereka yakni generasi muda dengan generasi tua, sementara maksimalisme mendorong mereka untuk menuntut segala sesuatu secara optimal, yang kemudian malah mengaburkan kemampuan mereka untuk mengapresiasi masalah-masalah sosial dan politik secara obyektif dan arif.

Nasionalisme yang berdimensi keadilan dan kesejahteraan rakyat adalah obyek untuk dibangun. Transformasi SDM, dalam hal ini mahasiswa yakni dengan jalan mengarahkan romantisme dan idealisme mereka benar-benar perlu mendapat tempat dan perhatian secara bijak. Sebab jika tidak, akan terbuka kemungkinan putera bangsa ini menempuh cara-cara inkonvensinal. Alhasil akan terjerembab ke dalam ekstrimisme mentah (juvenile extremism) yang justru akan merugikan masyarakat dan mereka sendiri. Untuk itu, pembangunan bangsa melalui dasar Pancasila itu sangat tepat dalam rangka transformasi pemuda menyambut Era Bonus Demografi. Optimisasi akan melahirkan penerus yang juga memiliki dan memberikan sesuatu yang bermakna untuk Indonesia. (*)

Sumber dari: https://www.malangpostonline.com/Page/Opini/2020-06/38746/bonus-demografi-di-tengah-pandemi

Leave a Reply

Your email address will not be published.