Blue Print Pendidikan Harus Jadi Lompatan Mutu

Rabu, 25 Des 2019,

MALANG – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim tengah menyusun cetak biru (blue print) pendidikan. Naskah tersebut akan rampung kurang lebih dalam waktu enam bulan mendatang.

Bahkan, kebijakan Merdeka Belajar juga akan memiliki cetak biru sendiri. Khususnya terkait Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang sudah tidak relevan dan membuat siswa tidak berkembang akan digantikan dengan Ujian Sekolah (US).

Menanggapi rencana Kemendikbud tersebut, pakar pendidikan Universitas Negeri Malang (UM) Prof. Waras Kamdi, memaparkan sejauh ini Indonesia belum memiliki cetak biru pendidikan nasional jangka panjang.

“Cetak biru yang selama ini lebih berupa Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta turunan-turunannya, naskah akademik mengenai paradigma pendidikan nasional sudah cukup banyak,” ujar Prof. Waras.

Naskah tersebut misalnya yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Paradigma Pendidikan Abad XXI dan Kajian Arah Kompetensi 2045. AIPI juga menerbitkan buku putih tentang Pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 dan lainnya.

Hanya saja, desain besar pendidikan nasional masa depan Indonesia memang belum ada. Untuk itu, cetak biru pendidikan dari Kemendikbud sangat penting sebagai pegangan nasional yang lebih terencana untuk reformasi pendidikan nasional ke depan.

“Tetapi saya dengar cetak biru pendidikan masih pada taraf didiskusikan internal, nanti penyusunannya akan melibatkan sejumlah pakar dan praktisi pendidikan,” jelasnya.

Prof. Waras melanjutkan, pihaknya belum tahu pasti cetak biru seperti apa yang dimaksud. Seberapa panjang jangkauan waktu, apakah dalam jangka 5 tahun atau jangka panjang 25 tahun ke depan hingga masa Indonesia Emas 2045 atau bahkan lebih.

Tahun 2020 adalah tahun pertaruhan pendidikan, bonus demografi benar-benar menjadi bonus ekonomi bagi negeri ini jika pendidikan berhasil mendidik mereka menjadi manusia produktif.

Jika Indonesia Emas 2045 dijadikan tujuan, dalam waktu 25 tahun ke depan pendidikan sebaiknya mengalami lompatan mutu. Blue print pendidikan baru sangat diperlukan agar secara jitu memandu pendidikan di semua level untuk memenangi bonus demografi tersebut.

“Menurut saya cetak biru (blue print) pendidikan, pertama harus bertumpu pada idealisasi (cita-cita) bangsa ini yaitu idealisasi manusia Indonesia yang DNA-nya berbeda dengan bangsa-bangsa lain,” papar Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan ini.

Kedua, cetak biru pendidikan juga harus bertumpu pada kekayaan sumber daya alam dan budaya dengan segala ragamnya. Potensi aset Indonesia tidak banyak dimiliki bangsa lain, sehingga jika pendidikan bisa menghasilkan manusia-manusia yang mampu mengubah keunggulan potensi aset nasional maka negara tercinta akan menjadi pemenang.

Ketiga, cetak biru bertumpu pada kebutuhan belajar masa depan. Ini yang tidak mudah lantaran dari disrupsi ke disrupsi di segala bidang terjadi dalam masa yang makin pendek, sementara pendidikan adalah proses panjang. Sedangkan manusia hanya sebatas bisa memprediksi (meraba-raba) tentang apa yang disebut kebutuhan belajar masa depan tersebut.

Keempat, cetak biru pendidikan masa depan berparadigma baru. syarat perubahan adalah dengan melakukan migrasi mindset tentang pendidikan dari zona fix mindset ke growth mindset seperti disarankan oleh Carrol Dweck.

“Kelima, cetak biru pendidikan masa depan harus bertumpu pada platform teknologi, terutama teknologi digital, yang memberi kemudahan bagi pendidik dan peserta didik dalam proses belajar,” urainya.

Keenam, cetak biru pendidikan juga tidak bisa berdiri sendiri dari skenario besar ekonomi, industri, dan kehidupan masyarakat Indonesia masa depan. Berhasil membuat cetak biru pendidikan menuju 2045 dan mewujudkan puncaknya di Indonesia Emas 2045 diyakini Indonesia akan memimpin dunia menuju Abad ke-22. (lin/oci)

Sumber dari: https://malang-post.com/berita/detail/blue-print-pendidikan-harus-jadi-lompatan-mutu

Leave a Reply

Your email address will not be published.