UM Baru Memiliki 104 Gubes, Termasuk Lima Gubes Baru Dikukuhkan

 

SURYAMALANG.COM|MALANG-Universitas Negeri Malang (UM) menambah lima guru besar (gubes). Mereka dikukuhkan pada Kamis (11/8/2022) di Graha Cakrawala.

Mereka adalah Prof Dr Ponimin MHum dari Fakultas Sastra sebagai gubes bidang penciptaan dan pengkajian seni. 

Kemudian Prof Drs Burhanuddin MEd PhD dari Fakultas Ilmu Pendidikan.

“Pengukuhan gubes ini tidak semata seremoni tapi bermakna bagi UM kedepannya. Yaitu agar  UM dikenal sebagai unggul dan jadi rujukan Asia dan dikenal dunia,” kata Rektor UM Prof Dr AH Rofi’uddin MPd di acara pengukuhan.

Jumlah gubes UM ada 104 dan belum cukup dari ketentuan 20 persen dari 1200 dosen UM.

“Harusnya mencapai 240 gubes. Sekarang ada 104. Maka sisanya didorong untuk mencapai itu,” kata dia.

Di negara-negara maju, peran guru besar atau profesor sangat besar. Terutama di kampus-kampus kelas dunia. Bukan di rektor.

Dalam pidato pengukuhan Prof Komang mengangkat tentang “Perspektif Geografi Dalam Kajian Kualitas Hidup Lansia”. “Sekarang jumlah lansia makin meningkat. Sedang  angka kelahiran mengecil,” katanya.

Angka harapan hidup lansia di atas usia 70 tahun terutama bagi wanita.  

Para lansia banyak tinggal sendiri karena anak mereka berumah tangga. Namun dalam penelitiannya, ia tidak mengusulkan mereka dikirim ke panti jompo kecuali tidak punya siapa-siapa. Ia meneliti lansia di dua desa di Kota Batu. Di Desa Gunungsari, lansia masih produktif karena merupakan desa penghasil bunga mawar. 

Beda dengan lansia di Desa Sumberejo yang dekat kota. Mereka kurang bisa produktif karena tidak ada kegiatan buat lansia.

“Lingkungan memang mempengaruhi. lansia bekerja untuk berkegiatan bukan semata mencari upah,” katanya. Faktor yang paling berpengaruh dari hasil kajiannya adalah faktor rekreasi.

“Kalau lansia pria suka memelihara burung. Suara burung dekat dengan alam. Jalan-jalan bagi lansia juga menyenangkan,” jelas Kaprodi Pascasarjana Pendidikan Geografi UM ini.

Kunjungan ke cucu atau obyek wisata juga menyenangkan bagi lansia. Namun sayangnya, obyek wisata belum semuanya ramah lansia. Puskemas lansia juga dibutuhkan.

“Sekarang ini ada tren meningkat dimana ortu pilih hidup sendiri terutama perempuan. Nah, ini elder care nya siapa yang mengasuh?,” ujarnya.

Sedang Prof Eddy menceritakan proses dia menjadi gubes yang relatif cepat.

“Syarat utama jadi gubes adalah jurnal internasional bereputasi. Kalau UM tidak punya stimulan percepatan gubes, mungkin saya belum jadi gubes,” ceritanya.

Dalam kurun waktu empat bulan, SK gubesnya turun. Sedang Prof Dwi Agus menjelaskan tentang pentingnya pembelajaran berbasis proyek interdisipliner.

“Ini penting karena  perubahan kurikulum yang akan mengarah pada pembelajaran berbasis proyek,” ujarnya.

Ia mencontohkan implementasi di pendidikan kejuruan menjadi sangat utama.

“Karena sejak adanya revitalisasi SMK, project based learning jadi bagian tak terpisahkan. Kemudian berkembang pusat keunggulan. Sekarang ini perhatian pemerintah dalam pendidikan vokasi begitu tinggi,” kata dosen Prodi Pendidikan Teknik Mesin FT UM ini.

Sedang Prof Burhanuddin menyampaikan tentang mengembangkan budaya organisasi di dalam memimpin masa depan universitas. 

Model kepemimpinan partisipatif banyak diterapkan dalam kepemimpinan universitas di negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia dan di Eropa.

Semakin kuat budaya organisasi, maka semakin kuat pimpinan dalam mendorong mensukseskan program mereka melalui manajemen yang efektif.

Pemimpin harus paham betul dg situasi dan tugas yang mereka hadapi.

Sedang Prof Ponimin mengangkat pidato tentang “Penciptaan Seni Berbasiala Potensi Lokal Sebagai Penguat Eksistensi Artistik Kenusantaraan Era Global: Studi Kasus Penciptaan Seni Karya”.

Menurutnya, apa yang dilakukan baik pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat mengantarkannya jadi gubes, termasuk menulis di jurnal bereputasi.

Sumber|https://suryamalang.tribunnews.com/2022/08/11/um-baru-memiliki-104-gubes-termasuk-lima-gubes-baru-dikukuhkan?page=all