Setiap Tahun Kampus Mitra LPDP Berubah

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Dr M Sofwan Effendi MEd, Direktur Beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu hadir di kegiatan Klinik Beasiswa LPDP di gedung Sasana Budaya Universitas Negeri Malang (UM), Minggu (3/3/2019). Di acara itu ada beberapa pertanyaan yang diajukan peserta.

Seperti Anggi yang menanyakan mengapa kampus yang dituju tiba-tiba hilang. Hal ini ternyata kebijakan penentuan kampus mitra LPDP berubah setiap tahunnya. Kampus mitra LPDP selain di dalam negeri juga di luar negeri.

“Ada kebijakan itu dan kampus-kampus yang diakui LPDP harus sesuai kriteria LPDP,” jelas Sofwan.

Tak hanya diakui lembaga pendidikan tingginya, juga pilihan prodinya. Seperti masuk 50 top prodi dunia atau perguruan tingginya masuk 10 top dunia bagi beasiswa reguler.

Namun kadang prodi pilihan yang tidak sesuai kepentingan calon penerima beasiswa. Ia menyebut mendapat usulan dari KPK dan Polri tentang kebutuhan prodi investigasi penyelidikan yang hanya ada di salah satu perguruan tinggi di luar negeri. Dan itu tidak masuk dalam daftar mitra LPDP.

“Sehingga KPK atau Polri tidak butuh prodi ekonomi atau manajemen. Ini bisa dilakukan. Caranya, pimpinan lembaga bisa berkirim surat dengan alasan prodi itu diperlukan,” jelas dia. Hal serupa juga bisa dilakukan pimpinan lembaga pendidikan atau rektor.

Misalkan ketika memilih prodi di luar ketentuan dengan alasan prodinya bagus dan dibutuhkan. “Kami akan melihat prodi-prodi spesifik itu,” jelasnya. Pada tahun ini, ada 4000 penerima beasiswa.

Sebanyak 80 persen untuk bidik misi baik dosen, mahasiswa dan pegiat seni. Juga 1/3 dari beasiswa itu buat daerah 3 T atau afirmasi. Total jumlahnya 1500 per tahun. Untuk itu, LPDP bekerjasama dengan pemerintah daerah.

“Rata-rata dari anak 3 T lemah di Bahasa Inggris. Untuk itu, kami memotivasi dengan memberi pengayaan Bahasa Inggris dulu maksimal sampai setahun,” jelas dia. Beda dengan reguler, beasiswa buat afirmasi dari sisi usia bisa sampai 40 tahun. Jika lainnya maksimal 35 tahun.

“Sedang untuk program doktor maksimal 45 tahun untuk daerah 3T,” kata dia. Ia juga menyampaikan ada kebijakan baru dengan melibatkan reviewer dari profesional. Tujuanya agar tak hanya melihat dari sisi akademiknya. Tapi juga bagaimana usai lulusnya apakah bisa bekerja.

Misalkan jika kuliah di ekonomi, maka diprotret oleh reviewer dari perbankan. Tujuannya memitigasi pasca lulus. “IP nya 4.0. Jika jadi banker bisa gak? Karena itu ada reviewer dari profesional agar usai lulus bisa berkiprah,” jawab dia.

Sementara dalam dialog interaktif mengangkat tema “Menyiapkan Generasi Era 4.0 Melalui Peningkatan Pendidikan, Kepemimpinan dan Kewirausahan” menampilkan Wakil Rektor I Universitas Negeri Malang, Prof Dr Budi Eko Soetjipto MEd MSi. Juga

Juga ada Falma Kemalasari BSc MSc, Ketua Mata Garuda yang berisi para alumni LPDP dan Rezza Deviansyah MGlob, alumni LPDP yang juga pemilik bolehbaca.com. Menurut Budi, pendidikan itu sesuatu yang penting ntuk memperbaikk kualitas hidup.

“Bahkan saat pensiun pun harus tetap belajar,” kata mantan Dekan FE UM ini. Ini juga berlaku bagi mereka yang sudah berhasil dalam pekerjaan. Tetap harus belajar menghadapi tantangan, membuat inovasi-inovasi dll.

Sedang Rezza yang kini berwirausaha dengan platform bolehbaca.com menyoroti naik turun IP nya saat S1 di Sastra Inggris lalu. “Saya S1 lima tahun. SD sampai SMA ya normal saja. Sekolah di negeri. Tapi saat SI kayak railcoaster nilai IP saya,” jelas dia.

Katanya, IP nya pernah dibawah 2. Tapi ia berhasil mendapat beasiswa LPDP S2 di Australian National University. “Saya paling lama dikulik reviewer LPDP sampai 80 menit,” kisahnya. Ia memilih prodi di peringkat 7 dunia di universitas itu. Ia angkatan ketiga prodi itu dan merasa mengena dengan semua mata kuliahnya.

Setelah dari Australia, mendirikan bolehbaca.com setelah pernah merasakan jadi dosen sebentar. Pulang ke Indonesia, ia mengirimkan buku-bukunya sebanyak 1 ton. Daripada hanya dikasihkan saja ke orang lain, maka dengan aplikasi itu, semua orang bisa mengakses buku-buku itu.

Dari pengalaman berwirausaha, ada suka duka. “Seorang wirausaha di era 4.0, tak hanya berani bertindak, tapi juga harus bisa memanajemen, membaca peluang dan tantangan,” kata dia.

Sumber dari: http://suryamalang.tribunnews.com/2019/03/03/setiap-tahun-kampus-mitra-lpdp-berubah?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published.