Selalu Datang Lebih Awal di Sekolah

Jawa pos Radar Malang 28 Desember 2016

Jawa pos Radar Malang 28 Desember 2016

scan Desember0002_1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jawa pos Radar Malang 28 Desember 2016

Jawa pos Radar Malang 28 Desember 2016

Sutikno, Kepala SMPN 11 yang Hat-trick Juara Kepala Sekolah Terbaik

Selalu Datang Lebih Awal di Sekolah

Sutikno, kepala SMPN 11 Kota Malang ini bisa menjadi teladan. Misalkan saja, dia selalu datang lebih awal di sekolah untuk memberi contoh kepada siswa-siswi dan para guru. Selain itu, dia juga berhasil dalam memimpin. Hal ini terlihat dari raihan tiga penghargaan (hat-trick) sekaligus pada program bertajuk Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah di Kota Malang, 22 Desember 2016.

KISNO UMBAR

SENIN lalu (26/12), pukul 09.00 WIB, Sutikno tengah santai duduk di rumahnya.Saat itu, wartawan koran ini juga tiba di rumahnya yang terletak di Jalan Moch. Rayis Kav 44, RT 6, RW 3, Kekrrahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. “Maaf, tidakjadiketemudi sekolah, Mas. Lupa kalau cuti bersama,” ujar dia membuka obrolan pagi itu.
Sejuknya udarapagi di Kelurahan Mulyorejo, mengiringiobrolan yang berlangsung satu jam itu. Ayah dari tiga anak tersebut berkisah, bagaimana proses yang dia tempuh dalam pengabdian di dunia pendidikan sejak 1988 silam.
Suami Lilik Sulastri ini menyatakan, sudah 28 tahun berproses. Untuk itu, dia butuh keuletan, ketelatenan, dan juga keikhlasan dalam mengabdikan diri.
Menurut dia, tidak mudah mengabdi di dunia pendidikan di masanya dulu. Mungkin sekarang, guru lebih sejahtera dengan adanya berbagai tunjangan. Tapi dulu? “Dulu, guru belum sejahtera seperti sekarang Mas,” ujar laki-laki kelahiran 21 Juni 1964 ini sambil menawarkan suguhan yang telah dihidangkan sebelumnya.

Tak Pernah Marahi Guru, Terima Masukan dari Siswa

Namun, laki-laki kelahiran Malang itu tetap berkomitmen, karirnya mulai dari guru hingga kepala sekolah diyakini sebagai salah satu wujud ketekunan dalam dunia pendidikan. Baginya, pada 2016 ini menjadi masa spesial. Sebab, pengabdiannya dalam dunia pendidikan selama puluhan tahun itu diganjar predikat sebagai Kepala Sekolah Terbaik SMP Negeri di Kota Malang 2016.
Predikat itu dia peroleh di antara 27 SMP Negeri lainnya dalam program bertajuk Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah yang kali pertama diadakan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang dan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (FIP UM) bekerja sama dengan Jawa Pos Radar Malang, 3-22 Desember 2016.
Tidak hanya itu saja, putra dari pasangan (aim) Sai’in dan (aim) Kartini tersebut juga menjadi pengukir sejarah dengan prestasi kasek yang gemilang. Sebab, selain terpilih sebagai Kasek Terbaik SMP Negeri, dia juga dinobatkan kasek terbaik dalam dua aspek sekaligus. Yaitu, aspek kepribadian dan sosial serta aspek manajemen sumber daya.
Dia menyisihkan 251 kepala sekolah negeri, mulai tingkat TK hingga SMA/SMK yang ada di Kota Malang saat acara puncak yang diadakan di Graha Cakrawala UM, Kamis lalu (22/12).
“Saya betul-betul tidak menyangka apa yang terjadi pada Kamis lalu (22/12),” kata laki-laki berusia 52 tahun tersebut. Bahkan, dia mengira tidak akan terpilih sebagai nominasi.
Namun, perkiraannya itu tidaklah benar. Yang ada, justru dia hampir mendapatkan empat penghargaan sekaligus. Sebab, Sutikno juga masuk nominasi kasek terbaik dalam aspek supervisi.
Kata dia, saat namanya disebut master of ceremony (MC) di podium sebagai salah satu nominasi, detak jantungnya berdebar lebih kencang. ’’Antara yakin dan tidak, maju podium atau hanya nominasi saja,” ungkap dia yang pernah menjadi guru di SMPN Pandaan 1 pada 1988 silam.
Saat itu, rasanya tak menentu. Namun, dia berusaha menenangkan diri. Ternyata namanya terpilih. Maka, rasa syukur tiada tara dia ungkapkan di lubuk hati terdalam. Dak, dik, duk, der, dalam hatinya terbayarkan.
Eh, ternyata tidak hanya itu, beberapa kali nama Sutikno disebut. Tapi, dia yang pernah menjadi guru di SMPN 2 Kota Malang pada 1990-2008 itu, tidak berharap. Kata dia, biarkan yang lain saja yang maju. Kerelaan Sutikno ini justru membuatnya dipanggil dan maju ke podium lagi hingga dua kali.
Matanya berbinar, menampakkan rasa syukur, mengingat acara puncak itu. Dia terdiam sejenak untuk menyeruput secangkir kopi di hadapannya. ’’Prinsip saya sebagai kepala sekolah, slap ditempatkan di mana saja,” papar dia yang pernah menjadi kepala SD Negeri Polehan 2 Kota Malang, pada 2009-2010.
Sutikno menyatakan, masa menjadi kepala sekolah paling lama yang dia tempuh di SMPN 11 Kota Malang. Tepatnya, 4 tahun lebih lima bulan, terhitung sejak 2012-2016.
“Saya sangat puas memiliki waktu yang lama di SMPN 11 Mas. Waktu yang cukup bagi saya untuk melakukan progam perbaikan sekolah,” ujar dia yang sebelumnya juga menjabat kepala SMPN 22 Kota Malang, pada 2010-2012.
Obrolan pagj itu masih berlanjut. Alumnus SD Negeri Klayatan 3 Kota Malang itu mengungkapkan, sekarang ini merupakan periode kedua baginya menjadi kepala sekolah di Malang. Pengalaman empat tahun sebelumnya sudah cukup untuk evaluasi dan pengembangan diri.
Kesempatan menjadi kepala sekolah di SMPN 11 Kota Malang, betul-betul dimanfaatkan dengan serius. Banyak perubahan yang dilakukan olehnya. Salah satunya membawa sekolah ini meraih Adiwiyata Provinsi.
Sebagai sosok kasek yang memiliki keunggulan kepribadian, Sutikno tidakpemah marah pada para guru dan siswa-siswanya. Dia sangai menjaga perasaan atas apa pun kesalahah yang mereka lakukan, ‘Saya hanya mengembalikan kepada mereka agar menilainya sendiri. Baru saya beri masukan,” ujar alumnus SMPN 9 Kota Malang tersebut. terapkan di sekolah, selain memberikan teladan untuk hadir lebih awal. Dia membeberkan, juga menerapkan sistem buttom up (dari bawah ke atas), bukan top-down (dari atas ke bawah). Tujuannya mendorong para guru agar memberikan gagasan untuk perubahan sekolah yang lebih baik.
Hal itu di’dukung dengan kepercayaan yang diberikan Sutikno pada mereka secara langsung. Seperti saat mengajukan pembaruan media pembelajaran, langsung dia pasrahkan kepada yang bertanggung jawab. Kasek tidak intervensi dalam pelaksanaannya.
Tidak hanya kepada para guru, Sutikno juga memberikan ruang kepada siswa-siswinya untuk berpendapat agar sekolah peduli lingkungan. Salah satu usulan mereka adalah membuat taman yang ada di sudut depan sekolah sebelah kiri. “Saya tidak malu menerima gagasan mereka. Sudah waktunya memberikan mereka ruang,” imbuh alumnus SMA Negeri 5 Kota Malang tersebut.
Sehingga, dia melanjutkan, karakter para guru dan siswa-siswi terbentuk. Dan ini bisa terus menular pada rekan guru dan siswa-siswi lainnya.
Upaya yang dia rancang ini berhasil dalam menarik para gum dan siswa-siswi berperan bersama. ’’Sehingga persoalan sekolah tidak dipikirkan kasek sendiri. Namun, juga seluruh warga sekolah ikut berperan aktdf,” tandas alumnus IKIP Malang (sekarang UM) tersebut. (*/c2/lid)

Leave a Reply

Your email address will not be published.