Selain Industri Tempe, Kampung Sanan Mulai Kembangkan Suvenir Batu Hias

Malang, SERU.co.id – Tumbuh kembangnya Kampung Tematik Kreatif di Kota Malang, mendorong Kampung Sanan yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi kuliner tempe, memunculkan ikonik suvenir selain kuliner, yakni suvenir batu hias.

Dalam mewujudkan hal itu, mereka menggandeng para dosen dan mahasiswa program studi seni rupa, jurusan seni desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang (UM). Mereka mendapatkan pelatihan pembuatan suvenir khas batu hias sebagai salah satu bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) UM, mulai Sabtu (5/9/2020) hingga Sabtu (26/9/2020).

Agung, Trinil, dan Muarib, menunjukkan suvenir batu hias khas Sanan. (rhd)

Ketua tim PKM, Drs Anak Agung Gde Rai Arimbawa, MSn, menjelaskan, selama ini batu kali (koral) belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di bidang seni. Padahal jika bebatuan tersebut diberikan sedikit sentuhan seni, bisa menjadi sebuah karya inovatif yang memiliki nilai jual.

“Batu kali memang tak ada nilainya. Namun dengan sedikit sentuhan seni bisa bernilai ekonomi. Apalagi batuan koral sebagai bahan baku mudah diperoleh warga disini, yang notabene banyak sungai,” ungkap Agung, sapaan akrabnya.

Tim PKM yang beranggotakan Drs Anak Agung Gde Rai Arimbawa, MSn, Dra. Lilik Indrawati, MPd, Drs Sumarwahyudi, MSn, Fenny Rohbeind, SPd, MSn, dan Denik Ristya Rini, SPd, MPd ini, dibantu 5 mahasiswa UM yakni Mariyah Haura, Rikardus Kurnia Lango, Hana Firmaningrum, Alby Aruna, dan Malida Qonitah Fani.

PKM pelatihan pembuatan suvenir khas batu hias di Kampung Sanan, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang ini, untuk memberikan pelatihan dan memberdayakan masyarakat Sanan, agar memiliki kreativitas lain selain memproduksi kripik tempe.

“Melukis di atas batu koral itu tingkat kesulitannya cukup tinggi dan ekstra sabar. Dicuci, disikat dan dikeringkan. Cat yang dilukiskan ke atas batu harus menunggu kering dulu, baru bisa ditimpakan cat berikutnya,” beber Agung

Baca juga:   Alfamart Donasi 200 Sepatu pada Siswa SD di Lamongan

Selain itu, untuk lebih mempermudah, digunakan pula batu ubin. Sebab dengan batu ubin, bidangnya datar sehingga cat mudah terserap. Sementara harga dipatok mulai Rp 10 ribu. Namun tak menutup kemungkinan jika permintaan tinggi dan produksi banyak, harga bisa ditekan lagi.

“Karena batunya dilukis dengan tangan, bukan di cetak atau disablon, sehingga ada nilai seni yang tinggi. Tapi kalau diproduksi banyak, harganya bisa ditekan menjadi lebih murah,” bebernya.

Sivitas Fakultas Sastra UM bersama anggota pelatihan suvenir batu hias Sanan. (rhd)

Sementara itu, Koordinator Peserta Pelatihan, Dra. Trinil Tri Wahyuni mengatakan, tenaga yang turut pelatihan tersebut, merupakan tukang bungkus dan tidak memproduksi keripik tempe. Tujuannya, mereka memiliki pendapatan tambahan secara ekonomi.

“Nantinya akan dijual ketika ada kunjungan ke Kampung Sanan yang selalu ada setiap saat, meski di kala pandemi. Mulai TK PAUD, pejabat negara, sampai pernah dikunjungan perwakilan dari 30 negara,” tutur salah satu Wanita Inspiratif Kota Malang 2019 ini.

Secara teknis, lanjut Trinil, proses pembuatan batu hias terbilang cukup sederhana. Usai dicuci bersih, batu kemudian di cat dengan cat genteng. Setelah itu baru dilukis dengan cat akrilik sesuai dengan inspirasi Ibu-ibu.

“Alhamdulilah dari 20 ibu-ibu yang menjadi peserta pelatihan, dalam kurun waktu 8 kali pertemuan dan 2 kali pendampingan, sudah bisa menciptakan banyak karya untuk dipamerkan,” ucap Ketua PKK RW 15 Sanan ini.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut yakni Camat Blimbing Muarib dan Lurah Purwantoro Moch Hadi.

“Transfer ilmu dari kampus itu sangat bermanfaat bagi masyarakat kami. Sehingga apa yang diproduksi dapat terus dikembangkan. Khususnya oleh para remaja, sebagai pengembangan kreatifitas dan life skill. Meski pelatihan sudah selesai, harapannya bisa berkelanjutan di program berikutnya,” ungkap Camat Blimbing, Muarib. (rhd)

Sumber dari: https://seru.co.id/selain-industri-tempe-kampung-sanan-mulai-kembangkan-suvenir-batu-hias/