Penerapan Program Permata Sakti di PTN dan PTS Kota Malang Full Daring, Faktor Pandemi Covid-19

SURYAMALANG.COM, MALANG – Tahun ini, Program Permata Sakti (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara Sistem Alih Kredit Dengan Teknologi Informasi) tetap dilangsungkan.

Namun karena faktor pandemi Covid-19, semua perkuliahannya berlangsung daring.

Dengan ikut program ini, mahasiswa bisa menambah pengalaman kuliah di kampus lain.

Minimal dua mata kuliah (matkul) dan maksimal tujuh matkul selama satu semester.

tribunnews

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati/Iluatrasi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM) sebelum pandemi Covid-19 saat ujian bersama beberapa waktu lalu di Graha Cakrawala. 

“Sesuai dengan arahan Dirjen Belmawa Kemendikbud, tahun ini full daring,” jelas Abd Mu’id Aris Shofa SPd MSc, Koordinator Permata Sakti Universitas Negeri Malang (UM) pada suryamalang.com, Jumat (25/9/2020).

Program ini untuk mahasiswa semester 5 dan 7. Mereka bisa mengambil mata kuliah di perguruan tinggi lainnya.

“Di UM ada delapan mata kuliah unggulan. Paling banyak peminatnya di mata kuliah Psikologi Politik,” katanya.

Di setiap fakultas ada satu mata kuliah unggulan yang bisa diambil oleh mahasiswa peserta Permata Sakti.

Dari data di UM, sebanyak 422 mahasiswa dari 23 perguruan tinggi negeri lain mengambil mata kuliah di UM.

Mereka antara lain dari Universitas Hasanudin, Lambung Mangkurat, Universitas Negeri Medan.

Sedang mahasiswa UM yang outbond sebanyak 127 orang dan mengambil mata kuliah di 25 PTN, seperti di IPB, Universitas Sumatera Utara (USU), ISI Padang Panjang, Universitas Negeri Makasar.

Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, dari 25 mahasiswa yang akan ikut outbond, yang diterima sebanyak 21 mahasiswa. Mereka akan mengambil mata kuliah di PTS lain.

Wanda Andika Pratama, mahasiswa semester 7 Prodi Arsitektur Lanskap Unitri menyatakan mengambil tiga mata kuliah di tiga PTS yang berbeda.

“Boleh seperti itu. Kemarin saya diminta memilih tiga mata kuliah dan kampus tujuan,” jelas Wanda pada suryamalang.com terpisah.

Ia mengambil di Unika Widya Mandira untuk matkul Antropologi Arsitektur Vernakuler.

Kemudian di Universitas Trisakti untuk matkul Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan.

Sedang di Universitas De La Sale Manado mengambil matkul Manajemen Kepariwisataan.

“Alasan saya mengikuti program Permata Sakti karena saya ingin mendapatkan pengalaman baru ketika belajar di kampus lain,” jelas Wanda. 

Wakil Rektor 1 Unitri Dr Ir Widowati MP menjelaskan mahasiswanya akan menempuh perkuliahan di 23 PTS, termasuk di Universitas Almuslim Aceh.

Mahasiswa PTS dari Aceh itu juga mengambil matkul di Unitri.

Sistem seleksi dilakukan dengan melihat IPK mahasiswa semester 5 dan 7 lewat kepala program studi.

Awal perkuliahan mahasiswa tergantung pada kampus tujuan. Ada yang mulai 1 Oktober dan 5 Oktober.

Ia berharap mahasiswa bisa senang menjalani program ini karena bisa berkesempatan belajar dimanapun berkat kebijakan kampus merdeka belajar.

Mahasiswa Unitri yang ikut program ini bisa mengikuti perkuliahan di PTS di wilayah barat dan timur Indonesia. Seperti Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Bosowa, Universitas Kristen Indonesia.

Di Universitas Brawijaya (UB) menerima sekitar 400 an mahasiswa. Mereka tersebar ke fakultas yang ada.

“Mereka yang ikut Permata Sakti dibiayai Kemendikbud,” jelas Rektor UB Prof Dr Ir Nuhfil Hanani MS.

Saat pertama ada pada 2014, program pertukaran mahasiswa ini awalnya bernama Permata. Hanya diikuti tiga perguruan tinggi dengan 11 mahasiswa.

Kemudian berkembang lebih banyak Perguruan Tinggi. Tak hanya PTN, tapi juga politeknik dan PTS.

Pada 2019 dilakukan dengan blended learning. Tapi pada 2020 sesuai Pedoman Operasional Baku (POB), dilaksanakan full daring sebagaimana perkuliahan saat ini.

Mereka yang ikut program ini minimal IPK nya 2,75 dan memiliki prestasi minimal provinsi. Mereka yang ikut program ini hanya boleh ikut sekali.

Sumber dari: https://suryamalang.tribunnews.com/2020/09/25/penerapan-program-permata-sakti-di-ptn-dan-pts-kota-malang-full-daring-faktor-pandemi-covid-19?page=all