Profil Guru Besar UM Prof Aji Prasetya Wibawa ST MMT PhD

 Jumat, 3 November 2023 | 13:21 WIB

Padu Padankan Teknologi dengan Budaya

Kecintaan Prof Aji Prasetya Wibawa ST MMT PhD terhadap budaya membawanya sebagai Guru Besar Rekayasa Pengetahuan dan Sains Data Fakultas  Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM). Pidato ilmiah yang berjudul ”Weruh Sadurunge Winarah: Wujud Integrasi Data, Informasi, Pengetahuan, dan Kebijaksanaan” bakal disampaikan olehnya hari ini.

WERUH sadurunge winarah dapat diartikan sebagai  dapat melihat yang akan terjadi sebelum segalanya betul-betul terjadi. Ungkapan ini, kata Prof Aji, sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat mistik. Kalimat itu juga bisa dikatakan epistemologi yang berarti titen atau niteni.

Untuk itu, penelitiannya mencoba mengangkat aporisma weruh sadurunge winarah dari sudut pandang berbeda. Yaitu penguasaan data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan secara menyeluruh. 

Pria asli Malang tersebut mengatakan, data science dan pengetahuan saling terkait dalam siklus proses penggalian kebijaksanaan. ”Data science mencakup pengumpulan, analisis, dan interpretasi yang akurat,” kata dia. 

Contohnya saja melalui cerita perwayangan ketika kegelisahan Kresna menjelang berlangsungnya perang Baratayuda. Perang keluarga antara Pandawa dan Kurawa  itu merupakan simbol dari perseteruan antara kejahatan dan kebajikan.

Dalam suatu perang dapat dipastikan korban berjatuhan dari kedua belah pihak. ”Di sini kemampuan Sri Kresna sebagai pamong agung yang weruh sadurunge winarah akan diuji,” terangnya. Perjalanan diawali dengan pengumpulan data dan transformasi menjadi informasi. Lalu mengolahnya menjadi kebijaksanaan. 

Prof Aji selalu memadu padankan teknologi dengan budaya di setiap penitian. Seperti disertasi S3-nya, dia membuat teknologi translator atau penerjemah bahasa apa pun ke bahasa Jawa dalam berbagai tingkat. Penelitian tersebut berjudul Advanced Javanese to Indonesian Statistical Machine Translation. Dalam bidang teknologi, memang diperlukan konektivitas dengan masa lampau.

Saat ini dia juga tengah mengerjakan proyek chat bot untuk museum. Karena ia dan timnya berpikiran bahwa museum hanya akan buka sampai sore saja. Sedangkan saat malam, ketika orang ingin tahu tentang museum tersebut dapat bertanya melalui chat bot. ”Karena saya ada teman dari luar negeri, yang kalau ke Indonesia yang dicari adalah museum,” tuturnya.

Sehingga ia berpikir bahwa  orang dari belahan dunia lain dengan waktu yang berbeda dapat mencari tahu tentang museum di Indonesia kapan pun melalui chat bot. Sering kali teknologi dan tradisi dianggap kontras. Padahal sebenarnya, kata Prof Aji teknologi adalah produk dari budaya, dan juga sebaliknya, budaya menghasilkan  teknologi.

Mahir Mendalang Pakai Bahasa Inggris

KECINTAAN Prof Aji terhadap budaya Jawa sejak kecil khususnya wayang masih dijaga hingga sekarang. Bahkan dia sudah malang melintang mendalang di sejumlah tempat. Saat memasuki ruangannya yang berada di Lantai 6 Gedung Rektorat UM,  sepasang wayang Basudewa dan Baladewa terpanjang di pojok ruangan kerjanya

”Mereka bapak dan anak, sebagai pemimpin saya menerapkan bahwa harus berperan seperti orang tua yang mengasuh anak,” jelasnya. Selain menjadi dosen S3 Teknik Elektro Dan Informatika, dia juga menjadi Kepala Pusat Publikasi UM. Sehingga ia banyak menerapkan ilmu-ilmu tradisi dalam kehidupan sehari-hatinya termasuk saat memimpin di pusat publikasi akademik. 

Ia sudah menjadi dosen di UM sejak 2005. Saat itu ia mulai aktif belajar mendalang dengan mendengarkan dan juga membaca buku-buku pewayangan. Ia memiliki minat menjadi dalang dari ayahnya yang pernah menjadi seorang dalang. 

 Pentas pertamanya dilakukan di pernikahan adik kandungnya pada 2008. Ia sempat diragukan karena tidak pernah terlihat berlatih. ”Awalnya hanya diberi waktu 1 jam saja, sampai akhirnya mereka meminta semalam suntuk,” terangnya mengenang pengalaman pertamanya mendalang.

Bakat tersebut kemudian ia bawa saat berkuliah S3 di University of South Australia. Adelaide menjadi kota yang sengaja ia pilih karena melihat terdapat komunitas budaya Indonesia di sana. Sekar Laras merupakan  komunitas karawitan yang didominasi oleh warga asli negeri kanguru tersebut.

Selama hampir 5 tahun di Australia, Prof Aji banyak mengisi pentas-pentas kebudayaan yang menjadi program kedutaan luar negeri waktu itu. Dari sekolah ke sekolah, dari instansi ke instansi. Ia mendalang tidak hanya menggunakan bahasa Jawa, tetapi menggunakan bahasa Inggris. Tidak hanya wayang kulit, wayang golek juga pernah ia mainkan. 

”Mudah saja, karena seorang dalang itu mengendalikan wayang, bukan sebaliknya,” tuturnya. Selama pentas tersebut, ia sama sekali tidak pernah memungut biaya. Karena baginya mengenalkan budaya merupakan sebuah kewajiban. Selain wayang, ia juga pernah membuat komunitas Reog Ponorogo yang pernah menjuarai festival budaya di Kota Adelaide pada tahun 2012. Kegiatan-kegiatan tersebut tentu saja ia lakukan di tengah studinya di bidang Electrical and Information Engineering.

Punya Banyak Terobosan di Pusat Publikasi Akademik

SEJUMLAH inovasi Prof Aji untuk mempublikasikan karya cukup banyak. Bersama Rektor UM Prof Dr Hariyono MPd, dia baru saja menerbitkan buku berjudul Cakrawala Peradaban. Buku tersebut merupakan  kumpulan pidato guru besar (gubes) yang ditulis kembali dan juga dikaitkan pembelajaran transformasi dan juga SDGs (Sustainable Development Goals).

Buku Cakrawala Peradaban diterbitkan saat Dies Natalis UM pada Oktober 2023 lalu.  Prof Aji mengatakan, UM sebagai bagian dari masyarakat dunia harus mengikuti perkembangan. Salah satunya dengan melalui pemikiran-pemikiran  gubes dan dikemas ulang kemudian dikaitkan lagi untuk diperkuat.

Topik-topik di dalamnya berisi mengenai perdamaian dan kesehatan.  Kumpulan  pidato gubes tersebut untuk pertama kali dibukukan, dan target setiap tahun akan terus menerbitkan buku tersebut. Pusat Publikasi Akademik UM merupakan layanan untuk membantu penerbitan karya ilmiah di jurnal-jurnal terakreditasi maupun terindeks. Selain itu juga melayani percepatan publikasi  bagi mahasiswa dan dosen untuk tugas akhir maupun naik jabatan.

Namun mulai tahun ini, Prof Aji dan juga timnya akan mulai menambah layanan dengan layanan penerbitan buku. ”Jadi nanti siapa pun mahasiswa dan dosen yang ingin menerbitkan buku bisa kami bantu mulai dari editing, layout sampai pembuatan cover,” tuturnya.

Buku-buku tersebut juga akan terbit dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan Inggris. Sehingga dapat dinikmati dan dikenal oleh masyarakat global. Selain itu, ia juga berencana akan membuat toko buku online dengan tujuan buku-buku yang diterbitkan UM lebih mudah diakses. 

Prof Aji dan juga Pusat Publikasi Akademik UM yang kebanyakan merupakan tenaga pendidik dan bukan dosen juga rutin menulis artikel ilmiah. Nama programnya ialah Tendik Menulis. ”Sehingga mereka tidak hanya diakui sebagai warga kampus. Tetapi civitas akademika,” tuturnya. Karena bukan dosen, artikel ilmiah yang mereka tulis berupa topik-topik seputar hobi. Hal tersebut dilakukan karena menurutnya Publikasi menjadi ujung tombak semua pemeringkatan. 

 Ia melakukan tugasnya tersebut dengan senang hati, meskipun tetap sibuk menjadi dosen, ia juga terus  mengurus jurnal-jurnal orang lain. Karena ia mengatakan selalu merasa puas ketika melihat orang lain senang karena tulisannya diterbitkan. (dur/adn)

Sumber|https://radarmalang.jawapos.com/pendidikan/813214503/profil-guru-besar-um-prof-aji-prasetya-wibawa-st-mmt-phd