Penelitian Pengolahan Limbah Biomassa Diikutkan di Pimnas

Penelitian Pengolahan Limbah  Biomassa Diikutkan di Pimnas, Malang Post 15 Agustus 2017

Penelitian Pengolahan Limbah Biomassa Diikutkan di Pimnas, Malang Post 15 Agustus 2017

Download Malang Post 15 Agustus 2017

MALANG – Mahasiswa Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang (UM) berhasil menyulap limbah biomassa menjadi glukosa. Karya ilmiah tersebut merupakan karya Ni’matus S bersama empat orang anggota kelompoknya.

Anggota tim yang bersama Ni’matus, yakni Mahrullina Mahirotul A, Intan Oktaviani, Natasha Khilmi dan Yana Fajar P. Hasil glukosa dari limbah biomassa tersebut, berhasil membawa mereka ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 23 Agustus mendatang.

Ketua tim, Ni ’matus mengatakan, glukosa yang dihasilkan dapat diubah menjadi bioetanol. Bioetanol berpotensi sebagai bahan bakar energi terbarukan. Energi terbarukan menjadi angin segar untuk pemerintah Indonesia yang saat ini sedang menggencarkan program pemenuhan energi untuk selumh lapisan masyarakat.

Ni’matus mengatakan, katalis tersebut terbuat dari zeolit alam di wilayah selatan, Kabupaten Malang.
Para mahasiswa ini berhasil merekayasa pori zeolit sehingga mengandung ion H+. Menurut Intan. anggota tim lainnya, penelitian kandungan H+ inilah yang membantu pemecahau selulosa menjadi glukosa. Mereka menemukan metode teibaik dan ramah lingkungan dalam riset hidrolisis selulosa menjadi glukosa meng-gunakan katalis temuan mereka

“Saat ini, produksi limbah biomassa di Indonesia mencapai 147,6 juta ton per tahun. Kadar selulosa dalam limbah biomassa berkisar 30 – 50 person. Hal itu berarti, selulosa yang diperoleh dari pengolahan limbah biomassa di Indonesia dapat mencapai sekitar 59 juta ton per tahun. Selulosa yang sangat meliinpah ini beipeluang digunakan sebagai energi terbarukan,” terang Ni’matus.

la menjelaskan proses dalam penelitian ini. Glukosa dihasilkan melalui proses hidrolisis selulosa menggunakan katalis zeolit alam teraktivasi asam (HC1) dengan bantuan gelombang ultrasonik. Pori zeolit yang teraktivasi asam akan terisi oleh ion H+. Keberadaan ion H+ dan gelombang ultrasonik diharapkan lebih efektif memutus ikatan glikosidik antar glukosa dalam selulosa.

“Riset yang dilakukan ini diawali dengan aktivasi zeolit alam dengan direndam dalam larutan HC1. Hasil yang diperoleh dikarakterisasi
menggunakan isoterm adsorpsi Freundhlich, XRD dan XRF, Untuk selanjutnya dilakukan hidrolisis selulosa dari kapas dan enceng gondok dengan katalis zeolit aktif dan ultrasonik. Hasil hidrolisis ini diuji kualitatif dengan uji Fehling dan diuji kuantitatif dengan uji
Nelson-Somogyi,” terang dia lebih dalam.

Ni’mah memaparkan, keunggulan dari penelitian timnya adalah, pertama dari segi zeolit. Bahan dasar katalis ini diperoleh dari zeolit alam Kabupaten Malang. Hal ini dapat meningkatkan nilai ekonomi zeolit Kabupaten Malang,

Kedua, sifat katalis zeolit. Katalis zeolit yang telah dihasilkan lebih tahan lama, terbukti dapat direcovery dan digunakan berulang-ulang. Ketiga, dampak terhadap lingkungan. Proses degradasi selulosa menggunakan katalis H-zeolit ini memenuhi prinsip green chemistry karena tidak menimbulkan limbah kimia,energi lebih efisien (dilakukan pada suhu dan tekanan ruang), (sin/van/adv)

Leave a Reply

Your email address will not be published.