Murah dan Enak Belum Tentu Sehat

Download Malang Post 7 Maret 2018

KANDUNGAN zat aditif pada makanan yang dijual bebas sangat berbahaya jika dikonsumsi jangka panjang. Namun tingkat kesadaran pembeli dinilai kurang karena masih banyak yang jajan sembarangan. Hal ini diedukasi lewat penelitian pengembangan bahan ajar oleh Wakil Rektor IV UM Prof. I Wayan Dasna M.Ed.

“Kalau cari makanan jangan yang murah dan enak, tapi yang sehat,” ujarnya kepada Malang Post.

Dia melanjutkan, penelitian pengembangan tersebut berasal dari bahan kuliah dan pelajaran yang dikerjakannya bersama mahasiswa. Dikembangkan dari pelajaran IPA yang membahas bahaya zat aditif pada makanan. Tak asing makanan seperti gorengan dinilai banyak merusak kesehatan.

Murah dan Enak Belum Tentu Sehat , Malang Post 7 Maret 2018

Murah dan Enak Belum Tentu Sehat , Malang Post 7 Maret 2018

“Ada gorengan yang sampai hitam itu jelas radikal yang berarti sudah rusak dan bahaya untuk kesehatan,” imbuhnya.

Penyebab reaksi dari bahan makanan yang mengandung zat aditif, mulai respon ringan berupa gangguan pada tenggorokan, pencemaan, dantakjarang jika konsumen tersebut tidak cocok akan menimbulkan reaksi muntah-muntah. Wayan menjelaskan, yang paling bahaya adalah mengonsumsi makanan tersebut dalam jangka panjang. Namun kondisi tersebut tergantung kekuatan prinsip tubuh, jika kuat pasti mampu mengatasi racun, jika sebaliknya tentu akan membahayakan tubuh.

“Konsumsi jangka panjang sangat bahaya untuk kesehatan, nanti akan menimbulkan penyakit tumor dan kanker, terutama zat bukan pewarna makanan ditaruh ke makanan,” bebernya.

Sebenarnya edukasi zat aditif pada makanan sudah disiapkan untuk kurikulum tingkat SMP pada pelajaran IPA. Sedangkan untuk tingkat SD, memang masih edukasi tahap dasar. Edukasi tersebut meliputibahan pewarna bukan makanan, bahan pemanis dan bahan perasa. Biasanya berupa pengenalan reaksi zat aditif pada tubuh seperti, jika makanan tersebut terkena tangan maka warnanya sulit hilang, rasa manis dan perasa yang ditambahkan.

“Kalau bicara soal tingkat kesadaran mahasiswa dan pelajar itu personal banget. Adajugayang cenderung mengabaikan karena kurang edukasi,” tandasnya. (mg3/oci)

Leave a Reply

Your email address will not be published.