Ketika Alarm Bumi Syam Tidak Berbunyi MAlang Post 27 Mei 2016

Ketika Alarm Bumi Syam Tidak Berbunyi MAlang Post 27 Mei 2016

Ketika Alarm Bumi Syam Tidak Berbunyi MAlang Post 27 Mei 2016

Ketika Alarm Bumi Syam Tidak Berbunyi MAlang Post 27 Mei 2016

BUMI Syam adalah wilayah yang akan menjadi panggung akhir panggung dari sandiwara dunia. Bumi Syam yang memiliki ikon Palestina dan Suriah ini dianggap sebagai representasi kaum Muslim dunia oleh Barat. Oleh sebab itulah, berbagai rencana demi rencana dipersiapkan oleh Amerika Serikat dan para pendukungnya untuk dapat merangsek masuk dan merebut jantung pertahanannya.

Dua wilayah sarat pertumpahan darah, pertempuran, dan setumpuk permasalahan sosial kenegaraan tersebut sebenarnya adalah negeri
yang diberkahi. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw berikut: “Berun-
tunglah negeri Syam, Sahabat bertanya: Mengapa? JawabNabi Saw: Malaikat rahmat membentangkan sayapnya di atas Negeri Syam.” (HR. Ahmad). Apabila membaca hadist tersebut, tentu akan muncul pertanyaan di benak kita. Mengapa area dengan segudang nestapa itu justru dianggap sebagai tanah yang diberkahi?

Secara garis besar, makna tanah yang diberkahi tersebut dapat dipa-
hami melalui beberapa cara. Pertama, Bumi Syam adalah negeri kelahiran
para Nabi. Satu diantaranya adalah Nabi Ibrahim As yang memiliki ketu-
runan yang berdomisili di Palestina. Kendati anak keturunan Nabi Ibra¬
him ada yang sempat hijrah ke Mesir, pada akhimya, mereka kembali ke
tanah kelahirannya. Kedua, merunut dari sabda Rasulullah, bahwa Syam
adalah yang menjadi tolok ukur umat sedunia. Hal ini sesuai dengan
sabdanya berikut: “Jika penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengarah orahg yang menggembosi dan tidak pula orang yang bersebrangan hingga datang hari kiamat.” (HR. Bukhari). Ketiga, di Bumi Syamlah tanda-tanda akhir zaman akan muncul, antara lain, hadimya Imam Mahdi, turunnya NabiIsa As, dan munculnya Dajjal.

Kendati menjadi negeri yang diberkahi, keberadaan Bumi Syam yang secara geografis terletak di tengah-tengah dunia (menjadi jembatan penghubung antara Benua Eropa, Benua Asia, dan Benua Afrika) menjadi magnet tersendiri bagi negara-negara adidaya. Sebut saja Amerika dan Rusia. Kedua negara yang pernah tergabung dalam satu bendera kala Perang
Dunia II berlangsung itu, saat ini menjadi justru musuh bebuyutan. Keduanya telah memilih sekutu masing-masing. Amerika dengan
dukungan koalisi baratnya menjadi lawan tangguh Rusia beserta sederet koalisi komunisnya.

Rusia yang didukung Korea Utara dan Iran ini memberikan dukungan besar-besaran bagi rezim berkuasa di Suriah, Bashar Al-Assad. Sedangkan, koalisi barat yang dikomandoi Amerika Serikat menjadikan para Mujahidin Suriah
sebagai ‘media’untuk merobohkan dan meluluhlantakkan hegemoni kaum Komunis di Syam. Hal ini dapat mengacu pada konflik yang terjadi di Afghanistan, saat Mujahidin Afghanistan berjibaku mempertahankan diri dari serbuan Koalisi Utara, Uni Soviet. Kala itu, Amerika juga memberikan “bantuan” kepada para Mujahidin untuk mengalahkan Uni Soviet.

Di balik prahara demi prahara yang menyelimuti Bumi Syam, terdapat beberapa kejanggalan yang pernah merebak di dunia intemasional. Salah satunya adalah tidak berbunyinya “alarm” dunia intemasional dalam menyikapi konflik yang terjadi di Palestina dan Suriah. Salah satu bentuk nyata dari hal tersebut adalah maraknya media-media sosial yang menawar-
kan sends bempa penggantian foto profil menjadi berbendera Perancis.
Secara matematis, satu buah bom yang meledak di salah satu sudut kota di Paris tersebut masih tidak lebih mengerikan dibandingkan

Oleh:

Gunung Mahendra

Mahasiswa Jurusan
Sastra Jerman

Universitas Negeri Malang

ratusan bom yang meledak dan menewaskan ratusan hingga ribuan warga sipil di Palestina dan Suriah. Akan tetapi perhatian dunia telah tersita oleh titik yang menjadi tanggung jawab ISIS itu.

Kendati “sends” yang ditawarkan media-media sosial tersebut bersifat se-
pele, hal ini dapat memicu pertanyaan: Mengapa tidak sejak bom pertama dijatuhkan dan meledak di Palestina dan Suriah ‘bentuk solidaritas’ tersebut
dikemukakan? Bilamana alasannya adalah tentang ide, setidaknya juga
tersedia bentuk lain untuk menunjukkan solidaritas untuk saudara-saudara
kita yang lebih menderita di Palestina dan Suriah.

Di samping persoalan mengenai solidaritas di atas, Suriah menjadi wilayah yang memiliki deraj at in-tensitas konflik yang lebih tinggi dibanding Palestina. Bukan untuk mengucilkan kondisi yang masih terjadi di Palestina, seorang Mufti asal Damaskus, Prof. Dr. Taufiq Al-Bouthi, menyatakan “Yang
sesungguhnya terjadi di Suriah adalah fitnah yang didesain oleh Amerika, Israel, dan didukung oleh beberapa negara di kawasan seperti Arab Saudi, Qatar, dan Turki. De-sain ini ujungnya bertujuan untuk melemahkan umat Islam dari dalam dan mpmalingkan mereka dari masalah Palestina serta berbagai prioritas lain yang lebih krusial.”

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Suriah seolah-olah menjadi ‘prasmanan’ bagi para negara penguasa. Di Suriahlah pusat persoalan menjadi satu kesatuan. Mulai dari permasalahan internal (Konflik antara para Mujahidin dan rezim Bashar Assad), bergabungnya koalisi Barat dan Komunis untuk memilih pihak, serta keikutsertaan Hizbullah (Parami liter Islam Syiah asal Lebanon) dan ISIS di negara beribukota Damaskus tersebut. Kondisi tersebut mengisyaratkan kebenaran salah satu sabda Rasulullah tentang kondisi terkini di sana.

Dalam salah satu hadistnya, Rasulullah bersabda tentang kejadian yang tengah menimpa saudarasuadara kita di Suriah: “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kita sedikit?” “Tidak. Jumlah kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanam-kan di hati kalian penyakit Wahn.” Seorang bertanya, “Apakah Wahn itu?” Nabi Shallallahu Alaihi Was-
salam bersabda “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud).

Dalam menyikapi peristiwa yang terjadi di Palestina dan Suriah, setidaknya ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mendukung kemaslahatan saudara-saudara kita nun jauh di sana. Pertama, doa. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwasannya Rasulullah bersabda, barang siapa mendoakan seorang muslim, sementara seorang muslim tersebut tidak mengetahui bahwa dirinya sedang didoakan, maka malaikat akan berkata “Amin (semoga Al¬lah mengabulkan) dan bagimu hal serupa.” Kedua, apabila kita memiliki kesempatan untuk sedikit mendonasikan harta yang dimiliki, ada baiknya untuk menyegerakan aksi tersebut. Ketiga, menyebar informasi terkait permasalahan Palestina dan Suriah ini dengan
memerhatikan sumber-sumber yang kredibel dan bisa dipertang-
gung jawabkan.

Apabila ketiga cara sederhana di atas dapat kita lakukan dan bahkan
menjadi bagian dari diri kita, maka kita telah melaksanakan sabda Ra¬ sulullah Saw. untuk meringankan kesusahan orang lain. Seperti hadist berikut: “Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (mem-
bantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim)

Dari penjelasan di atas, dapat diambil sebuah konklusi sederhana ba-
gaimana kita menunjukkan kepedulian dan kepekaan dalam menyikapi
peristiwa di Bumi Syam. Bukan semata-mata untuk ikut-ikutan, tnelainkan memang menyadari dan ikut merasakan penderitaan ratusan ribu saudara kita di medan pertempuran tersebut. Dan setidaknya pembahasan
ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua bahwa sesungguhnya rentetan
insiden yang berlangsung di sana adalah secuil tanda-tanda kekusaan
Allah. Tidak semata-mata apa yang terjadi di sana adalah mumi ‘perarainan’ para penguasa, melainkan ada intervensi Sang Sutradara Semesta didalamnya.(*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.