Katherina Eda Rahayu, Atlet Selam Sumbang Tiga Medali di SEA Games Kamboja

Bukan kali pertama Katherina Eda Rahayu menyumbang medali emas untuk Indonesia. Di ajang SEA Games 2021 di Vietnam dua tahun lalu, mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM) itu juga menyumbang dua medali, yakni emas dan perunggu.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

SUARA Katherina Eda Rahayu bergetar. Matanya terpejam sesaat. Gadis 22 tahun itu mengingat kembali moment membanggakan, tatkala menerima medali emas SEA Games 2023 di Kamboja pada 5-17 Mei lalu. Bukan hanya satu medali. Mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM) tersebut memborong tiga medali untuk cabang olahraga (cabor) selam.

Katherina Eda Rahayu, Atlet Selam Sumbang Tiga Medali di SEA Games Kamboja

LANGGANAN JUARA: Katherina Eda Rahayu menunjukkan tiga medali yang diraihnya dalam SEA Games 2023 di Kamboja, 17 Mei lalu.(Katherina Eda Rahayu for Radar Malang)

Meraih prestasi di tingkat Asia Tenggara itu bukan kali pertama bagi Eda. Dua tahun lalu, dia juga menyabet juara 1 dan tiga dalam gelaran SEA Games 2021 di Vietnam. ”Penghargaan ini tidak lepas dari peran dan dukungan ayah,” ucap Eda, Selasa lalu (23/5).

Putri bungsu dari pasangan R Hardono dan Tuswandari itu masih ingat betul ketika pertama kali nyemplung ke kolam renang. Setiap berlatih, selalu ada ayah di sampingnya.  Ketika masih kelas 2 SD, Eda kecil mulai menyiapkan diri menjadi atlet. Olahraga pertama yang dijalani bukan selam (fin swimming), tapi renang.

Sekian lama berlatih dan mencoba mengikuti berbagai kompetisi renang, karier Eda tidak terlalu moncer. Memasuki kelas 1 SMP, dia mulai menyadari bahwa potensinya bukan di olahraga renang. Akhirnya dia memutuskan pindah ke cabor selam. “Selama di cabor renang, saya hanya dibutuhkan untuk tim estafet saja. Itu pun hanya tingkat daerah,” kata mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga itu.

Awal terjun di cabor selam, dia memilih nomor bifins. Tak butuh waktu lama bagi Eda untuk mendalami berbagi teknik selam dalam nomor bifins. Hal itu terbukti dari beberapa prestasi tingkat daerah hingga nasional yang berhasil dia raih. ”Seingat saya, punya prestasi selam mulai tahun 2014 lalu,” ungkapnya.

Setahun berlalu perempuan kelahiran Sidoarjo, 17 April 2001 itu beralih ke nomor monofins. Dalam nomor itu, prestasinya tak kalah moncer dengan nomor bifins. ”Di monofins, saya berhasil mengoleksi banyak medali emas. Saya merasa cocok dengan alatnya,” ucap perempuan yang hobi masak dan membuat kue itu.

Kini, dia sadar pentingnya mengenali potensi sejak dini. Sebab, potensi itu bisa optimal jika diasah dengan cara yang tepat. Seperti dirinya yang memutuskan beralih cabor dari renang ke selam. Usai beralih, prestasi selamnya mampu mengantarkannya keliling dunia.

Ya, Eda pernah terbang ke Prancis untuk kompetisi selam. Beberapa pertandingan internasional di beberapa negara juga pernah dia ikuti. Yang paling berkesan ketika ikut latihan gabungan bersama atlet selam dari berbagai negara di Rusia. ”Kalau cabor selam kan di semua negara ada. Jadi pintu untuk berkompetisi skala internasional terbuka lebar di cabor ini,” ungkapnya.

Dalam setia pertandingan, Eda tidak punya ekspektasi apa pun. Tentu dia ingin meraih juara, lazimnya atlet lain. Tapi keinginan itu dikendalikan, sehingga tidak berubah menjadi ambisi. ”Ambisi membuat kita merasa grogi,” katanya.

Meski berusaha menepis ambisi, beberapa kali Eda merasa grogi. Ketika grogi, dia sering salah menerapkan teknik. Gerakannya juga tidak terkontrol secara maksimal. ”Berpengaruh terhadap power tubuh dalam gerakan,” kata dia.

Untuk menghilangkan grogi, Eda punya ritual khusus. Sebelum bertanding, dia rutin menelepon sang ayah. Dalam telepon tersebut, dia ceritakan semua yang dirasakan jelang pertandingan.

Tujuan Eda bukan minta solusi, tapi ingin mendengar suara sang ayah. Sebab dari suara sang Ayah di ujung telepon itulah dia mendapat ketenangan. ”Kami juga selalu melakukan visualisasi sebelum pertandingan,” katanya.

Misalnya melihat lokasi pertandingan. Kemudian mengamati lingkungan sekitar.Setelah dia membayangkan di sana sudah berdiri tegap dan berhadap dengan pesaing-pesaingnya. Lengkap dengan sorak-sorai ramai dari penonton.

Dari orientasi lokasi itu, Eda menangkap visualisasinya yang akan dia bawa dalam meditasi. Ya, Eda rutin meditasi untuk mengontrol emosinya dengan baik. Sebab pertandingan selam membutuhkan kontrol emosi dan diri yang sangat baik.

Dalam ajang SEA games pada Mei lalu, telah mempersiapkan dengan baik sehingga tidak mengalami kendala. Termasuk mengikuti latihan intens di Jakarta selama dua bulan sebelum pertandingan.

Setidaknya Eda melakoni dua jenis latihan setiap harinya. Yakni gym di pagi hari dan selam di sore harinya. Selain itu, dia juga melakukan pendakian. Hal itu diyakini efektif untuk menjaga kekuatan otot.

Sepanjang perjalanan menjadi atlet selam, bukan tak pernah pengalaman buruk menimpa Eda. Risiko cedera sudah kerap dia rasakan. ”Utamanya di bagian pinggang ya kalau latihan selam itu. Tapi secara umum ya semua anggota badan kena sakitnya,” ungkapnya. Setelah pertandingan dan berhasil membawa pulang medali, rasa capek ketika latihan terbayar sudah. Dia berharap semua atlet mampu mengidentifikasi potensinya, kemudian mengasah dengan optimal.(*/dan)

Sumber|https://radarmalang.jawapos.com/sosok/25/05/2023/katherina-eda-rahayu-atlet-selam-sumbang-tiga-medali-di-sea-games-kamboja/