Hanya Bermodal Handphone, Dua Hari Satu Resensi

Hobi membaca dan meresensi buku baru digeluti Khoirul Muttaqin selama dua tahun belakangan ini. Namun, sudah 50 lebih buku yang telah diresensi olehnya. Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ini pun aktif menjadi kontributor berbagai media. Bagaimana caranya bisa seproduktif itu?

Beberapa buku tampak memenuhi tas Khoirul Muttaqin. Buku-buku itu seakan antre menunggu saat akan dibuka dan dibaca oleh pemiliknya. Beberapa buku baru tersebut dikirim oleh penulis atau penerbitnya. ”Kalau buku ini sudah tak dibaca dan diresensi. Yang ini masih belum, tinggal nunggu gilirannya,” ujar Khoirul Muttaqin yang saat itu menunjukkan beberapa koleksi bukunya. Pria berusia 24 tahun itu lantas mencontohkan buku berjudul Hit Refresh, karya Satya Nadella, CEO Microsoft, termasuk yang sudah diresensi.

Sesekali dia juga tampak sibuk dengan buku catatan serta handphone-nya. Saat ditemui di warung kopi Jumat (12/4). Taqin–sapaan akrabnya Khoirul Muttaqin– juga tengah menyelesaikan resensi buku. ”Mumpung mood-nya lagi enak. Kalau lagi pas gak enak, bisa berhari-hari gak baca buku,” ucapnya lantas tertawa.

Taqin menceritakan awal mula kebiasaannya itu. Mulai dari membaca buku hingga menjadi peresensi yang selalu dinanti para penulis bukunya. Bahkan, kadang dia mendapatkan kesempatan berkolaborasi saat buku tersebut di-launching. ”Akhir Maret  lalu, saya diajak kolaborasi Sophia Mega untuk me-launching buku terbarunya yang judulnya Lo Ngerti Siapa Gue. Senangnya minta ampun,” ungkap anak bungsu dari empat bersaudara itu.

Tentang hobinya membaca, Taqin mengaku sudah mulai menekuninya saat di bangku SMA. ”Saat SMP, saya sukanya main game. Nah, saat masuk SMA, kebiasaan itu saya ganti dengan membaca buku,” ungkap mahasiswa semester 8 Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UM itu. Dia mengakui, di awal-awal mengganti hobi main game dengan membaca rasanya tidak enak.

Namun, dia mencoba untuk betah dan menamatkan buku bacaannya itu. Lambat laun ternyata buku bacaannya itu membuat candu. ”Saya nyoba membaca sampai tamat. Eh… ternyata ketagihan. Bukunya waktu itu berjudul Half Full, Half Empty,” ucapnya. Kebiasaan itu pun terus dia jalani hingga saat kuliah.

Tak hanya membaca, dia pun mencoba berbagai kebiasaan lainnya dalam bidang literasi. Mulai dari menulis cerpen, puisi, hingga resensi. Namun, di antara beberapa kebiasaannya itu, hanya resensi yang menurutnya lebih mengasyikkan. Karena itu, dia terus melatih kemampuannya dalam meresensi buku. ”Kalau ndak salah, awal-awal mulai bikin resensi sekitar Januari 2017,” celetuknya.

Berangkat dari situlah, pria yang suka membaca novel itu lebih konsisten menulis resensi. Entah menulis di media massa, media sosial, blog, maupun membuat konten video di YouTube. ”Awal-awal memang tak coba semua. Tapi, yang paling enak dan sreg ketika nulis resensi. Jadi, saya fokuskan di resensi saja,” ujar pria kelahiran Kediri itu.

Dua tahun berjalan, berkat kebiasaannya itu ternyata membawa berkah tersendiri. Mulai dari ketemu maupun kenal langsung dengan penulisnya. Dia juga terkadang mendapatkan buku gratis maupun tawaran menjadi peresensi resmi beberapa penulis buku.

Tak hanya itu, berkat kebiasaannya itu juga dia mendapatkan kesempatan menjadi kontributor beberapa media untuk mengisi kolom resensi. Mulai dari Radar Madura, Kabar Madura, dan Koran Jakarta. ”Pernah juga sih menulis di Radar Malang dan Malang Post. Tapi, cuma beberapa saja,” ungkapnya.

Di balik kegiatannya itu, dia mengungkapkan hanya berbekal handphone yang dimilikinya. Mulai dari menulis resensi di media maupun membuat video di YouTube. ”Cuma itu yang saya punya. Ya itulah yang saya gunakan,” tuturnya.

Di sisi lain, Taqin juga memiliki kebiasaan yang berbeda. Di mana buku yang sudah selesai dia baca dan diresensi dihadiahkan ke temannya. ”Saya cuma ingin menularkan semangat membaca ini juga kepada teman saya,” ungkapnya.

Sumber dari: https://radarmalang.id/hanya-bermodal-handphone-dua-hari-satu-resensi/

Leave a Reply

Your email address will not be published.