Gaun yang Dipamerkan Harus Antimainstream

Gaun yang  Dipamerkan Harus Antimainstream, Jawa Pos Radar Malang, 6 Maret 2017

Gaun yang Dipamerkan Harus Antimainstream, Jawa Pos Radar Malang, 6 Maret 2017

Jawa Pos Radar Malang, 6 Maret 2017

MALANG KOTA – Malang Fashion Movement (M F M) 2017 tidak sekadar ajang untuk pamer busana. Namun, event ini juga untuk mencetak desainer muda sekaligus menghasilkan karya-karya inovatif.

Sebanyak 44 desainer yang mengikuti kompetisi Young Designer MFM, satu per sati i mempresentasikan karyanya di hadapan tim juri, kemarin (5/3)

Ketiga juri memberikan masukan agar karya yang dipamerkan dalam grand show yang dilihat pada 23-24 April mendatang, tampak sempurna. Ketiga juri tersebut yaitu Agus Sunandar dari Universitas Negeri Malang (UM), Hermina dari Quinna School of Fashion, dan Silla Dawilah dari Indonesian Fashion ghamber (IFC) Chapter Malang.

Salah satu satu tim juri, Agus Sunandar sekaligus ketua IFC Malang tnenekankan pada konsep desain yang akan ditampilkan masing-masing peserta. “Saya menekankan dari sisi konsep, ide, serta pemilihan temanya. Misal ide itu dari mana, kemudian bagaimana menuangkannya dalam desain,” ujar Agus,kemarin.

Juri lainnya, Hermina memberikan penilaian terhadap teknik cuttingyang dipakai para peserta. “Dilihat dari tingkat kesulitannya, jangan membuat pola-pola yang biasa atau mainstream’,’ tutur Hermina.                                ‘

Selain itu, juga dilihat dari nilai lebih karya yang dipresentasikan para peserta. “Karyanya harus kreatif dan pemilihan desain harus sesuai temanya. Bukan desain yang sudah banyak di pasaran,” tandasnya.

Sementara itu, MFM jilid III ini tidak hanya diikuti desainer muda se-Malang Raya, tapi juga desainer dari berbagai kota di Indonesia. Mulai desainer dari  Surabaya, Bandung, hingga Bali.

Salah satu desainer asal Bandung, Adhelia Melina, menyatakan, dia tertarik mengikuti MFM 2017 karena sebelumnya melihat kesuksesan kakak tingkatnya menyabet juara I pada MFM 2016. “Saya jadi punya motivasi me-ngikutinya,” ujar gadis yang masih tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Tekstil Politeknik STT  Tekstil Bandung tersebut.

Gadis kelahiran Lumajang itu akan menampilkan 2 desain dengan konsep minimalis futuristic. “Saya memanfaatkan limbah benang dari sentra rajut sebagai aksen futuristic-nya,” papar Adhelia.

Kompetisi tersebut juga diikuti oleh desainer yang inovatif. Misalnya, tnereka membuat gaun berbahan klorofil daun yang akan ditampilkan Nada Manah Faadilah. “Saya bikin sendiri. Pakai teknik pemindahan klcrofil dengan cara dipukul pukul ke kain,” kata siswi SMKhf 3 Malang tersebut. (fis/c2/dan)

Leave a Reply

Your email address will not be published.