Begini Cara Dua Guru Besar UM, Mengulik Manfaat dan Energi dari Nanomateria

Kota Malang, SERU – Beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang saling berlomba mengukuhkan guru besar, sebagaimana tuntutan dan amanah Kemenristekdikti, agar civitas akademika terus menerus melahirkan profesor.

Salah satunya, Universitas Negeri Malang yang mengukuhkan dua guru besar sekaligus dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UM. Yaitu Prof Dr Fauziatul Fajaroh MS dan Prof Dr Markus Diantoro MSi, Senin (25/11/2019).

Keduanya mengambil bahan yang sama dalam penelitiannya, yaitu nanomaterial. Namun keduanya merupakan guru besar dalam 2 bidang yang berbeda. Prof Dr Fauziatul Fajaroh MS sebagai Guru Besar FMIPA UM Bidang Kimia Material, sementara Prof Dr Markus Diantoro MSi sebagai Guru Besar FMIPA UM bidang Fisika Material.

Prof Dr Fauziatul Fajaroh MS dan Prof Dr Markus Diantoro MSi. (ist)

Nanomaterial adalah material yang memiliki struktur berdimensi sangat kecil. Yakni berkisar antara 1-100 nm (nanometer). Dalam perkembangannya, nanomaterial banyak ditemukan di berbagai bidang dan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti di bidang kesehatan untuk perban, bidang kecantikan untuk kosmetik, bidang sumber daya untuk baterai, dan lainnya.

“Di bidang kecantikan, kosmetik saat ini menggunakan nanomaterial. Bentuknya sangat kecil dengan ukuran sepermiliar ukuran rambut dan memilik sifat lebih unggul dibanding material lain karena kecilnya. Sehingga diyakini dapat masuk ke jaringan kulit lebih mudah,” ungkap Prof Dr Fauziatul Fajaroh MS.

Dosen kimia UM ini mengatakan, banyak produk yang menggunakan nanomaterial dilabelnya. Tak selamanya nanomaterial memiliki manfaat positif, karena juga berdampak negatif. Karena saking kecilnya, maka tidak boleh sembarangan dalam membuang sampahnya.

“Saking kecilnya, nanomaterial memiliki potensi paparan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Baik saat proses produksi, digunakan, maupun limbahnya. Usai memakai alat kesehatan, tidak boleh dibuang sembarangan. Harus ada tempat limbah khusus kimia. Sebab jika sampai perairan, ketika dimakan ikan, nanomaterial akan mengendap di otaknya. Sehingga berdampak ketika ikan dimakan manusia,” beber dosen berusia 55 tahun ini.

Disebutkannya, melalui hewan tikus percobaan yang terkontaminasi, diketahui partikel nanomaterial berdampak pada pernapasan, konsumsi, hingga penyerapan. “Untuk itu, industri harus mengedukasi produknya ke konsumen, termasuk pembuangan limbahnya. Sehingga masyarakat harus meningkatkan pengetahuannya,” tandasnya.

Sementara itu, Prof Dr Markus Diantoro MSi mengangkat materi “Menyelami Kesederhanaan Struktur Memanfaatkan Derajat Kompleksitas Material”. Ketua LP2M UM ini meneliti dampak positif dari nanomaterial. Dimana bahan sintetis dapat menghasilkan nanomaterial untuk piranti elektronik atau harvesting energy, yaitu proses memanen atau menghasilkan energy dari sumber energi lain yang tidak terpakai. Contohnya adalah energi listrik dari energi panas.

Dalam penelitiannya, Markus membuat sebuah alat dengan piranti elektrik untuk mengubah energi panas menjadi listrik. “Kalau panasnya knalpot dianggap polusi, itu bisa berpotensi sebagai energi listrik, nama devicenya Thermoelectric. Memang ketahanannya tidak bisa seperti baterai. Karena konsepnya green energy,” bebernya.

Mantan Dekan FMIPA UM ini mengaku riset materialnya lebih ke bahan alam, seperti mineral, batuan, tanaman enceng gondok, sekaligus alternatif energi karena menipisnya cadangan energi berbasis fosil dan batu bara. “Fokusnya pada piranti elektronik untuk penyimpanan energi untuk hasilkan energi lain. Dimana pentingnya struktur kristal dan mikro material untuk dikendalikan dan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu,” tandas Markus. (rhd)

sumber dari: http://seru.co.id/begini-cara-dua-guru-besar-um-mengulik-manfaat-dan-energi-dari-nanomaterial/

Leave a Reply

Your email address will not be published.