Artikel: ARDI WINA SAPUTRA Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Surya, 5 September 2016

Surya, 5 September 2016

Surya, 5 September 2016

Artikel: ARDI WINA SAPUTRA Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

MENDIDIK siswa zaman sekarang memiliki tantangan tersendiri yang jauh berbeda dengan yang dihadapi para guru sepuluh hingga dua puluhtahun silam. Guru seharusnya mampu memprediksi bila ilmu yang diberikan pada muridnya merupakan bekal yang rencananya digunakan lima hingga sepuluh tahun mendatang di dunia kerja.’

Pertanyaan besar yang muncul adatah masikah relevan cara mengajar gum selama ini dengan kebutuhan mereka sesungguhnya? Pertanyaan tersebut dilontarkan Dr Gumawang Jab MA, pakar pembelajaran bahasa dari Intitut Teknologi Bandung di depan puluhan mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Malang, Kamis (1/9).

Dr Gumawang Jati MA menambahkan, saat ini terjadi gap generation antara generasi pendidik dengan generasi peserta didik. Gap generation tersebut diakibatkan berkem bangangnya teknologi informasi dan komunikasi di sepuluh tahun terakhir.

“Saat saya lahir dan masih sekolah dulu, hiburan saya adalah melihat satu chanel televisi. Hal itu berbeda dengan murid sekarang. Mereka dapat menikmati televisi dengan beragam chanel ditambah dengan fasilitas internet!” ucapnya.

Temuan dosen bahasa Inggris ITB ini sangat relevan ketika dikaitkan dengan mental dan cara belajar peserta didik. Peserta didik yang lahir sejak tahun 2000 an memiliki mental cepat bosan karena memiliki banyak opsi.

Mereka terbiasa mengganti ganti saluran televisi, terbiasa mengganti situs atau laman jejaring sosial, bahkan terbiasa mengganti video yang disaksikan di Youtube. Gumawang menegaskan, anak sekarang memiliki waktu delapan detik untuk menentukan apakah mereka bosan atau tidak terhadap sesuatu.

Oleh sebab itu, jangan heran apabila ketika mengajar di kelas, gum mejnemukan muridnya tidur. Meleka tak bisa disalahkan sepenuhnya, bisa jadi guru menyampaikan mated terlalu monoton sehingga membuat murid bosan.

Mau tak mau, guru juga harus ikut terjun menyelami arus perkembangan teknologi informasi zaman sekarang. Semakin arogan dan semakin antipati gum terhadap perkembangan zaman, semakin jauh gap generation yang terjadi antara guru dengan muridnya.

Di abad 21 ini, gum juga memiliki saingan bam yang kasat mata yaitu aplikasi pembelajaran. Tak jarang murid zaman sekarang memiliki android atau smartphone, melaltii alat tersebut, mereka dapat leluasa mengunduh aplikasi pembela¬ jaran yang diinginkannya.

Apabila guru dirasa kurang menarik di kelas, mereka bisa belajar sendiri menggunakan aplikasi yang ada di android mereka, Memang sadis! Namun itulah yang terjadi.

Oleh sebab itu, sebagai pendidik harus mulai mencoba masuk memberikan mated menggunakan kacamata sisWa bukan lagi kaca mata guru yang telah usang danharus segera diperbaharui,(http://surabaya.tribunnews. cotn/2016/09/04/saatnya-
guru-mendidik-cara-siswa)

Leave a Reply

Your email address will not be published.