Tularkan Batik Sekaligus Tingkatkan Nilai Jual Karya Anak-Anak

Malang post 17 Juli 2016

Malang post 17 Juli 2016

Malang post, 17 juli 2016

Tularkan Batik Sekaligus Tingkatkan Nilai Jual Karya Anak-Anak

Anjani Sekar Arum, Motor Penggerak Pembatik Anak Tularkan Batik Sekaligus Tingkatkan Nilai Juai Karya Anak-Anak

Anjani Sekar Arum Alumnus Universitas Negeri Malang Jurusan Desain dan Seni Rupa.Tidak banyak pegiat seni batik tulis yang mengedepankan karya anak-anak. Namun Anjani Sekar Arum pemilik Sanggar Batik Tubs AndhakaJalan Brantas, Ngagbk Kota Batu rela mendidik anak-anak untuk berkarya.Cara ini dilakukan untuk menyebarluaskan budaya batik tubs di Kota Batu. Anjani, begitu sapaan akrabnya, tak hanya memberikan kesempatan luas bagi anak sanggarnya untuk berkreasi.la juga memberikan keuntungan finansial bagi anak-anak tersebut melalui karya mereka sendiri.

“Sudah sejak tahun 2014 saya mulai memberikan peluang ini pada murid-murid di sanggar saya. Karena melihat potensi karya mereka yang ternyata banyak diminati ketika dipamerkan,” ungkap Anjani saat ditemui Malang Post, Kamis (14/7).

Dengan modal kain batik sendiri, anak sanggarnya dapat datang dan menggunakan
seluruh peralatan dan bahan membatik yang disediakan di sanggar milik Anjani untuk
kemudian dapat dikerjakan mereka sendiri sesuai kreasi.

Wanita kelahiran 1991 ini menyebutkan kecintaannya yang besar pada seni batik tulis sekaligus pada anak-anak sebagai alasan kuat dirinya membuka Sanggar Batik Tulis Andhaka yang kemudian menjadi “markas” tempat dilahirkannya karya batik tulis anak muridnya yang rata-rata dihargai Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta tersebut.

Tularkan Batik Sekaligus Tingkatkan Nilai Jual Karya Anak-Anak

Awalnya, Anjani sendiri mendirikan sanggar tersebut sejak tahun 2014 dengan
memungut biaya Rp 15 ribu per anak per pertemuan. Melihat antusiasme yang besar
dari anak sekitar kampungnya tersebut, Anjani kemudian tergerak untuk merelakan biaya tersebut dan tidak lagi memungut biaya.

“Gimana ya, namanya juga cinta seni. Anak-anak disini juga sama dengan saya cinta
seni dan ingin belajar. Rasanya buat apalah saya mungut biaya jadi ya sudah saya hapuskan saja biaya itu. Dari situ akhirnya saya dapat 18 anak berbakat yang menjadi murid saya sampai sekarang,” paparnya.

Melihat ke dalam galeri sanggar milik Anjani sendiri, aura budaya kuat khas Jawa
Timur yang melekat di setiap sudut ruangan. Salah satunya adalah lukisan seni bantengan sampai pada pajangan tokoh wayang terpampang di dinding-dinding sanggar.

Guru seni dan budaya SMPN 1 Kota Batu ini mengatakan bahwa budaya menjadi hal
yang melekat kuat dalam dirinya. la mengaku bahwa budaya dan seni merupakan bahasa yang dapat dimengerti semua orang yang menghantarkan seseorang menuju kedamaian menurut versi mereka sendiri.

“Saya sudah sejak kecil menyukai hal seni. mungkin menurun juga dari orang tua
yang juga penyuka seni. Maka dari itu saya kuliah pendidikan jurusan desain dan seni rupa untuk lebih mendalami,” ungkap alumnus Universitas Negeri Malang ini sambil tersenyum.

Sanggar Andhaka miliknya tersebut kini memiliki 18 pelukis batik tulis cilik yang secara aktif terns memberikan kontribusinya pada terciptanya berbagai macam kain batik tulis bermotif yang boleh diadu saing dengan karya orang dewasa lainnya.

Anjani menerangkan bahwa sebagian besar karya batik tulis milik anak sanggarnya
merupakan mumi basil kreasi sendiri. Dirinya pun hanya bertugas mengarahkan motif mana saja yang layak dilempar ke pasaran atau pun tidak.

“Tetapi bukannya saya mem-pekerjakan anak-anak ya. Di sini saya hanya ingin mem-
perlihatkan pada dunia bahwa beberapa karya seni terbaik dapat lahir dari ide dan pikiran anak-anak,” tegas gadis asal Kota Batu ini.

Anjani dengan tegas selalu mengajarkan satu hal pada anak didiknya untuk tetap
berpegang teguhpada ciri khas Kota Batu dalam menghasilkan sebuah motif karya. Tak heran, basil kain batik tulis di galeri batik Anjani didominasi motif buah apel, seni bantengan, sayur mayur, destinasi wisata, sampai candi-candi.

’’Saya ingin anak-anak Kota Batu mencintai kota dan sejarahnya. Bukan hanya tahu
wisata modem saja tapi men-genal hal-hal yang kurang terjamah tangan manusia. Misalnya makam Mbah Batu,” ungkap pencipta batik motif banteng ini.

Rencananya galeri ini akan ditempatkan di pusat oleh-oleh DeDuwa Kota Batu. Tempat yang selalu ramai terlebih saat musim liburan ini, menurutnya, bisa mengenalkan secara luas batik tulis khas Kota Batu karya anak-anak.

Saat ini ke-18 anak didiknya adalah berasal dari rentang usia 9 sampai 11 tahun. Setiap hari mereka secara bergantian membatik di lokasi sanggar Batik Tulis Andhaka yang juga menjadi lokasi galeri batik tulis Anjani.

’’Harapannya 10 tahun lagi ketika mereka sudah memasuki usia produktif, masing-masing bisa memiliki galeri batik tulis khas Kota Batu. Karena selama ini, disini hanya punya lima galeri batik saja. Kalau mereka sudah besar bisa jadi Batu punya lebih banyak galeri batik,” tandasnya.

Dalam waktu dekat ini, beberapa basil karya anak sanggarya dapat dilihat di Galeri
Raos Kota Batu dalam rangka Hari Batik Nasional, agustus mendatang. la mengaku telah mempersiapkan beberapa karya anak didiknya yang akan memukau pengun-jung.(sisca angelina/ary)

Leave a Reply

Your email address will not be published.