Tugas Menteri Sebelum Jadi Menteri

Malang Post 2 Agustus 2016

Malang Post 2 Agustus 2016

Malang Post 2 Agustus 2016

Tugas Menteri Sebelum Jadi Menteri

Prof. Dr. Muhadjir Effendy MAP Mendikhud

Prof. Dr Muhadjir Effendy MAP lebih dikenal sebagai rektor 
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sejak tahun 2000-2016 
danpakar militer. Sejak 27 Juli lain, Presiden Joko Widodo 
mengangkatnya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 
(Mendikhud). Muhadjir menggantikan Anies Baswedan bukan tanpa 
alasan. Karena ia merupakan profesional pendidikan yang 
visioner.

MANTAN wartawan kampus ini merupakan sosok yang peduli dunia pendidikan dasar hingga menengah. Jauh hari sebelum menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Muhadjir sudah bersentuhan dengan dunia pendidikan di wilayah terpencil, terluar dan tertinggal (3T) di berbagai pelosok negeri ini. Perhatiannya memang untuk dunia
pendidikan di seluruh Indonesia.

Mei lalu, wartawati Malang Post Alfinia Permata Sari mewawancarai Muhadjir Effendy setelah tak lagi menjadi Rektor UMM. Saat itu ia baru saja datang dari berbagai daerah di Indonesia Timur untuk memantau perkembangan pendidikan di bawah naungan Muhammadiyah. Ini merupakan tugas Muhadjir sebagai Ketua Bidang Pendidikan, Seni Budaya dan Olahraga di PP Muhammadiyah.

“Banyak tugas ke daerah karena saya membawahi 126 perguruan tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Kalau sekolah mulai dari SD, SMP, SMA dan SMK. Jumlahnya sekitar 5.000 sekolah,” terang bapak tiga anak tersebut saat ditemui di rumahnya di kawasan Soekamo Hatta, Kota Malang.

Dosen tetap di Prodi Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM) ini memang tak pernah berhenti dari dunia pendidikan. Bahkan dunia tersebut telah menjadi nadinya.

la memperhatikan pendidikan di wilayah Terpencil, Terluar, Tertinggal (3T) di pelosok negeri ini. Fokus perhatiannya yakni sekolah mulai dari jenjang TK hingga SMK yang
dipayungi Muhammadiyah di wilayah 3T. “Disana sekolah di bawah Yayasan Muhammadiyah berkembang, terutama di Indonesia Timur, sekolah disana sangat besar potensinya,” jelas Muhadjir saat ditemui di kediaman pribadinya, Mei lalu.

la menceritakan banyak hal menarik selama berada di wilayah Indonesia Timur. Di sana, meski mayoritas penduduknya non muslim, namun tak sedikit warga yang sekolahkan anak mereka di lembaga pendidikan milik Muhammadiyah. la menganggap hal tersebut sebagai bukti harmonisasi perbedaan agama yang berlangsung romantis.

“Karena prinsip pendidikan bukan dikelompokkan untuk agama tertentu. Konsepnya luas. Bahkan disana kami juga undang pastor dan pendeta untuk mengajar mata kuliah pendidikan agama dan kepercayaan mereka,” kenang suami dari Suryan Widati,SE, MSA, Ak ini.

Perhatian Muhadjir yang kuat terhadap pemerataan pendidikan tanpa pandang bulu bahkan agama itu mengundang perhatian Presiden Joko Widodo. Karena itu, tak salah Muhadjir kemudian dipercaya menjadi Mendikhud. Hal ini diungkapkan rekan seperjuangannya yang kini menjadi Rektor UMM, Drs. Fauzan, M.Pd.

Berdasarkan catatan Humas UMM, Muhadjir merupakan seorang sosiolog yang ahli di bidang militer sekaligus intelektual muslim. la mengawali karir di UMM sebagai karyawan honorer, kemudian menjadi dosen dan mulai menjabat sebagai wakil rektor III semenjak tahun 1984. Saat itu, rektornya Prof. Malik Fadjar, M.Sc yang kemudian menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di pemerintahan Megawati Soekarnoputri.

Pada tahun 1996, Muhadjir dipercaya oleh UMM menjadi Pembantu Rektor I dan berakhir pada tahun 2000 saat dia terpilih menjadi rektor.

Selain mengabdikan diri di bidang pendidikan, Muhadjir juga dikenal sebagai seorang kolumnis yang banyak menyoroti masalah agama, pendidikan, sosial, politik dan juga tentang kemiliteran.

Pria asal Caruban itu juga pandai menulis esai. Ini karena pengalaman sewaktu mahasiswa sebagai seorang wartawan yang mengawali lahimya Komunikasi, koran kampus di ternpat ia menempuh pendidikan dan mengajar di UM.

Cikal bakal koran kampus Bestari di UMM juga lahir dari sosok cerdas dan kritis Muhadjir. Tak hanya itu, pria berusia 60 tahun ini banyak melakukan kegiatan sosial keagamaan karena perannya sebagai pengurus Muhammadiyah, mulai tingkat ranting hingga pengurus pusat.

Selain itu juga dipercaya menjadi salah satu anggota Badan Narkotika Nasional, Pendekar Tapak Suci, pengurus HMI. la sempat mengabdi di bidang politik sebagai salah satu ketua di Dewan Pakar Golkar daerah Malang, (nia/van)

Leave a Reply

Your email address will not be published.