Tim MIPA UM, Raih Gold Medal 4th International Young Inventors Award (IYIA) 2017 ,

Tim MIPA UM, Raih Gold Medal 4th International Young Inventors Award (IYIA) 2017 , Jawa Pos  Radar Malang  2 Oktober 2017

Tim MIPA UM, Raih Gold Medal 4th International Young Inventors Award (IYIA) 2017 , Jawa Pos Radar Malang 2 Oktober 2017

Download Jawa Pos Radar Malang 2 Oktober 2017

Berawal dari Bermain Lumpur,Tak Sengaja Temukan Energi Listrik

Barangkali ini adalah penemuan tak biasa. Yaitu, penemuan yang bisa menghasilkan aliran listrik melalui lumpur. Itulah temuan dari Deni Ainur Rokhim, Nur Aini Gama Lestari, dan Lutfi Maulida, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Mereka  berhasil menemukan prototipe  pembangkit listrik dari lumpur. Seperti apa cara kerjanya?

Baayak yang Reran, Stan Pamerannya Paling Ramai Dikunjungi

BERAWAL… Sambungan dari halaman 1

Jawa Pos Radar Malang berdiskusi dengan Deni Ainur Rokhim, Nur Aini Gama Lestari, dan Lutfi Maulida, Kamis (28/9). Ketiga anak muda itu tampak bersemangat menjelaskan basil temuan mereka seal pembangkit listrik tenaga lumpur.

Deni menceritakan, duiu dia tidak sengaja bermain lumpur saat meneliti tentang kontur tanah pada akhir 2015. Saat itu, dia sudah lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Sidoarjo. Namun, sekolahnya meminta bantuan untuk menyelesaikan penelitian soal kontur tanah.

Kebetulan, kata pemuda kelahiran Sidoarjo, 17 September 1997 itu, dia memang aktif dalam kegiatan penelitian saat masih duduk di bangku SMA. Saat meneliti kontur tanah, Deni dibekali alat multifneter (alat ukur listrik). Nah, ketika alat tersebut dia masukkan ke lumpur, ternyata ada efek yang membuat multimeter itu bergerak. “Saya
kaget ketika memasukkan alat ke lumpur. Lalu, alatnya bergerak,” terang dia.

Melihat alat itu bergerak, Deni langsung membuat analisis. Dia yakin ada aliran listrik dari lumpur menuju elektroda multimeter tang ditancapkannya sehingga menghasilkan aliran listrik spontan.

Deni pun membaca literatur-literatur mengenai aliran listrik dan lumpur. Menurut dia, dari sekian banyak literatur yang dibaca, penelitian energi listrik kebanyakan cenderung dikemas dalam penyimpanan dalam bentuk baterai. Sedangkan apa  yang Deni temukan, lebih pada energi yang bisa menjadi pemasok maupun pembangkit listrik skala industri seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton Probolinggo.

Tahun 2016, dia masukkuliah di JumsanKimiaUM. Saat itulah dia bertemu dengan dua kakak tingkatnya dari jurusan berbeda, yaitu Aini dan Lutfi.

Deni kemudian menceritakan temuan itu kepada mereka. Karena merasa apa yang ditemukan Deni masih sekadar teori, ketiganya bertekad mewujudkannya menjadi sebuah inovasl. Berbagai upaya dan penelitian pun mereka lakukan.

Ketiganya kemudian terus meneliti dan menemukan formulas! agar lumpur bisa menghasilkan aliran listrik. Kemudian, setelah menjadi satu tim, mereka mencari elektroda yang cocok dan bisa menghasilkan energi listrik dari
lumpur. Deni sendiri yang membawa 2 kilogram lumpur dari Sidoarjo untuk diuji di laboratorium fakultas.

Sedangkan Aini menceritakan. timnya harus enam kali mencoba elektroda apa yang cocok untuk inovasi mereka. Dia menyatakan, ada banyak jenis elektroda, tapi lima elektroda untuk penelitian timnya tidak membuabkan basil. Nihil. “Bam yang eletroda keenam, kami mendapatkan titik terang,” ucap gadis kelahiran Malang, 19 Mei 1997, itu sembari tersenyum.

Mengetahui apa yang dilakukan mahasiswanya, dosen fakultas MIPA meminta mereka ikut kompetisi 4th International Young Inventors Award (IYIA) 2017 yang diadakan di Jakarta. Mereka mengikutkan temuan itu dalam kategori elektrik.

Beruntung, dari sekian banyak peserta yang apply di Sana, 200 tim terpilih dan akhimya dipanggil ke Jakarta untuk presentasi hasil karya, Akhimya, mereka membuat prototipe cost miniature taman yang dihiasi lampu. Di bawah taman tersebut ada elektroda yang ditancapkan di lumpur. Dari lumpur itulah elektroda menghasilkan energi listrik yang dialirkan menjadi nyala lampu.

Sementara, menurut Lutfi, optimisme saat masih di atas kereta seakan buyar ketika dicecar belasan pertanyaan dari tim juri. “Ada lebih dari 15 pertanyaan. Padahal, kelompok lain hanya 5-7 pertanyaan,” kata mahasiswi asal Ponrrogo itu.

Dalam kompetisi itu, setiap tim memamerkan prototipe di masing-masing stan. Di stan nomor 33 bertuliskan Universitas Negeri Malang (UM). Ketiganya tidak menyangka stannya bakal ramai pengunjun lari sejumlah

pengunjung, kata Lutfi, kebanyakan mereka berasumsi energi listrik yang dihasilkan berasal dari tenaga baterai. Padahal, setelah diterangkan dan dilihat di bagian bawah prototipe itu, ada lumpur yang menghasilkan aliran listrik. Tni pakai baterai ya?” kata Lutfi sambil menirukan pertanyaan pengunjung saat melihat bagian bawah prototipe tersebut.

Setelah semua prototipe dipamerkan, malam harinya, panitia mengumumkan pemenangnya. Betapa kagetnya ketiga mahasiswa UM itu saat mendengar nama kampusnya dinyatakan menang dan mendapat Gold Medal 4* International Young Inventors Award (IYIA) 2017 di Jakarta, (22-24/9), untuk kategori elektrik. Ada selentingan, kata Lutfi, kalau kemenangan timnya itu karena penelitiannya bersifat berkelanjutan dan ke depan bisa menjadi salah satu pembangkit listrik. “Oleh juri, kami disarankan maju pada kategori industri,” pungkasnya. (*/c2/lld)

Leave a Reply

Your email address will not be published.