Membumikan Semangat Nasiomalisme.Malang Post, 20 Mei 2016

12-5-160042-page-001.jpg 1

Menumbuhkan Semangat Nasionalisme Malang Post. 20 Mei 2016

Membumikan Semangat Nasionalisme
Membumikan Semangat Nasiomalisme.Malang Post, 20 Mei 2016

PERINGATAN 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional memberi makna tersendiri dalam perjalanan Indonesia yang akan memasuki usia kemerdekaan yang ke 71. Bagaimana
kita dalam memaknai Kebangkitan Nasional Indonesia 2016? Dalam membumikan semangat nasionalisme tentu kita hams tetap menumbuhkan semangat nasionalisme agar menjadi bangsa yang maju, berdaya saing, bermartabat, mandiri, dan
sejahtera. Marilah dengan semangat kebangkitan nasional ini kita bahu membahu, dan bersatu bekeija demi kemajuan dan martabat bangsa.

Polemik memanas yang ditengarai hidupnya kembali faham
komunisme akhir-akhir ini hams segera dieliminasi secara masal oleh kekuatan nasionalisme. Kita gelorakan semangat nasionalisme melalui empat pilar kebangsaan, yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Tidak ada jaminan bagi sebuah bangsa dan negara untuk bertahan secara kekal tanpa adanya kebulatan tekad dari selumh masyarakat dan
bangsanya untuk mempertahankan sendiri negara dan bangsanya .

Dalam memaknai Kebangkitan Nasional dapat diwujudkan sesuai dengan disiplin ilmu dan latar belakang yang dimilliki masing-masing individu. Setiap bangsa di dunia mempunyai dasar atau landasan, kekuatan, dan daya dorong bagi perjuangannya, yang bempa jiwa semangat dan nilai-nilai untuk
mencapai cita-cita nasionalnya. Begitu juga Indonesia telah memiliki jiwa, semangat dan nilai-nilai perjuangan yang mempakan aku-mulasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bemegara, pembela-
jaran kehidupan berbangsa dan bemegara serta pembelajaran sejarah sebenamya memiliki makna yang strategis. Dimana, pembelajaran sejarah adalah suatu proses untuk membantu mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik melalui pesan-pesan sejarah agar menjadi warga bangsa yang

arif dan bermartabat. Sejarah dalam hal ini merupakan totalitas dari aktifitas manusia di masa lampau dan sifatnya dinamis.

Maksudnya bahwa masa lampau itu bukan sesuatu yang final tetapi bersifat terbuka dan terns berkesinambungan dengan masa kini dan yang akan datang. Sejarah dapat diartikan sebagai ilmu yang meneliti dan mengkaji secara sistematis dari keseluruhan perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di
masa lampau dengan segala aspek kejadiannya untuk kemudian dapat memberikan penilaian sebagai pedoman penentuan keadaan sekarang, serta cermin untuk masa yang
akan datang.

Semangat nasionalisme hams ditumbuhkan mengingat sejarah
bangsa dan sebagai generasi muda hams mengingat jerih payah dan keringat serta darah para pendiri negara, dengan demikian hams kita implimentasikan untuk mencintai bangsa dan negara. Tumbuhkan rasa ikatan yang kokoh dalam satu
kesatuan dan kebersamaan sesama anggota masyarakat tanpa membedakan suku bangsa agama, ras, adat istiadat dan golongan, karena dengan mengingat sejarah, kita dapat memetik nilai-nilai karak-ter bangsa sehingga dapat untuk
menumbuhkan rasa cinta tanah air dan wawasan kebangsaan.

Bila tidak dibumikan semangat nasionalisme akan menyebabkan karakter jati diri bangsa menjadi luntur dan tidak menjadi dirinya sendiri. Pertanyaan yang sangat mendasar, apa yang haras digali dalam momentum Kebangkitan Nasional pada saat ini dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan demokratis? Mungkinkah nilai-nilai Kebangki¬
tan Nasional memberikan pencerahan kepada rakyat Indonesia untuk menjawab persoalan-persoalan bangsa yang sangat kompleks. Tentu saja semangat penguatan nasionalisme hams benar-benar ditumbuhkan.

Mungkin hanya pemimpin negeri ini yang bisa menjawabnya apakah kita masih terbelenggu dari kebodohan, kemiskinan yang selalau berada di depan mata kita. Renungan singkat ini merupakan sebuah refleksi dan pemikiran kebangsaan bagi rakyat Indonesia pada umumnya dan pemimpin negeri ini
pada khususnya untuk melakukan konsolidasi dalam menghadapi persoalan-persoalan kebangsaan.

Revitalisasi selumh nilai-nilai kebangkitan nasional yang ter-
kristalisasi dalam kemeredekaan Indonesia pada dasamya menganjurkan soliditas kebangsaan sebagai panduan yang hams segera diwujudkan dalam tata kelola ekonomi, politik, sosial, dan budaya demi mencapai Indonesia yang adil dan
makmur. Untuk itu, pembangunan bangsa melalui dasar Pancasila itu sangat tepat, karena akan melahirkan peneras yang juga memiliki dan memberikan sesuatu yang ber-
makna untuk Indonesia.

Nasionalisme penting agar Indonesia tidak menjadi negara pecundang yang akan menggoyangkan Pancasila. Sebagai suatu konsepsi, nasionalisme hams dipahami sebagai paham yang mementingkan kepentingan bangsa dan negara dari
pada kepentingan masuknya paham asing. Sebagai contoh masuknya paham negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq andSyria (ISIS) ke Indonesia. Paham tersebut masuk ke Indonesia lebih banyak melalui jaringan Internet. Karena dengan mudah mengakses informasi seperti berita, artikel, hingga video tentang paham ISIS. melalui dunia maya. Anggota ISIS yang sudah kembali ke Indonesia dan mempengamhi banyak orang untuk bergabung termasuk anggota ISIS telah berhasil membaiat seki-tar 2 juta orang di Indonesia.

Untuk mengamankan masuknya paham tersebut, segala upaya hams dilakukan bersama pihak TNI dan Polri. Selain pihak aparat diharap-kan peran masyarakat diperlukan, sehingga keamanan daerah da-pat terjaga dengan baik. Dengan
membumikan semangat nasion¬ alisme tidak otomatis kita tidak membutuhkan peran negara asing. Pergaulan intemasional tidak memungkinkan kita bersikap seperti katak dalam tempurang. Kenyataan membuktikan bahwa Indonesia
yang “gemah ripah loh jinawi” atau kaya dengan sumber daya
alam (SDA), temyata secara sig-nifikan tidak mampu mengentaskan kemiskinan. Kita masih membutuhkan negara asing mengingat SDM kita yang handal masih minim. Di masa mendatang, penegasan secara konkrit, baik terkait agreement
maupun komitmen kerjasamanya terhadap investor asing di bidang SDA hams dilakukan.

Akan tetapi, ada hal lain yang hams kita ingat bahwa kekecewaan anak bangsa terhadap realitas ke-hidupan tidak jarang mengambil bentuk yang agak abstrak dan subyektif, yang pada gilirannya melahirkan negatifisme dan maksimal-
isme. Dalam kaitan ini, negatifisme menandai hubungan mereka yakni generasi muda dengan generasi tua, sementara maksimalisme mendorong mereka untuk menuntut segala sesuatu secara optimal, yang kemudian malah mengaburkan kemampuan mereka untuk mengapresiasi masalah-masalah sosial dan politik secara obyektif dan arif.

Nasionalisme yang berdimensi
keadilan dan kesejahteraan rakyat adalah obyek untuk dibangun. Pembinaan generasi muda, dalam hal ini mahasiswa yakni dengan jalan mengarahkan romantisme dan idealisme mereka benar-benar perlu mendapat tempat dan perhatian secara bijak. Sebab jika tidak, akan terbuka kemungkinan putera bangsa ini menempuh cara-cara inkonvensinal. Alhasil akan terjerembab ke dalam ekstrimisme mentah (juvenile extremism) yang justru akan memgikan masyarakat dan mereka sendiri.

Menghadapi situasi psikologis yang didera mahasiswa sebagai insan penems bangsa pada dasamya masih dalam proses pembentukan kepribadian (personality in the making). Kita hams benar-benar bijak agar romantisme dan idealisme
mereka dapat tersalurkan dengan baik. Seperti yang dikhawatirkan mantan Wapres RI, Adam Malik (Aim), iklim politik kita penuh dengan pohisi, akibat perilaku elit yang jauh dari semangat nasionalisme dan pemihakan pada masyarakat
yang dilemahkan. Gejala itu menyembul kuat saat ini, dengan
masih terengahnya roda pembahan, sehingga muncul gejala ketidakpercayaan (indefferent) terhadap
suksesi politik.

Dengan argumentasi tersebut, ke depan kita sangat membutuhkan pikiran-pikiran kritis anak bangsa yang muncul sebagai kegelisahan terhadap kondisi di negeri ini. Mereka-mereka inilah di masa depan yang akan menemskan idealisme
nasionalis yang pemah dicanangkan dan digelorakan oleh Soekamo, Hatta, Muhammad Natsir, Tan Malaka, Gus Dur hinga Amien Rais. Untuk menyikapi idealisme dan pragmatisme nasionalisme, oleh karena itu kita hams menghargai semangat nasionalisme yang tinggi dengan mewujudkan semangat utuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Belajar dari keterpelajaran pemimpin bangsa terdahulu, maka kita sebagai bangsa yang bermartabat sudah sehamsnya memberikan
apresiasi nilai-nilai demokratis secara mondial.(***)

Leave a Reply

Your email address will not be published.