Mahasiswa UM Teliti Tradisi Lombe Pulau Kangean

Mahasiswa UM Teliti Tradisi Lombe Pulau Kangean, Surya 17 Agustus 2017

Mahasiswa UM Teliti Tradisi Lombe Pulau Kangean, Surya 17 Agustus 2017

Download Surya 17 Agustus 2017

Sebagai Upaya Konservasi Kerbau

MALANG, SURYA  – Tradisi Lombe adalah tradisi di Pulau Kangean Kabupaten Sumenep Madura. Tradisi itu semacam tradisi karapan sapi namun menggunakan sepasang kerbau yang diadu kecepatannya dengan sepasang kerbau lain.

Dalam tradisi Lombe, sepasang kerbau didampingi oleh dua kuda di samping tiap-tiap kerbau yang dinaiki joki untuk menggertak kerbau agar bergerak cepat.

Keunikan tradisi Lombe menarik perhatian 3 mahasiswa      Fakultas      llmu Sosial Universitas Negeri Malang, yaitu Misbahul Ulum, Kartika Hardiyati, dan Irfan untuk mendala-
mi dan menelitinya.

Mereka menggunakan tradisi Lombe sebagai upaya konservasi kerbau di Pulau Kangean. “Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui bahwa dalam 3 tahun belakangan, jumlah populasi kerbau menurun hingga 1 juta ekor. Bahkan guru besar IPS pernah memprediksi bahwa kerbau akan punah pada 2031 jika pemerintah tidak menangani masalah tersebut,”  jelas Misbahul pada SURYA,, Rabu (16/8/201 7):

Meski adanya fakta tersebut, jumlah kerbau di Pulau Kangean malah cenderung konstan karena adanya tradisi Lombe yang menggunakan kerbau sebagai obyek ulamanya.

“Fakta itu menjadi pertanyaan bagi kamt, apakah ada kaitannya jumlah kerbau itu dengan tradisi Lombe. Setelah kami melakukan wawancara, observasi, dan FGD dengan tokoh masyarakat, ternyata      tradisi Lombe berperan daiam menarik minat masyarakat untuk memeiihara kerbau,” terang mahasiswa Jurusan Ceografi itu,

Sejak tahun 2012,Pulau Kangean juga sebagai pengirim kerbau ke berbagai daerah dan jumlahnya semakin meningkat. Antara lain ke Banjarmasin, Jawa Tengah, dan Banten.

“Kerbau kan ternak asli Indonesia. Akan sangai di sayangkan jika anak cucu nanti tidak mengenai dan tidak pernah melihat kerbau. Masyarakat masih belum paham dan mengira kerbau bukan binatang langka, padahal fakta sudah berbicara/’lanjutnya.

Selama ini, penikmat tradisi Lombe hanya masyarakat asfi Puiau Kangean. ftdahal, dengan semakin banyaknya peminat dan penonton tradisi Lombe, tradisi ini akan membantu konservasi kerbau, serta membantu sosial dan ekonomi masyarakat Pulau Kangean.

“Dari segi sosial, Ira disi Lombe ini membantu masyarakat untuk bertemu dalam aeara tersebut. Masyarakat ‘ antar desa yang tidak saling mengenal pun berkumpul untuk berinteraksi menumbuhkan rasa persaudaraan tinggi,” ucapnya.

Sedangkan pada segi ekonomi adalah meningkatkan harga jual.kerbau dari Rp 30-35 juta per pa-sang, .menjadi Rp 55 juta per pasang. “Selain itu juga membuka peluang usaha di sekitar acara tradisi Lombe. Antara lain menjual makanan atau peralatan untuk landing kerbau,” tuturnya.

Penelitian yang lolos dalam ajang Pekan ilrhi-ah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2017 di Makassar itu memiliki output penelitian berupa buku dan artikei berbasis ilmiah berjudul APS-TRAL (Aplikasi Tradisi Lombe) sebagai Upaya Konservasi Kerbau di Pulau Kangean.

“Tujuannya agar tradisi Lombe bisa terangkat dan membawa serta Pulau Kangean untuk menjadi daerah wisata berbasis budaya yang dikenal dengan luas dan menarik perhatian pemerintah. ]uga dengan tujuan utama sebagai upaya konservasi kerbau,” tuturnya. (nh/adv)

Leave a Reply

Your email address will not be published.