Kuota SBMPTN Naik, SNMPTN Turun

MALANG KOTA – Ada yang berbeda untuk kuota seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN) dan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN) tahun ini. Yakni, ada penambahan untuk kuota SBM PTN dan ada pengurangan untuk SNM PTN.

Untuk SBM PTN, jika tahun lalu kuotanya 30 persen, bertambah menjadi 40 persen. Selisih 10 persen antara kuota tahun ini dan kuota tahun sebelumnya merupakan tambahan yang diambil dari kuota SNM PTN. ”SNM PTN sebelumnya kan 30 persen turun menjadi 20 persen. Sedangkan 10 persennya ini ditambahkan ke SBM PTN,” ucap Sekretaris Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Jawa Timur Dr Widyo Winarso saat dihubungi kemarin.

Alasan penambahan kuota SBM PTN ini, semata-mata untuk memberikan asas keadilan bagi calon mahasiswa baru. ”Untuk mengantisipasi mereka yang tidak daftar ulang setelah lolos di SNM PTN,” kata dia. Selama ini, ada banyak calon mahasiswa baru yang tidak daftar ulang setelah diterima. Ini dinilai Kemenristekdikti tidak memberikan rasa adil bagi mereka yang punya kesempatan diterima di jalur SNM PTN.

”Kemudian mengantisipasi kekurangan akibat tidak daftar ulang SBM PTN akan ditambahkan ke jalur mandiri. Kalau nanti ada yang tidak daftar ulang di jalur mandiri, ya sudah dibiarkan kosong,” kata dia.

Di jalur SBM PTN, ternyata juga masih banyak calon mahasiswa baru (camaba) yang mangkir daftar ulang. Sebabnya, beberapa pendaftar yang tidak daftar ulang biasanya sudah diterima di program kedinasan atau mendapat beasiswa di tempat lain. ”Karena itu di ketentuan ditulis minimal 40 persen. Karena bentuk antisipasi itu sendiri,” jelasnya.

Sementara itu, aturan yang berlaku pada 2019 bagi camaba yang telah lolos SNM PTN tidak bisa mangkir lagi. Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) menerapkan sanksi bagi camaba jika tidak melaksanakan daftar ulang.

Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof Dr A.H. Rofi’uddin menyatakan, masalah kuota per PTN masih akan dibahas lagi. ”Tidak langsung ditambahkan 10 persen. Masih ada pembahasan lanjutan,” kata dia.

Namun, dia menyatakan, perkiraan kuota 2019 bakalan sama dengan kuota tahun lalu. UM menerima mahasiswa dari jalur SNM PTN sejak dulu mencapai 30 persen. Jalur SBM PTN sebesar 40 persen dan mandiri 30 persen.

Lalu, adanya tambahan kuota di jalur SBM PTN tentu menimbulkan satu pertanyaan besar. Bagaimana kampus negeri mengatur penyelenggaraan tes? Mengingat dari data Pemkot Kota Malang per tahun sendiri ada lebih dari 100 ribu peserta tes yang masuk ke Kota Malang. Tentu akan menimbulkan kemacetan ekstra di beberapa titik.

Rofi’uddin menyatakan, selama ada sosialisasi penyelenggaran tes masuk perguruan tinggi, agar penyelenggaraan SBM PTN tidak di satu titik, maka dari LTMPT akan memberikan waktu selama 12 hari untuk tes SBM PTN. Dalam satu hari, ada dua kali tes antara pagi dan siang hari. ”Kalau tidak salah, waktu pelaksanaannya Sabtu dan Minggu saja,” ujar dia. Sementara dari jadwal yang dikeluarkan LTMPT, pelaksanaan SBM PTN dilakukan pada 30 Maret–26 Mei 2019.

”Namun, bisa berubah bergantung dari jumlah pendaftarnya juga,” kata dia. Kemudian, untuk lokasi tes kemungkinan tidak berubah. Disebar di SMA dan PTS di Kota Malang yang memiliki fasilitas komputer yang memadai. Sebab, mulai tahun depan pun seluruh ujian SBM PTN sudah menggunakan komputer.

Sama halnya dengan Rofi’uddin, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang Prof Dr Abdul Harris menyatakan,  penghitungan kuota per PTN yang berubah ini bakal ditentukan menjelang SBM PTN nanti. ”Karena besaran itu masing-masing kampus yang menentukan. Tetap mengacu pada minimum penerimaan yang ditentukan LTMPT,” kata dia.

Sumber dari: https://radarmalang.id/203102-2/

Leave a Reply

Your email address will not be published.