Guru Seharusnya Mengabdi dengan Panggilan Jiwa

Malang Post 8 November 2016

Malang Post 8 November 2016

Malang Post 8 November 2016

Guru Seharusnya Mengabdi dengan Panggilan Jiwa

MALANG- Universitas Negeri Malang (UM) merancang kurikulum baru demi mencetak calon guru yang bekeija dengan profesional. Desain baru kurikulum ini diharapkan menjawab tantangan turunnya profesionalitas guru di Indone¬ sia. Para guru diharapkan lebih ikhlas mengajar dan menjadikan tugasnya sebagai sebuah panggilan jiwa.

“Kurikulum ini memang baru kami canangkan, kami ingin menghasilkan tenaga guru yang memiliki panggilan jiwa untuk bekerja secara profesional,” ungkap Wakil Rektor I, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd kepada Malang Post.

Kurikulum pembelajaran basis kehidupan ini akan memberikan penyadaran kepada mahasiswa betapa pentingnya panggilan jiwa dalam dunia profesi guru, karena tugas guru yang tidak hanya mendidik secara akademis namun secara moral dan kepribadian.

Bukan hanya itu, Hariyono mengatakan, guru sekarang memang berbeda dengan guru di zaman Umar Bakrie. Di zaman sekarang, kebanyakan guru lebih mengejar apresiasi tinggi yang diberikan pemerintah. Itulah yang membuatnya prihatin.

“Kurikulum pembelajaran ini juga akan mengajarkan calon guru untuk bisa benar-
benar mengabdi seperti guru di zaman yang dulu,” tukasnya.

Hariyono mengatakan, dasar dari profesionalitas untuk mengabdi adalah dengan adanya panggilan jiwa.

“Meskipun awalnya tujuan mereka pastilah tergiur dengan iming-iming, tapi memang apapun tujuan mereka kita wajib menggembleng mereka dengan kurikulum itu, biar jiwa mereka bisa terpanggil dengan sendi-rinya,” ungkapnya.

Unisma mempunyai strategi berbeda untuk mengatasi menurunnya profesionalitas guru. Kampus hijau itu memakai sistim recmitment untuk menyeleksi calon gum.

Dekan Fakultas llmu Pendidikan Unisma Dr. Hasan Busri, M.Pd mengungkapkan, ada tes wawancara dan tertulis untuk menggali minat calon mahasiswanya.

“Kalau mereka ingin menjadi guru ya hams lolos tes dari kami dulu, kalau sudah memenuhi standart pasti bisa masuk ke fakultas ini,” ujarnya.

Tes tersebut menurutnya adalah sebagai tolok ukur seberapa minat mereka dengan profesi guru.

Pada saat tes dan wawancara di awal, ia mengatakan adanva pertanyaan mendasar yang akan ditanyakan adalah terkait minat dan alasan mereka untuk menjadi guru.

“Kalau niat mereka kami rasa pantas untuk menjadi guru nantinya, mereka akan lolos, namun jika tidak jelas ya terpaksa tidak bisa,” jelas Hasan.

Mengetahui minat calon mahasiswa menurutnya adalah hal penting untuk menghasilkan lulusan saijana ilmu pendidikan yang tidak hanya berkualitas, namun
juga mampu mempunyai panggilan jiwa menjadi seorang gum.

“Ada banyak faktor memang untuk menjadi guru B yang berkualitas, namun untuk a menjadi gum yang memiliki profesionalitas, hanya butuh panggilan jiwa yang tulus untuk mengabdi,” tutupnya. (sin/oci)

Leave a Reply

Your email address will not be published.