Garin Ajak Generasi Muda Bangkitkan Seni Pertunjukan Indonesia
Program ini ditujukan untuk menumbuhkan bakat-bakat baru kreator seni dan generasi muda usia maksimal 30 tahun dalam seni pertunjukan Indonesia, baik dari kalangan mahasiswa ataupun masyarakat umum yang mempunyai gagasan kreatif yang segar dan inovatif yang diwujudkan menjadi sebuah pertunjukan seni. Proposal 25 seniman atau kelompok/komunitas seni yang lolos seleksi akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop dan menampilkan karyanya di Galeri Indonesia, Jakarta, pada 19-22 November 2017.
Selama roadshow, ruang kreatif menghadirkan instruktur dari seniman profesional yang akan membagi ilmu dan pengalaman menangani proyek seni kolaboratif. Untuk Malang, selain Garin, juga dihadiri oleh Ratna Riantiarno (Produser Teater Koma) dan Adi Pardianto (Program Officer Bakti Budaya Djarum Foundation).
“Seni pertunjukan terus tumbuh dan berkembang di Indonesia, namun tidak dibarengi regenerasi kreator muda yang mampu terus konsisten berkarya, sekaIigus membangun komunitas seni di lingkungannya. Atas dasar itu, kami mengadakan program ruang kreatif yang mencari bakat-bakat para seniman muda baru di dunia seni. Harapannya, melalui program ini dapat melahirkan para seniman muda Indonesia di dunia seni pertunjukan yang mampu bersaing dengan seniman yang ada di dalam maupun luar negeri,” ujar Garin Nugroho.
Menurutnya, dunia seni pertunjukan menghadapi sebuah jaman baru, dimana ada ruang tumbuh sebagai ide dan pertunjukan, sekaligus wahana bagi kaum muda berekspresi dan berkarya.
“Seperti film Terang Bulan dengan gaya khas hawaian, meski lokasi di Indonesia. Karena saat itu demam heritage hawaian. Sisi heritage dapat diekpresikan dalam seni pertunjukan. Dan tak kalah, khusus Jawa Timur ada ludruk, ketoprak, keroncong, dan lainnya sebagai cikal bakal seni yang perlu dilestarikan dengan gaya kekinian,” jelas Garin pada mahasiswa.
Sementara Adi Pardianto, Program Officer Bakti Budaya Djarum Foundation, mengatakan, dalam Galeri Indonesia, kreator dituntut mampu menundukkan panggung, tentunya dengan parameter apresiasi penonton yang hadir dari semua usia. “Ada banyak ruang, ada banyak kreator yang mau mengurusi manajemen, dan lainnya. Dengan banyaknya proposal yang masuk untuk diseleksi, ini menunjukkan tingkat kemauan dan kemampuan yang tinggi,” jelas Adi.
Sedangkan, Produser Teater Koma Ratna Riantiarno, mengatakan kesuksesan dan pencapaian Teater Koma selama 40 tahun tak Iepas dari dukungan dan loyalitas krew dan pemain di Teater Koma. Tak hanya itu, relasi yang baik dengan para pihak pun dibutuhkan untuk menjaga agar kelompok seni tetap bertahan. “Inilah yang ingin kami bagikan kepada kreator/seniman muda Indonesia, semoga materi yang disampaikan dalam program ini dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh para peserta Bincang Seni Pertunjukan Indonesia,” ungkap Ratna Riantiarno.
Menurutnya, manajemen seni pertunjukan memang berbeda. Setiap kelompok harus punya gaya. Sutradara pun bisa serabutan dengan merangkap berbagai posisi. “Untuk itu, dibutuhkan stage manager yang membawahi seluruh pemain, dan Pimpro harus bertanggung jawab sepenuhnya. Jika tertangani, semua harus disiplin. Sehingga peran sutradara murni pengarahan pada teks, bahkan saat pertunjukan pun sutradara bisa santai,” tukas Ratna. (rhd/jun)
Sumber dari: https://malang.memo-x.com/36326/garin-ajak-generasi-muda-bangkitkan-seni-pertunjukan-indonesia-2.html