Web Berbasis E-Assessment Karya Mahasiswa UM Bikin Kepincut Kampus Malaysia

Web Berbasis E-Assessment Karya Mahasiswa UM Bikin Kepincut Kampus Malaysia

Empat mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ini bukan dari jurusan IT. Tetapi, mereka berhasil menciptakan web (laman) berbasis e-assessment (ujian online) yang berbeda. Bahkan karena inovasinya yang dianggap lebih maju, web untuk pembelajaran jarak jauh ini dipakai di Malaysia. Seperti apa?

Saat berbicang dengan Himmatul Ulya Alfaratri S., ketua tim pembuat website e-assessment dari UM, di kantor Radar Malang Minggu lalu (20/5), penulis diajak melihat model web tersebut di laptop. Saat itu, gadis yang akrab disapa Ratri ini mengklik materi ujian Fisika pada bab bandul. Lalu, di situ muncul soal.

Setelah soal itu muncul, barulah siswa bisa mengerjakannya. Setelah selesai, maka akan muncul skor, berapa yang benar dan berapa yang salah, secara otomatis. Dari pengamatan koran ini, sistem tes menggunakan e-assessment tersebut memang sangat simpel.

Menurut Ratri, karya tersebut merupakan hasil diskusi dan eksperimen yang dia lakukan bersama tiga temannya yang tergabung dalam tim UM. Tim itu terdiri dari Ratri sendiri sebagai mahasiswa Fisika angkatan 2014; Nur Aini Gama Lestari, mahasiswa Fisika (2015); Lutfi Maulida, mahasiswa Fisika (2015); dan Deni Ainur Rokhim, mahasiswa Kimia (2016). ”Kami membuat platform yang berbeda jauh dari e-learning,” ujarnya.

Platform ini dikembangkan berbasis e-assessment dengan lamannya bernama Go Formative. ”Di dunia pendidikan, kita mengenal aplikasi pembelajaran online dengan istilah e-learning,” kata Ratri.

E-assessment ini tidak jauh maknanya dengan e-learning. Bedanya, e-learning tetap memerlukan tatap muka di kelas, sementara e-assessment mendukung pembelajaran jarak jauh tanpa harus bertatap muka. ”Bedanya lagi, kami menambahkan fitur chat guru kalau siswa tidak memahami soal-soal Fisika di dalam web,” tambah dia.

Intinya, bagi Ratri, pelaksanaan pembelajaran online memang belum maksimal di Indonesia. ”Itu karena belum ada wadah untuk memudahkan pembelajaran online,” tambah mahasiswi yang tinggal di Ponpes Sabilurrosyad Karangbesuki, Sukun, ini.

Cara kerja laman Go Formative itu, siswa tinggal mengakses web dan memilih dua menu utama. Pertama, assessment. Dan kedua, materi. Mirip bank soal, nantinya siswa yang memilih assessment bisa mengerjakan soal Fisika mengenai gerak frekuensi sederhana dengan lima bab utama lainnya. ”Mereka kerjakan 30 soal, nanti nilainya keluar. Setelah itu, diarahkan ke penjabaran,” jelas Ratri.

Di penjabaran, web otomatis akan menjabarkan soal-soal yang salah dengan rinci. Malah, sudah dilengkapi dengan video yang mempermudah pemahaman siswa.

Bedanya dengan laman berbasis e-learning, e-assessment ini mengutamakan pembelajaran dua arah. Kalau siswa masih belum memahami penjabaran soal, bisa menggunakan fitur chat bagi guru yang tersedia.

Memang, laman Go Formative saat ini masih diisi soal Fisika saja. Tetapi, Ratri menjelaskan, pada dasarnya web ini bebas diisi mata pelajaran apa pun, mulai untuk SD hingga mahasiswa. ”Sementara untuk uji coba, kami praktiknya pakai soal Fisika,” jelasnya.

Ditanya soal ide rancangan soal ini, dia mengatakan, itu bermula dari timnya yang menyimak beragam buku soal-soal dan teori Fisika. Mereka juga dibantu salah satu guru SMA yang memberikan buku panduan ajar Fisika. Setelah merangkum semua hasil riset soal, mereka mengajukan soal dan kunci jawaban kepada dosen pembimbing.

Nah, rancangan soal mereka juga diterbitkan dalam buku 60 halaman berjudul Buku Pembelajaran Formatif dan sudah diterjemahkan menjadi Learning Book Formative. Buku ini sudah masuk dalam Perpustakaan Nasional.

Kurang lebih selama dua bulan mereka menyiapkan laman dan buku untuk dilombakan pada ajang The 4th CROWN i-Dea (International Innovation, Design, and Articulation) 2018. Perlombaan ini diikuti oleh 700 tim dari negara ASEAN, Turki, Maroko, Australia, Srilanka, Tunisia, dan India. Tim mereka dilombakan pada kategori C, Student of Higher Learning Institution, di Universitas Teknologi MARA Perlis Branch (UiTM Perlis), Malaysia.

Deni menjelaskan, mereka tidak mau sembarangan memilih ajang internasional. Ajang ini dipilih karena untuk subbab kategori mereka mengusung pengembangan berkelanjutan. Ini adalah program milik badan UNESCO dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Selama tiga hari dua malam di Malaysia, Ratri dkk menyiapkan strategi presentasi. ”Kami menebak kiranya soal apa yang ditanyakan juri dan sudah bagi-bagi tugas,” ujar Lutfi Maulida.

Usaha mereka untuk tetap optimistis dan berpikir positif membuahkan hasil. Tim ini memenangkan medali emas. Bahkan, yang tidak diduga, salah satu juri meminta mereka bekerja sama dalam mengembangkan Go Formative. Ratri mengatakan, juri yang bernama Dr Chau Kien Tsong PhD itu ingin laman Go Formative ini diaplikasikan ke dalam kampusnya. ”Hingga sekarang kami masih terus berhubungan dengan beliau. Kami tidak masalah siapa pun menggunakan web Go Formative. Gratis,” ujar Ratri.

Pewarta: Sandra Desi
Editor: Moh. Arief
Penyunting: Kholid Amrullah

Sumber dari:http://www.radarmalang.id/web-berbasis-e-assessment-karya-mahasiswa-um-bikin-kepincut-kampus-malaysia/

Leave a Reply

Your email address will not be published.