UM Kukuhkan Prof Imam Mukhlis dan Prof Im Hambali

Malang, SERU.co.id – Universitas Negeri Malang (UM) mengukuhkan dua Guru Besar (Gubes) di Graha Cakrawala UM, Kamis (1/4/2021). Yakni Prof Dr Imam Mukhlis, SE, MSi, sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan, dari Fakultas Ekonomi (FE) UM; dan Prof Dr IM Hambali, MPd, sebagai Guru Besar Bidang Bimbingan dan Konseling, dari Fakultas Pendidikan UM.

Dalam pidato pengukuhannya, Prof Imam  Mukhlis mengusung “Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan dalam Pembangunan Berkelanjutan”. Menurutnya, indikator keberhasilan pembanguan dapat ditilik dari 17 variabel. Dimana salah satunya, akses masyarakat terhadap pangan, serta peningkatan daya beli masyarakat diberbagai daerah terutama pelosok.

“Negara dalam konstitusi diwajibkan menyejahterahkan masyarakatnya melalui instrument fiscal dan moneter. Hal ini perlu diperkuat lagi, agar kesejahteraan social dan keadilan social tercapai,” ungkap Prof Imam Mukhlis, Kamis (1/4/2021).

Materi yang diusung oleh Prof Dr Imam Mukhlis, SE, MSi. (ist) - UM Kukuhkan Prof Imam Mukhlis dan Prof Im Hambali

Materi yang diusung oleh Prof Dr Imam Mukhlis, SE, MSi. (ist)


Pengentasan kemiskinan sendiri di Indonesia sudah mulai berkurang. Hal tersebut diiringi pula dengan diversivikasi pangan. Daya beli dan ketersediaan bahan pangan menjadi tolok ukur sebuah keberhasilan pembangunan. Terdapat capaian dalam pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia, yakni :

a. No Poverty
Dalam pencapaiannya di Indonesia, masih terjadinya angka kemiskinan yang terjadi. Sebagai ilustrasi tahun 2007, tingkat kemiskinan masih tinggi yakni sebesar 16,58 % dan tahun 2019 angka kemiskinan turun menjadi sebesar 9.22% (www.bps.go.id)

b. Zero Hunger
Dalam pencapaiannya masih terjadinya kelaparan di Indonesia. Berdasarkan data dari Global Hunger Index (GHI), indek kelaparan di Indonesia tahun 2019 sebesar 20,1 (mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 sebesar 24,9). Angka tersebut masuk kategori serius dan posisi Indonesia berada pada rangkin ke 70 dari 117 negara (globalhungerindec.org/pdf/en/2019/Indonesia.pdf).

Baca juga:   Kampung Budaya Polowijen Ujicoba Program SMK Magang Membatik

c. Reduced Inequality
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, tingkat ketimpangan pendapatan yang diukur dengan Gini ratio pada tahun 2010 sebesar 0,413 dan pada tahun 2019 turun menjadi sebesar 0,380 (www.bps.go.id).

Dalam implementasi pembangunan nasional dari waktu ke waktu persoalan kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan pemenuhan pangan senantiasa menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan. Adanya kemiskinan dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia mengindikasikan masih terjadinya ketimpangan pendapatan antar masyarakat di berbagai daerah.

Sementara itu, Prof Im Hambali, dalam pidato pengukuhannya mengusung “Membangun Kemandirian Perilaku Ekonomi Melalui Intervensi Komperehensif Analisis Model Bimbingan dan Konseling Karir bagi Remaja Indonesia”. Menurutnya, soft skill pada siswa harusnya diperkuat lagi dalam tataran pendidikan formal. Pasalnya, hard skill yang sudah diberikan selama ini akan sirna, tatkala tidak ditunjang dengan soft skill yang memadai.

“Terdapat tujuh soft skill yang penting untuk dilekatkan pada siswa agar dapat mandiri dan optimal dalam bekerja,” ungkap Prof Im.

Materi yang diusung oleh Prof Dr IM Hambali, MPd. (ist) - UM Kukuhkan Prof Imam Mukhlis dan Prof Im Hambali

Materi yang diusung oleh Prof Dr IM Hambali, MPd. (ist)


Tujuh soft skill itu, di antaranya interpersonal skill, keterampilan multicultural (multicultural skill), keterampilan manajemen emosi, dan keterampilan berkomitmen, keterampilan peduli social, karakter keuletan dn karakter kejujuran.

Fenomena mengenai karir di Indonesia sangat kompleks. Problematika ketenagakerjaan yang merupakan manifestasi dinamika karir di Indonesia sangat luas. Berbagai sektor karir yang diwujudkan dalam proses rekrutmen hingga capaian puncak karir seseorang tidak lepas dari dimana, kapan dan bagaimana individu berkerja.

Preferensi dan penyebaran tenaga kerja yang selama ini cenderung lebih condong bekerja di sector formal, dunia usaha dan industry harus membelah diri menuju era yang lebih dinamis yakni kesanggupan untuk bekerja di sektor mandiri atau wiraswasta. Kesanggupan itu masuk ranah individu dan kepribadian (soft skill), yang pertumbuhan dan penyiapannya tidak bisa dilakukan secara singkat seperti halnya mendidik keterampilan keras (hard skill). (rhd)

Sumber|https://seru.co.id/um-kukuhkan-prof-imam-mukhlis-dan-prof-im-hambali/