Tantangan Guru di Era Revolusi Industri 4.0

Published on Sunday, 25 November 2018 21:47

MALANG – Sejak Revolusi Industri 4.0 bergerak di awal dekade yakni tahun 2011, semua lini kehidupan tersentuh oleh dampak tersebut, tidak terkecuali dunia pendidikan. Pengaruh paling dahsyat yakni terjadi turbulensi lapangan kerja industri dan dunia usaha.

Jutaan pekerjaan yang dulu dikerjakan manusia kini digantikan mesin dan otomatisasi yang digerakkan paduan cyber dan physical system.

Prof. Dr. Waras Kumdi

Turbulensi sedang terjadi di dunia kerja, sehingga mengakibatkan 35% core skills akan hilang dalam 10 tahun yang akan datang. Dan 65% anak di bangku SD saat ini akan menemui pekerjaan yang belum ada sekarang.

Pakar Pendidikan Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr.Waras Kamdi, mengungkapkan disisi lain Indonesia memiliki bonus demografi yang sangat besar. Sekitar 260 juta penduduk produktif dalam 10 tahun ke depan, 60% adalah generasi milenial, Generasi Z yang sekarang mereka masih di bangku sekolah. “Kalau generasi ini menjadi manusia-manusia produktif, negara dan bangsa ini akan menjadi pemenang. Indonsia akan menjadi negara besar,” ungkap Waras, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut, generasi Z dan Generasi Alpha yang sekarang di bangku sekolah memiliki karakteristik khas. Mereka langgas, tidak mudah menerima peran tertentu, suka coba-coba (eksperimen), kreatif dan punya potensi kemandirian yang tinggi.

“Tiga hal tersebut menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi oleh guru. Untuk itu, para guru harus merubah paradigma, merubah mindset,” terangnya.

Mengajarkan kecakapan kepada peserta didik menjadi suatu keharusan bagi guru, untuk bekal mereka dalam menghadapi jenis pekerjaan atau profesi yang akan dilakukan pada masa mendatang. Dari kecakapan yang diajarkan dalam pembelajaran di sekolah itulah kelak akan menjadi core skills yang berguna bagi generasi mendatang.

Kecakapan tersebut meliputi pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif, membangun komunikasi dan jejaring, serta beretika tinggi menjadi premium. Tugas guru adalah mengembangkan potensi kemampuan tersebut untuk dimiliki pada diri setiap peserta didik.

“Yang perlu dilakukan guru adalah mengubah cara pandang terhadap peserta didik. Ajari dan kenalkan anak-anak mengenai kehidupan nyata yang sedang terjadi, bahwa kehidupan sedang berubah lari tunggang langgang ini melalui mata pelajaran di sekolah,” jelas dosen yang sedang menekuni Disruptive Learning Innovation ini.

Disisi lain mulai hidupkan matematika, fisika, biologi, kimia, bahasa, sejarah, ekonomi, seni budaya dengan mengaitkan belajar dalam kehidupan. Ajarkan literasi kehidupan sejak dini, literasi data dan informasi, literasi ekonomi, literasi kesehatan, dan literasi-literasi lainnya.

Sementara untuk mengembangan ruh pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan kapabilitas dan karakter, olah pikir, olah hati, dan olah raga. Kemampuan penalaran menjadi daya utama kreativitas dan inovasi.

“Kemampuan mengambil keputusan ditentukan oleh pertimbangan etik dan nilai yang ruhnya berada pada kemampuan olah hati, dan ketangguhan fisik, keyakinan, sportivitas, pantang menyerah, menyukai tantangan ruhnya bersumber dari olah raga. Belajar berbasis kehidupan nyata adalah pengalaman-pengalaman belajar yg mampu menyatukan semua spek tersebut,” pungkasnya. (lin/udi)

Sumber dari: https://www.malang-post.com/pendidikan/tantangan-guru-di-era-revolusi-industri-4-0

Leave a Reply

Your email address will not be published.