Suka Duka Dosen UM Kuliah di Tengah Invasi Rusia ke Ukraina

Malang, SERU.co.id – Peperangan membawa dampak bagi pihak yang bersengketa, tak hanya negara, namun warga, logistik, infrastruktur, dan lainnya. Seperti dialami salah satu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM), Febry Wijayanti yang tengah menempuh pendidikan program doktoral (S3) di Ural Federal University di Yekaterinburg, Rusia.

Akibat invasi Rusia ke Ukraina, beberapa negara mengembargo Rusia. Tak ayal, akses apapun menjadi terbatas, bahkan menjadi dilema dengan naiknya harga kebutuhan pokok yang turut meningkat seiring menipisnya stok barang.

“Transfer uang kita tidak bisa, baik menerima maupun mengirim ke Indonesia. Terkait kebutuhan pokok, memang ada kenaikan yang saya kira cukup lumayan. Seperti susu yang dulu 50 Rubel, sekarang jadi 70 Rubel,” seru Febry, melalui Zoom Meeting bersama awak media dan Humas UM.

Selain itu, harga sayur-sayuran juga mengalami kenaikan, lantaran Rusia mengimpor sayur dari beberapa negara, salah satunya China. Tak hanya itu, sejumlah gerai di mal juga banyak yang telah tutup.

Bahkan, nilai tukar mata uang Rusia terhadap Indonesia juga mulai melemah, 1 Rubel setara dengan Rp 100. Padahal sebelumnya 1 Rubel Rp 250.

“Jadi kalau gak bisa diambil ya kita gak bisa apa-apa. Untungnya masih bisa diambil di ATM,” timpal wanita yang tinggal sejak 2017 di Rusia.

Ketegangan yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina membuat para sahabat dan keluarganya di Indonesia merasa khawatir akan kondisinya. Namun sampai detik ini, ketegangan antar kedua negara ini tidak berdampak terlalu signifikan pada perkuliahan.

“Kami bersyukur kondisi mahasiswa di Rusia baik-baik saja, bahkan antar universitas masih bisa berhubungan dengan baik. Meski akses keluar atau masuk Rusia terasa sulit, hanya bisa dari Istambul, Abu Dabi dan Dubai,” bebernya.

Dalam proses perkuliahan secara daring juga mengalami kesulitan. Selain FB, twitter dan Google Meet 100 persen off, maka terpaksa memakai VPN walaupun ada tambahan biaya.

“Kami memakai produk mesin pencari informasi buatan Rusia, Yandex,” ucapnya.

Alasan dirinya memilih kuliah di Rusia, karena negara ini terkenal sebagai gudangnya ilmu. Sama halnya 20 mahasiswa WNI yang tengah menjalani pendidikan di Rusia. Pasalnya, sebut saja astronot pertama yang mendarat di bulan, dan beberapa ilmuwan terkenal lainnya dari Rusia.

“Setahu saya, kalau tahun lalu ada sekitar 665 mahasiswa. Kalau WNI yang nikah dengan orang Rusia sekitar 1.100 an,” pungkasnya. (rhd)

Sumber| https://seru.co.id/suka-duka-dosen-um-kuliah-di-tengah-invasi-rusia-ke-ukraina/