Pendidikan Kejuruan bagi Disabilitas

07-12-2019 / 09:38 WIB

Oleh:

– Meylia Elizabeth Ranu

– Djoko Kustono

Prodi Doktoral Pendidikan Kejuruan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang

HAKIKATNYA, karier dan pekerjaan adalah hak setiap warga negara termasuk penduduk dengan kebutuhan khusus (disabled). Keterbatasan fisik bukanlah halangan bagi seseorang untuk memilih dan menjalankan karier sesuai dengan potensinya. Ada banyak contoh dan bukti yang menunjukkan bahwa penyandang cacat dapat berhasil sesuai dengan pilihan karir mereka.

Oleh karena itu, pendidikan kejuruan diperlukan untuk menciptakan desain pendidikan dan pelatihan yang ramah dan layak bagi disabilitas. Desain pendidikan kejuruan harus dipayungi oleh kebijakan negara termasuk dalam Instruksi Presiden No. 89 Tahun 2016 Pendidikan Kejuruan diposisikan dalam kerangka Pendidikan Kejuruan untuk semua.

Pendidikan Kejuruan bagi Disabilitas

Makna semua adalah tidak terbatas pada gender, usia, bahkan kondisi fisik. Oleh karena itu, keselarasan antara dunia pendidikan dan dunia kerja adalah masalah yang selalu aktual dalam kerangka pendidikan kejuruan, termasuk menjadi masalah aktual bagi para disabilitas.

Negara sebagai supra sistem pemerintahan, diharapkan dapat membingkai masalah disabilitas dan pendidikan kejuruan dalam kerangka kebijakan publik. Namun sampai saat ini, kebijakan pendidikan kejuruan untuk para disabilitas masih terintegrasi dalam kebijakan utama di lembaga-lembaga tertentu.

Belum ada inovasi kebijakan yang secara signifikan menyediakan tempat khusus bagi penyandang cacat dalam kerangka formal pendidikan kejuruan. Di beberapa negara maju, para penyandang cacat dipersiapkan untuk memiliki keterampilan kecakapan hidup untuk mendukung kemandirian dan penghidupan mereka nanti sebagai orang dewasa.

Amerika Serikat menunjukkan bahwa pemerintah mempersiapkan karir siswa berkebutuhan khusus usia sekolah dengan melakukan bimbingan karir dan eksplorasi dengan partisipasi orang tua, pelatihan keterampilan, penilaian keterampilan dan membantu untuk menemukan pekerjaan alternatif bagi mereka setelah lulus.

Spichtinger dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemerintah Jerman telah menyiapkan peraturan dan penyediaan pasar tenaga kerja untuk penyandang cacat dengan memetakan dan menyiapkan pendidikan kejuruan bagi kaum muda penyandang cacat.

Hirvonen menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan untuk siswa penyandang cacat di Finlandia telah mampu mengubah konsep pendidikan inklusif menjadi pendidikan berbasis kejuruan sehingga siswa dengan kebutuhan khusus lebih mudah diterima di masyarakat.

Di Indonesia, pekerjaan adalah masalah penting bagi para penyandang cacat untuk bertahan hidup dan mendapatkan pengakuan sosial. Kedengarannya tidak mudah masuk dalam pemerintahan tapi dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 sudah mencantumkan tentang kewajiban mempekerjakan difabel, meski hanya 1 persen.

Pemerintah sudah membuka lowongan pekerjaan yang resmi untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil khusus penyadang disabilitas dan tentunya dengan syarat-syarat tertentu. Bagaimana dengan karir di sektor lain? Banyak sektor pekerjaan yang dapat diisi oleh para disabilitas dengan syarat mereka mendapat pengetahuan dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Kekhususan  yang mereka miliki akan menciptakan karir yang khusus, dan pendidikan kejuruan adalah jembatan untuk mewujudkan hal tersbut. Sebagai contoh sederhana, ketika siswa penyandang disabilitas, yang hanya memiliki satu lengan tangan masuk dalam pendidikan kejuruan bidang kulinari, dia tidak hanya dipersiapkan menjadi koki hebat, namun ada peluang karir baru, yaitu dapat menemukan dan mendesain peralatan memasak khusus untuk penyandang tuna daksa.

Kepekaan terhadap kekhususan dan kekhasan ini memungkinkan lahirnya bidang karir yang special bagi murid yang “special”. Dengan demikian, diperlukan pola pendidikan dan pelatihan kejuruan khusus bagi para disabilitas guna menunjang karir mereka.

Langkah awal yang dapat dilakukan di tingkat sekolah kejuruan yaitu dengan mereduksi sikap negatif dan kurangnya pengetahuan guru, anggota masyarakat, dan calon pemberi kerja, tentang kebutuhan khusus bagi siswa disabilitas, memfasilitasi bentuk pelatihan keterampilan yang dapat diakses dan memungkinkan melakukan konsultasi dengan pengusaha.

Lalu perwakilan pekerja dan organisasi disabilitas, membentuk dan memperbanyak lembaga-lembaga teknologi bantuan, mengeliminasi persyaratan masuk sekolah, kurikulum yang fleksibel, penyediaan bahan dan instruksi dengan format yang dapat diakses (bahasa isyarat, huruf Braille, dan lain-lain), serta meningkatkan pembiayaan untuk membuat fasilitas-yang dapat diakses oleh para disabilitas.

Terakhir, sekolah harus mampu dan mau menunjukkan kemampuan siswa-siswa disabilitas melalui kampanye, pameran pendidikan, atau menjadikan mereka sebagai duta sekolah ramah disabilitas (*/Malangpostonline.com)

Sumber dari: https://www.malangpostonline.com/Edupolitan/Kampus/2019-12/27610/pendidikan-kejuruan-bagi-disabilitas

Leave a Reply

Your email address will not be published.