Pembelajaran Daring Jadi Tantangan, Perlu Fleksibelitas Kurikulum

 

Kali ini tentang implementasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah menengah.

“Tujuannya agar bisa berbagi pengetahuan dan pembelajaran yang berkualitas untuk anak didik,” kata Drs I Wayan Dasna MSi MPd PhD, Kepala LP3 UM.

Dalam kondisi darurat karena pandemi Covid-19, maka diberlakukan pembelajaran daring di semua jenjang pendidikan.

Bahkan Mendikbud sudah memutuskan pembelajaran daring diperpanjang hingga semester depan. Hal ini karena 94 persen populasi masih berada di zona non hijau.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud Maman Fathurrohman PhD menyatakan keterbatasan dan kebiasaan baru ini menjadi tantangan.

“Ada sisi positifnya. Sehingga berupaya bersikap efisien dengan adanya Covid-19,” jelas dia. Dengan kondisi yang ada, maka dalam implementasi kurikulum, sekolah dan dinas pendidikan agar tidak memaksakan kompetensi inti-kompetensi dasar karena darurat. Sementara untuk penyerderhanaan kurikulum tahun ajaran 2020/2021 masih tahap progres. “Nanti perlu ada permendikbud dalam konteks ada relaksasi kurikulum,” jelas Maman.

Dikatakan, meski nanti Covid-19 tidak ada lagi, perlu dilakukan fleksibilitas kurikulum. Karena masalah tidak hanya pandemi Covid, bisa jadi ada bencana alam lainnya. Misalkan tsunami, konflik sosial, perang.

Sehingga pemerintah harus menyiapkan kurikulum yang adaptif.

Bahkan dari PGRI juga mengusulkan adanya kurikulum darurat bencana. Ini mengisyaratkan ada kebutuhan masyarakat akan itu.

Selain adaptif juga perlu melibatkan kearifan lokal dalam pembelajarannya.

Sedang Zubaidah, Kadikbud Kota Malang di webinar itu menyatakan dalam pembelajaran daring perlu juga kesiapan orangtua dalam mendukung anak.

Sehingga bisa membantu mengontrol anaknya dalam proses belajar daring. Sebab karena kondisinya masih pandemi, maka kurang ada aktifitas tatap muka guru-siswa.

Dikatakan, banyak sekolah di Kota Malang ingin buka. Tapi situasinya belum memungkinkan.

Sehingga saat libur semester ini, para guru sedang mempersiapkan diri untuk pembelajaran daring pada semester depan seperti lewat workshop.

Sejauh ini, untuk sekolah menengah disebut Zubaidah memanfaatkan 13 jenis model daring, termasuk portal di kesatuan pendidikan.

Namun Maman memberi masukan agar jangan banyak portal. Tapi bisa membuat portal terintegrasi.

Sedang menghadapi masa kenormalan baru, sekolah-sekolah juga mempersiapkan diri. Sehingga pembelajaran dilakukan dengan pola hidup bersih dan sehat.

Saat ini dilakukan pemetaan sekolah yang memenuhi standar saat offline nanti. Sudah dibentuk tim untuk penyusunan instrumen sekolah sehat, penyusupan SOP dll.

Semua sekolah kini juga sudah memiliki thermo gun, pemetaan wastafel dan kamar mandi agar sesuai dengan jumlah warga sekolah. Jika belum, maka bisa direncanakan pengadaan untuk sarpras lainnya.

Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UM, Dr Henry Praherdhiono MPd dengan pembelajaran daring, teknologi termudah bisa dimanfaatkan oleh guru jika misalkan hanya mampu di “word”.

“Misalkan google. Ada doc, klik. Tinggal ditulis apa yang ingin disampaikan dipublikasikan ke WA-WA orangtua,” katanya.

Ia mencontohkannya dengan mengirim link hasil tulisan di doc itu ke WA. Nantinya orangtua bisa meng klik. Ini disebut konstruksi belajar dipermudah. Hal ini karena kondisi tiap guru berbeda dalam teknologi.

Sumber dari: https://suryamalang.tribunnews.com/2020/06/30/pembelajaran-daring-jadi-tantangan-perlu-fleksibelitas-kurikulum?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published.