Modal Rp 90 Ribu, Produknya Tembus Korea hingga Brasil

ULFA AFRIAN

Ini semua berawal dari hobi. Ketika masih kuliah tahun 2013, Aditya Kurniawan kerap menghabiskan uang sakunya untuk bermain game ini di mal. Lama-lama dia berpikir kok sayang sekali jika uangnya ludes hanya untuk main game ini. Kenapa dirinya tidak bikin sendiri saja. So, dia mulai mengajak saudara kembarnya, Andreas, dan saudara tertuanya, Teguh Candra.

Dengan bermodal hanya Rp 90 ribu, dia pergi ke Pasar Besar Malang untuk mencari bahan. Kebutuhan bahan apa saja dia ketahui dari internet. Lalu dia mulai belanja. Aditya lalu iseng coba-coba bikin game tersebut dengan menirukan langkah di internet. Berkali-kali mencoba, akhirnya dalam dua hari dia berhasil merakit game dalam waktu 2 hari.

Sayangnya, ukuran alas di game itu tidak standar. Beda dengan yang ada di mal. Untuk diketahui, game ini menggunakan alas yang diinjak berbahan karet atau metal. Injakan kaki itulah yang menentukan gerakan di layar monitor.

Kreativitas Aditya Kurniawan ini tak perlu diragukan lagi. Dia mampu merakit game yang lagi hit: Pump It Up. Game rakitan arek Malang ini sudah dinikmati para gamer di Korea Selatan, Filipina, Singapura, Malaysia, Brunei, hingga Brasil.

Maka, diam-diam dia datang ke mal untuk mengukur lebar dan luasnya. Baru setelah itu ukuran game persis dengan aslinya.  Berhasil dari sisi rakitan, tapi gagal di sisi sensor. Mudah sekali rusak. Dia pun belajar di internet mencari bahan yang bagus dan berhasil.

Setelah game rakitannya dianggap sempurna, dia iseng mem-posting di Facebook. Di luar dugaannya, banyak yang tertarik. Bahkan, ada yang langsung memesan. Dari situlah, dia semangat untuk merakit lagi demi melayani pesanan. ”Akhirnya buat lagi untuk dijual,” terang Aditya.

Pada 2013 silam, dia hanya membuat jenis game ini dengan karet. Tapi, pada 2015 dia mulai mencoba membuat dari bahan metal. Orderan mulai bertambah hingga dari gamer berbagai negara. Dia pun sempat kewalahan di bagian produksi. Bahkan, sampai beberapa kali mengembalikan uang pemesan yang tidak sabar menunggu rakitan jadi.

Merasa prospek usaha itu begitu bagus, maka dia merekrut tiga karyawan untuk memproduksi. ”Tapi ya gitu, harus di-training dulu mereka,” ungkap alumnus Universitas Negeri Malang (UM) ini.
Semenjak itu, omzetnya merangkak. Dalam sebulan biasanya kurang lebih omzetnya mencapai Rp 50 juta. ”Untuk bersihnya sekitar 40 juta,” imbuh laki-laki yang juga menjadi public relation hotel di Kota Batu itu.

Untuk sementara ini, jenis produknya masih ada 2. Versi bahan karet dan metal. Tapi, dalam tiap jenis juga terdiri dari 2 macam, yakni single pad dan double pad. ”Jadi, totalnya 4 produk,” terang Aditya.

Menurut pengakuannya, paling laris versi metal yang single pad dengan kisaran harga Rp 2,5 juta. Sementara penjualan keseluruhannya dalam tiap bulan rata-rata 50 biji dari berbagai jenis. ”Paling ramai biasanya setelah Idul Fitri dan sebelum Natal,” terang dia.

Selama ini dia memasarkan produknya  di online. Seperti  Facebook, Instagram, Bukalapak, Shopee, dan Tokopedia. ”Kita harus memanfaatkan zaman yang sudah serbamudah,” imbuhnya.

Dia juga berpesan untuk semua anak muda, jangan takut untuk mencoba hal yang baru. Harus berani ambil risiko dan harus berani selangkah lebih maju dari yang lain.
Dia berharap, rakitannya ini bisa menjadi alternatif untuk pencinta game Pump It Up, bisa menjadi solusi biar bermain game di rumah.

Bahkan, di tengah maraknya game online, dia tetap optimistis usahanya berkembang. Sebab, game Pump It Up sudah punya market tersendiri. ”Sejauh ini, game online rata rata main jari,” imbuhnya.

Tapi, pencinta game ini tidak bisa digantikan dengan game online. Sebab, game ini menggunakan kaki dan keseruannya tidak ada di dunia maya.

Sumber dari: https://radarmalang.id/modal-rp-90-ribu-produknya-tembus-korea-hingga-brasil/

Leave a Reply

Your email address will not be published.