Membawa MFC terkenal di Parade Dunia

Daftar Kekayaan Budiharto0019_1 dosen teknik_1

Malang Post 9 Agustus 2016

Malang Post 9 Agustus 2016

 

 

 

Malang Post 9 Agustus 2016

Malang Post 9 Agustus 2016

Malang Post 9 Agustus 2016

 

 

Membawa MFC terkenal di Parade Dunia

KARYANYA melampaui profesinya. AgusSunandar S.Pd, M.Sn, dosen Program Studi (Prodi) Tata Busana di Universitas Negeri Malang (UM) terbang ke belasan negara untuk mengenalkan budaya yang dikreasi dalam bunga dan dunia fashion. Kota Malang pun ikut terkenal. Pria kelahiran Malaka itu memulainya dengan Malang Fashion Carnival (MFC) yang diwujudkan szjak tahun 2009 lalu.

Agus Sunandar lebih dari seorang dosen tata busana di UM. Dia mewujudkan diri sebagai seorang fashion designer. Nama Agus dan kota pendidikan ini melambung hingga berbagai penjuru dunia lantaran sebagai salah seorang penggagas Malang Fashion Carnival (MFC). MFC merupakan salah satu event parade budaya yang digelar sejak tahun 2009.

Untuk diketahui, MFC merupakan event fashion on street yang bertemakan bunga. Hal ini terinspirasi dari wisata Kota.Malang yang terkenal dengan Malang Kota Bunga. Kegiatan tersebut merupakan salah satu parade budaya yang berasal dari masyarakat Kota Malang dan juga mahasiswa Prodi Tata Busana UM.

Agus menjelaskan, event yang digagasnya itu berawal dari semakin berkurangnya kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap budaya. “Kota .Malang terkenal sebagai kota bunga, jadi itu yang berUsaha kami tonjolkan saat itu,” katanya. Agus lalu selaraskan keindahan dan keelokan bunga dalam bentuk kostum pakaian. Tujuannya, ingin menyadarkan masyarakat tentang keindahan Kota Malang melalui karya Agus dan mahasiswa.

Dari pengalaman itulah, tercetus ide membuat parade budaya dan fashion MFC. Melalui event tersebut, Agus berharap industri pariwisata Kota Malang semakin menggeliat seiring dengan terns bertahan dan berjalannya MFC.

“Lebih ke pariwisata untuk event, kalau wisata alam kita sudah ada di Kabupaten Malang dan juga Kota Batu,” jelasnya. Tak hanya menggelora di kalangan lokal. Kiprah MFC pun sudah membanggakan Kota Malang di kancah dunia.

Bulan Oktober 2014 menjadi titik awal perjalanan MFC di panggung intemasional. Melalui bantuan Kementerian Pariwisata, Agus mencoba mengirim portofolio MFC ke parade budaya kelas intemasional di Moscow.

“Sebelumnya saya sudah berkali-kali mengirim portofolio, namun tidak ada yang lolos. Berkat support dari Kementerian Pariwisata saat itu, MFC akhimya bisa tampil dalam parade ,budaya intemasional di Moscow,” kenangnya.Kejutan tak henti sampai disitu.

Kejutan tak henti sampai disitu Meski baru pertama kali mengikuti event intemasional, MFC sudah menyabet penghargaan sebagai the best performances. Saat itu,kenang Agus, MFC menampilkan kostum yang sarat dengan semboyan Indonesia. Yakni Bhineka Tunggal Ika yang dikemas dengan unsur utama bunga.

“Nilai-nilai itu yang kita tonjolkan, kostum kita buat besar untuk membuat mereka kagum dan penasaran dengan budaya Indonesia,” papamya. Agus mengaku, tidak mudah membangun prestasi dari apa yang telah ia bangun. Pria lulusan pasca sarjana Institut Teknologi Bandung (ITB) itu pemah mengalami masalah selama berada di Moscow. Saat itu ia bersama rombongan tengah mengabadikan kenangan
di sebuah taman. “Kalau di Malang seperti alun-alun begitu,” ucapnya mencoba menjelaskan.

Besamya kostum yang dikenakan para model, sontak memicu kerumunan warga sehingga sempat membuat taman yang tadinya sepi menjadi ramai. Sialnya, karena keramaian itu akhimya mereka digiring sejumlah polisi setempat.

Temyata, taman tersebut adalah ta¬ man “keramat” bagi warga setempat. Di tempat itulah, kegiatan pemerintahan dan kerajaan berlangsung. “Meski kami berfoto disitu melalui persetujuan KBRI, tapi karena tidak tahu akhimya kami kena. Untungnya, kami segera lotos juga berkat KBRI,” urainya.

Pengalaman lain juga sempat tim MFC rasakan, saat mengadakan pameran di Papua New Geuinea. Minimnya tingkat keamanan di negara tersebut membuat tim MFC hams dikawal sejumlah tentara. “Bahkan setelah tampil kami tidak kemana-mana, langsung kembali ke hotel,” ungkapnya.

Kiprah Agus terns berkembang.Pengalamannya terbang ke 18 negara membuatnya belajar banyak hal. Berbagai kota di sejumlah negara selain Moscow yang pemah dikunjungi untuk mengikuti event parade diantaranya London, New Orlens hingga Taiwan.

Menurut dia, masing-masing negara memiliki ciri khas tersendiri dalam menggelar pameran budaya. “Seperti di Papua New Geuinea yang cenderung suka ke arah urban, kalau di Eropa suka dengan budaya tradisional,” paparnya.

Selain di Moscow, awal tahun 2016, MFC juga membawa pulang predikat The Best National Costume dalam parade budaya yang diselenggarakan di Kuala Lumpur. Sebelumnya, di Taiwan, MFC juga menyabet The Best Performances, (nia/van)

Leave a Reply

Your email address will not be published.