Makaroni Baper Antar Eka Wulan Sari Kuliah S2 di Universitas Negeri Malang (UM)

 

SURYAMALANG.COM, TRENGGALEK – Bisnis makaroni mengantarkan Eka Wulan Sari sampai kuliah S2 di Universitas Negeri Malang (UM).

Cewek asal Desa/Kecamatan Karangan, Trenggalek ini sudah fokus bisnis kuliner camilan sejak 2015 atau sejak duduk di bangku kelas 2 SMA.

Eka memproduksi Makaroni Baper sampai sekarang.

“Saya sudah berjualan sejak TK. Saat itu saya bawa barang-barang untuk dijual ke teman-teman,” kata Eka kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (8/10/2021).

Cewek keliharian 5 Oktober 1997 itu adalah pencinta makanan super pedas.

Dari kegemaran inilah cerita bisnis Eka bermula.

Awalnya Eka sering beburu jajanan bercita rasa super pedas untuk camilan sehari-hari.

Bahkan Eka harus membelinya dari luar kota.

Saat itu, produk jajanan pedas belum banyak di Trenggalek.

Eka melihat peluang bisnis yang menjanjikan.

Pemikiran Eka waktu itu sederhana, yaitu banyak orang Trenggalek yang gemar makanan pedas.

Itu terbukti dari cita rasa kuliner khas lokalnya, mulai dari ayam lodho, nasi gegok, hingga pindang sapi. Semua identik dengan komposisi cabai yang dominan.

“Tapi belum banyak yang jualan makanan pedas di sini. Jadi saya mulai dengan menjual produk camilan orang lain dari luar Trenggalek yang aku jual di Trenggalek,” sambung dia.

Dia membeli produk dalam jumlah jumbo, kemudian dijual kembali dalam kemasan kecil.

Eka menjajakannya di kafe dan warung makan di Trenggalek.

Ternyata, minat pasar cukup baik.

Akhirnya, ia memutuskan untuk memproduksi sendiri.

“Ternyata tidak gampang. Awalnya produk buatan sayatidak langsung bagus.”

“Banyak pelanggan yang komplain. Tapi saya terus cari-cari sampai ketemu komposisi yang pas,” ujarnya.

Komposisi yang dianggap pas itu menghasilkan produk sesuai dengan keinginan Eka.

Yakni camilan makaroni yang tidak alot, rasanya enak, dan pedasnya di atas rata-rata.

Produk kreasi mandiri itu dipasarkan mulai awal 2016. Dibantu ibu dan seorang kerabat, mereka memproduksi ratusan kemasan setiap harinya.

Lambat laun, makaroni buatan Eka mulai dikenal secara luas. Tak hanya di Trenggalek, tapi juga di wilayah kabupaten tetangga.

“Akhirnya banyak agen yang juga ikut membantu penjualan. Terutama untuk di luar kota. Mulai dari Tulungagung, Kediri, Madiun, Nganjuk, bahkan sampai di luar Jawa juga, seperti di Samarinda,” terangnya.

Saat pesanan mulai tinggi, Eka tetap berusaha untuk menjualnya secara mandiri.

Eka kengenalkan produknya kepada orang-orang terdekat, termasuk teman-temannya di SMA.

“Pas ujian SMA itu, aku bawa banyak banget jajanan. Sampai sama guru dibilang, ‘kamu ini mau ujian apa mau jualan’,” terangnya.

Dari bisnis tersebut, Eka mendapat pundi-pundi uang yang lumayan.

Itu juga yang meningkatkan memotivasinya untuk melanjutkan belajar di jenjang yang lebih tinggi.

Eka rkuliah di Prodi Manajemen Universtias Negeri Malang (UM) tahun 2016.

Saat itu, biaya pendidikan masih ditanggung oleh orang tua.

“Tapi biaya kos, makan sehari-hari, dan kebutuhan hidup lainnya sudah dari uangku sendiri,” ucap Eka.

Eka memprakirakan, biaya yang harus keluar dari kantong pribadi untuk kehidupan sehari-hari berkisar antara Rp 2-3 juta.

Karena tinggal di luar kota untuk berkuliah, produksi camilan dipasrahkan ke sang ibu dan seorang kerabatnya.

Eka fokus menangani pemasaran jarak jauh.

Eka  juga pulang sSeminggu sekali untuk memastikan produksi berjalan lancar dan aman, termasuk mengecek kualitasnya.

Setelah lulus pada 2020, Eka meneruskan studinya di kampus yang sama. Ia masuk pada jurusan yang sama di jenjang S-2.

“Nah, kalau untuk S-2 ini, semuanya murni dibiayai dari hasil Makaroni Baper ini,” akunya.

Bagi Eka, pemasaran menjadi salah satu kunci dalam berwirausaha. Maka, ia begitu fokus untuk masalah ini.

Saban hari, ia tak pernah lepas untuk memasarkan produknya secara online.

“Sebulan itu, saya bisa habis Rp 500.000 untuk paketan data. Untuk promosi di sosial media,” terang Eka.

Eka juga masih rajin menyetorkan produk camilan buatannya ke kafe-kafe  di Trenggalek.

Marakoni Baper juga sudah masuk ke toko swalayan modern berjaringan yang ada di Kabupaten Trenggalek.

Dalam sebulan, Eka rata-rata memproduksi camilan sebanyak 2.000 kemasan.

“Tapi kalau pas ada pesanan, bisa sampai 5.000 kemasan juga. Soalnya, kapasitas produksinya bisa sampai 500 kemasan per hari,” tutur Eka.

Dia berharap produk Makaroni Baper buatannya bisa merambah toko-toko swalayan yang lebih luas. Tak hanya di Trenggalek, tapi juga di daerah-daerah lain.

Ia juga ingin memperbanyak agen di daerah-daerah lain.

Sumber| https://suryamalang.tribunnews.com/2021/10/09/makaroni-baper-antar-eka-wulan-sari-kuliah-s2-di-universitas-negeri-malang-um?page=all