Mahasiswa UM Buat Sensor Gempa Bumi Ajak Perusahaan untuk Produksi

Mahasiswa UM Buat Sensor Gempa Bumi Ajak Perusahaan untuk Produksi, Surya 16 Agustus 2017

Mahasiswa UM Buat Sensor Gempa Bumi Ajak Perusahaan untuk Produksi, Surya 16 Agustus 2017

Download Surya 16 Agustus 2017

Dilatar belakangi atas keprihatinan banyaknya daerah terpencil yang rentan terdampak bencana gempa burnt empal mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) membuatsensor gempa bumi.

PEASE, atau pendulum earthquake sensor merupakan alat pendeteksi dini gempa bumi bualan Septya Hananta Widyatama, Yusuf AJi Wicaksono, Rangga Eka Santoso. dan Fltri Eka Mardiyanti.

“Sejauh Ini baru ada setsinograf sebagai pencatat dan pendeteksi gempa disuatu daerah. Namun, itu juga tldak dimiliki oleh semua daerah,” kata Yusuf pada Surya Selasa (15/8).

Seismograf juga masih memiliki beberapa kekurangan, antara lain harganya mahal, ukurannya besar, lidak semua orang bisa mengoperastkan, dan daya keeepatan informasinya eukup lama.

“Misalnya terjadi gempa di Malang, Badan Meteorologi Klimalologi dan Geofisika (BMKG) yang memiliki seismograf akan menginformasikan kc BPBD. kemudian baru disalurkan ke masyarakat. Padahal. gempa hanya dalam hilungan detik. Sehingga masyarakat yang lambat mengetahui akan terkena imbas gempa tersebut,” ujarnya.

Kirim Suara Sirine

Sementara. alat Pease yang mereka buat itu dapat dipasang di setiap rumah, bahkan fungsi ganda dengan fitting lampu. Ketika ada getaran sebesar 4 skala Richter atau di atasnya, sistem pendulum dan bandul yang ada pada Pease akan mengirim sinyal output berupa bunyi ke speaker.

Bunyi itu terdiri atas dua macam. yailu sirine selama 11 detik dan suara peringaian persuasif selama 11 detik. Tidak hanya bisa mendeteksi getaran horizontal, tapi juga dtsebabkan oleh getaran vertikal. Alat kami sudah bisa mendeteksi kednanya karena sudah dilengkapi sistem deteksi axis X, Y, dan Z,” jelas mahasiswa Teknik Mestn UM itu.

Getaran minimal 4 skala Richter dipilih karena gempa skala tersebut sudah bisa merobohkan rumah.

“Belum lagi jika di-setting di bawah itu, lakutnya akan mendeteksi getaran biasa yang bukan gempa bumi,” ungkap mahasiswa asal Blitar itu.

Keunggulan Pease, lanjul Yusuf, adalah hemat biaya serta arus listrik yang dikonsumsi cukup sedikt. “Arus listrik hanya untuk mengisi daya baterai sebesar 4.000 mAh yang ada di dalam alat. Selelab baterai terisi penuh. arus listrik akan otomatis terputus karena alat akan sepenuh nya menggunakan baterai,” terangnya.

Produk basil penelitian itu lolos dalam ajang Pckan. Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIIMNAS) 2017 di Makassar
pada akhirAgustus 2017.

“Selelah P1MNAS, kami akan fokus meneliti keefektifan alat ini langsung ke desa rawan gempa di sekilar Malang Raya,” ucapnya.

Alat tersebut dalam waktu dekat juga akan diujikan di BMKG Pandaan untuk memeriksa apakah alat pendeteksi gempa buatan mereka itu lelah sesuai prosedur dan lepat sasaran.

“Kami Juga terbuka untuk perusahaan yang ingin memproduksi alatkami seeara massal untuk membantu daerah rawan terdampak gempa di Indonasia,” tutupnva. (neneng uswatun hasanah)

Leave a Reply

Your email address will not be published.