Lulus Doktor, Dosen ITN Malang Angkat Disertasi Tentang Program Keahlian Ganda Guru SMK

 

SURYAMALANG.COM, MALANG – Dr Agung Panji Sasmito SPd MPd, dosen Program Studi Teknik Informatika S1 ITN Malang baru mengantongi gelar Doktor bidang Pendidikan Kejuruhan dari Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang (UM).

Ia diwisuda UM pada Maret 2021. Disertasinya mengangkat tema “Analisis Pelaksanaan Program Keahlian Ganda Menggunakan Pendekatan Evaluasi Model CIPP.”

Program ini pernah dilakukan Kemendikbud pada  2017-2019 yang lalu. Tujuannya waktu itu adalah memperbanyak guru produktif dari SDM guru yang ada.

“Pada 2017 ada kebijakan pemerintah melalui nawa cita mengenai paradikma pendidikan kejuruhan. Revitalisasi pendidikan vokasi (kejuruhan) salah satu kebijakannya melalui PKG,” jelas Agung, belum lama ini.

Ia mengaku tertarik mengerjakan ini karena masih belum adanya penelitian ini di Indonesia maupun di dunia. Dikatakan, PKG memberikan peluang kepada guru SMK untuk memiliki keahlian lebih dari satu.

Misalnya, guru SMK pengajar informatika berpelung bisa mengajar di bidang yang lain. Bisa satu rumpun (jurusan) atau lintas rumpun.

“Nah, pemerintah ingin menambah satu keahlian lagi bagi guru melalui program itu (PKG),” ujarnya dosen muda ini.

Dikatakan, revitalisasi pendidikan vokasi yang dicanangkan pemerintah Indonesia mengharapkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih bisa mempersiapkan individu dalam memasuki dunia kerja.

Sekaligus menyongsong ASEAN Economic Community dan APEC. Program ini sekaligus memberi peluang terpenuhinya kebutuhan guru produktif SMK yang saat ini kekurangan.

Namun sejauh ini menurut Agung belum ada evaluasi terkait PKG di Indonesia. Untuk itu, Agung memfokuskan penelitiannya dengan menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan PKG dengan model evaluasi CIPP.

Yaitu meninjau dari perencanaan kebutuhan (context), masukan (input), pelaksanaan (process), serta hasil (product) PKG yang bermuara pada rekomendasi berupa perpaduan on dan in-service training pada Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan yang dapat dikembangkan dari kajian PKG.

Rancangan penelitian menggunakan teknik Mixed Methods Research yang dilaksanakan di pusat belajar PPPPTK BOE Malang dan sekolah-sekolah penyelenggara PKG di Jawa Timur serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel yang digunakan sebanyak 318 responden. Terdiri dari 173 guru peserta, 56 instruktur, 46 pendamping, dan 43 kepala sekolah.

Termasuk di dalamnya 47 SMK, industri, dan kedinasan yakni Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan Dinas Pendidikan dan Olah Raga Propinsi DIY.

“Pak Jokowi (pemerintah) kan menggandeng P4TK sampel representative yang melaksanakan PKG. Di Jawa Timur saya mengambil sample di Surabaya, Malang, Banyuwangi, Jember, Madiun, Batu,” jelas dia.

Sedang sampel di Provinsi DIY yaitu di Kota Jogja, Sleman, Gunung Kidul dan Bantul. DIY melakukan program PKG karena dikenal sebagai kota pelajar. Dosen asal Kota Batu menjelaskan, dari hasil penelitiannya didapat evaluasi.

Pertama, guru bisa menambah satu jenis keahlian lagi bahkan bisa lebih dari satu. Kedua, semua pendidik (guru dan dosen) bahkan semua orang yang mengajar perlu memutakhirkan diri selalu keilmuwan. 

Baik serumpun maupun tidak serumpun. Ketiga, lifelong learning (belajar sepanjang hayat). Keempat, self-efficacy merupakan salah satu kemampuan individu dalam pengaturan diri.

“Guru akan lebih berprestasi kalau punya self-efficacy diri. Dan, orang yang punya keahlian serumpun akan jauh lebih berprestasi dari orang yang tidak serumpun,” imbuhnya.

Maka dari hal ini bisa dilihat memang orang bisa memiliki keahlian ganda.

“Buktinya guru-guru yang sudah memiliki keahlian awal bisa ditambah lagi,” kata Agung.

Ditambahkan, salah satu temuan lainnya adalah satu model pelatihan guru bisa diimplementasikan ke pelatihan/pendidikan dosen.

“Namun sayangnya program pemerintah ini setelah selesai tidak ada tidak lanjut yang berjangka,” tekannya.

Padahal dari penelitiannya, ada fenomena atau kecenderungan guru desa berani mengambil dan mengajar lintas jurusan dibanding guru perkotaan.

“Kalau di desa kebanyakan alasannya karena kekurangan guru. Jadi mau tidak mau ya harus mengajar. Kalau di kota banyak yang nyaris pas. Mungkin nyaman di jurusannya masing-masing,” timpalnya.

Ia melihat PKG bermanfaat bagi para guru. Namun dari pemerintah belum ada payung hukum ketika guru telah memiliki dua “SIM”.

Mereka bisa memakai “SIM” yang mana dan bagaimana beban mengajarnya. Dalam pelaksanaan PKG ini pun juga masih ada kendala dan kekurangan. Misalnya, orang yang lulus S1 disamakan dengan program satu tahun.

Di satu sisi, guru tidak bisa lepas dari tugas harian. Apalagi lokasi untuk bertatap muka tidak di daerahnya sendiri. Dijelaskan dia, hasil penelitiannya bisa dijadikan bahan evaluasi pemangku kepentingan.

Jika PKG ingin dilanjutkan, maka harus ada perbaikan dan perlu ditingkatkan lagi. Sebab  PKG sangat membantu kekurangan guru khususnya di daerah.

Sedangkan bagi guru, selama pelaksanaan program guru jadi faham bahwa mereka bisa memiliki lebih dari satu keahlian.

“Makanya, saya katakan perlu adanya tindak lanjut yang kontinyu jika akan dilaksanakan kembali. Misalnya, setiap tahun tetap diadakan pelatihan dan dites kembali. Ibaratnya ilmu baru dan butuh belajar lagi,” tandasnya.

Sumber|https://suryamalang.tribunnews.com/2021/04/04/lulus-doktor-dosen-itn-malang-angkat-disertasi-tentang-program-keahlian-ganda-guru-smk?page=all