Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang Ciptakan Kader Pancasila
SURYAMALANG.COM/Neneng Uswatun Hasanah Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang
SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU – Laboratorium Pancasila atau yang dikenal juga sebagai Pusat Pengkajian Pancasila (P3) Universitas Negeri Malang (UM) sudah cukup terkenal atas kontribusinya secara nasional.
Setiap tahun sejak berdiri pada 1967, Lab Pancasila UM selalu melakukan kajian rutin bertemakan isu nasional.
“Setiap tahun tema kajian rutin kami selalu berkaitan antara satu dengan yang lain, dan fokus pada isu nasional yang sedang hangat. Hasil kajian itu lalu kami bentuk menjadi buku yang bisa dibaca masyarakat umum,” jelas kapala Lab Pancasila, Dr Al Rosyid Al Ayok MPd pada SURYAMALANG.COM, Minggu (3/9/2017).
Lab Pancasila itu terbuka bagi dosen, mahasiswa, hingga masyarakat umum, terutama jika sedang ada kajian rutin. Salah satu yang aktif hadir dan menjadi pembicara di kajian rutin adalah Prof Dr Hariyono MPd, mantan Wakil Rektor 1 UM yang kini telah diangkat sebagai Deputi Advokasi di Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
“Mungkin itu salah satu faktor terpilihnya Prof Hariyono. Namun pasti banyak faktor lain. Tapi yang jelas kontribusi beliau cukup besar dalam kajian rutin. Wawasannya pun luas berkisar Pancasila dan UUD 1945,” ujar dosen jurusan PPKN UM itu.
Selain melakukan kajian rutin, Lab Pancasila juga melakukan pengabdian masyarakat berupa pelatihan maupun konsultasi pendidikan karakter dan yang berkaitan.
“Ini sudah menjadi salah satu tujuan kami, yaitu agar setiap warga negara dapat menghayati dan mengamalkan Pancasila dan mempertanggungjawabkannya secara ideologis, psikologis, dan metodis,” terang Rosyid.
Meski perbandingan dosen lebih banyak sebagai peserta kajian dibandingkan dengan mahasiswa, namun ke depan Rosyid akan menjadikan Lab Pancasila sebagai sentral kegiatan dosen dan mahasiswa.
“Inginnya dikembangkan ke mahasiswa untuk meningkatkan rasa kecintaan terhadap Pancasila, sehingga bisa membentuk kader-kader Pancasila untuk Indonesia. Karena Pancasila itu tidak hanya 5 butir, tapi sangat luas,” tuturnya.
