Karapan Kerbau di Madura Jadi Bahan Penelitian Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Karapan Kerbau di Madura Jadi Bahan Penelitian Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Karapan Kerbau di Madura Jadi Bahan Penelitian Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Karapan kerbau atau lomba kerbau, tradisi budaya di Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep jadi penelitian tiga mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM)

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Berawal dari tugas kuliah dengan mengangkat tema potensi di daerahnya, Misbahul Ulum, mahasiswa jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM) menggarap potensi karapan kerbau di daerah kelahirannya, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura.

Bahkan kini penelitiannya tentang hal itu bisa lolos di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang dua pekan lagi akan digelar di Makassar.

“Awalnya, saat mengerjakan tugas kuliah saya ingat ayah saya yang juga pelaku karapan kerbau di Kangean. Ternyata diapresiasi dosen,” kata mahasiswa asal Kangean ini.

Penelitiannya berjudul ‘Tradisi Lombe Sebagai Upaya Konservasi Kerbau di Pulau Kangean’. Lomba ini ternyata ada sejak 1960. Biasanya diadakan saat mulai panen sampai menunggu masa panen.

“Jadi lombanya seperti buat hiburan juga tradisi agar tanaman sampai panen lancar,” ceritanya.

Namun tradisi ini bersifat lokal. Masih kalah gaung karapan sapi di Pulau Madura. Bahkan ketika ia mengurus izin penelitian di Pemkab Sumenep, ternyata juga tak banyak yang tahu tradisi lomba ini.

“Mungkin karena Pulau Kangean jauh,” kata dia.

Dari Pelabuhan Kalianget ke Pulau Kangean antara 4 jam sampai 10 jam.

“Meski bapak saya pelaku, namun saat saya di sana juga merasa acuh. Namun ketika kuliah di Malang, saya merasakan tradisi itu menarik. Saya jadi semangat mengembangkannya,” papar dia.

Ia berharap, tradisi ini bisa menjadi referensi bagi Pemkab Sumenep agar lomba kerbau di Kangean bisa menjadi wisata budaya. Sepasang kerbau yang ikut lomba juga didandani khusus. Mereka dimandikan dan diberi minyak kelapa sehingga tubuhnya mengkilat.

Selain itu juga diberi hiasan kain. Yang beda lagi, sepasang kerbau itu diampit kanan kiri kuda dengan joki. Tugas jokinya adalah memukul kerbau itu agar berlari kencang.

“Kerbau di Kangean selain untuk lomba juga dipasok ke daerah lain,” ceritanya

Sebab warga Kangean tidak makan daging kerbau serta tidak untuk membajak sawah.

“Jadi buat lomba dan dikirim ke daerah lain seperti ke Banten, Jawa Tengan dan Kalimantan Selatan,” paparnya.

Untuk pengerjaan penelitian ini, timnya ada tiga orang. Yaitu Misbahul Ulum, Irfan dan Kartika Hardiati, mahasiswa semester 5 jurusan Geografi FIS UM.

“Saya dan Irfan dari Kangean. Sedang Kartika dari Sampang,” jelasnya.

Ia berharap, dari penelitian ini di Pimnas mendapat terbaik untuk kampusnya dengan membawa seni budaya tradisi ini.

“Saya awalnya juga tidak menduga sampai lolos ke Pimnas,” komentar Misbahul. Penelitian dilakukan pada April 2017 lalu.

Bahkan dosen pembimbingnya, Yurwanti Ariyani Rahayu ikut ke Kangean. Saat ini, populasi kerbau di pulau itu sekitar 2000 ekor.

Leave a Reply

Your email address will not be published.