Hadiah untuk Dosen, Suap atau Bukan?

Download Jawa Pos Radar malang 21 Maret 2018

Rektor UIN-UM Tegas Melarang

MALANG KOTA – Pemberian hadiah oleh mahasiswa kepada  dosen agar dilancarkan dalam urusan akademik memang sudah lama dilarang. Hanya, hingga kini jarang ada kampus yang menerbitkan larangan tersebut secara resmi dan tertulis. Belakangan, salah satu kampus di Palu, Sulawesi Tengah, mengedarkan aturan tertulis perihal larangan “hadiah untuk. dosen”

Lalu, bagaimana di Malang? Apakah ada kampus yang dengan tegas melarang hal tersebut? Rupanya, dari data yang
dihimpun Jawa Pos Radar Malang, belum ada kampus di Malang yang mengeluarkan aturan tertulis soal hadiah untuk dosen. Ada larangan, tapi baru sebatas larangan lisan. “Saya sangat setuju dengan KPK, karena semua yang ada sangkut pautnya dengan pemberian berpotensi gratifikasi,” ucap Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang Prof Dr Abdul Harris kemarin (20/3).

Hadiah untuk Dosen,  Suap atau Bukan?, Jawa Pos Radar malang 21 Maret 2018

Hadiah untuk Dosen, Suap atau Bukan?, Jawa Pos Radar malang 21 Maret 2018

Selain itu, larangan pemberian hadiah juga untuk menghindari tanggapan negatif. Jika perilaku ini dibiarkan, dikhawatirkan akan ada fitnah antara dosen dan mahasiswa. “Kan dosen pembimbing sudah dibayar. Memang tugasnya membantu mahasiswa. Jadi, tidak bisa menerima bingkisan dari mahasiswa,” imbuhnya.

Imbauan untuk tidak memberi bingkisan juga dilakukan oleh Universitas Negeri Malang (UM). Rektor UM Prof Dr Rofi’uddin MPd menuturkan, jika dirasa memberatkan, mahasiswa tidak perlu membawa makanan atau hadiah apa pun saat ujian proposal atau skripsi. “Saya kira, kalau makanan ya makan saja di luar, tidak perlu dibawa ke kampus atau sampai tidak fokus ujian. Utamanya ujian itu ya harus fokus. Tidak perlumemikirkan hal lain yang membuat ribet,” katanya. Tetapi, tidak semua perguruan tinggi melakukan hal yang sama. Masalah makanan dan hadiah yang bisa dicap gratifikasi ini malah tidak diketahui oleh beberapa mahasiswa. “Saya kira wajib (membawa makanan saat
ujian). Mungkin karena senior  kalau ditanya persiapannya selama ujian suka bilang bawa makanan buat peserta dan dosen. Jadi, ya tetap dilaksanakan saja,” ujar Fany C.P., mahasiswa Universitas Brawijaya angkatan 2011.

Sama seperti Fany, Arjuna C., mahasiswi angkatan 2013 UB, juga menganggap membawa makanan saat ujian merupakan hal wajib karena sudah kebiasaan mahasiswa. (nr2/cl/riq)

Leave a Reply

Your email address will not be published.