Guru Besar UM, Aktualisasi Belum Bogus

Guru Besar UM, Aktualisasi Belum Bogus, Malang Post 18 Juli 2017

Guru Besar UM, Aktualisasi Belum Bogus, Malang Post 18 Juli 2017

Download Malang Post 18 Juli 2017

Karena da lam dunia pendidikan kenyamanan itu sangat diperlukan. Buatlah agar masyarakat nyaman dengan menjalani pendidikan selama tiga tahun nantinya. Sehingga prestasi pun akan bisa diraih dengan mudah

DUA guru besar Universitas Negeri Malang (UM) angkat bicara terkait dengan sistem zonasi yang sudah diterapkan. Yakni Prof. Dr. Supriyono, M.Pd dan Prof. Dr. Bambang Wiyono, M.Pd. Keduanya berbeda pendapat tentang sistem zonasi. Salah satu menegaskan bahwa aktualisasi sistem ini masih belum bagus.

Pendapat itu diutarakan Prof. Dr. Supriyono, M.Pd, kata dia memang perlu dibenahi zonasi dengan sistem perbaikan dan pertimbangan wilayah. Agar masyarakat yang seharusnya dimudahkan tidak merasa dirugikan. Karena tujuanawainya penyebaran tapi mengurangi macet. Penyebaran bukan berarti jarak tidak diperhitungkan.

“Karena dalam dunia pendidikan kenyamanan itu sangat diperlukan. Buatlah agar masyarakat nyaman dengan menjalani pendidikan selama tiga tahun nantinya. Sehingga prestasi pun akan bisa diraih dengan mudah,” tegasnya.

Di tempat terpisah, Prof, Dr. Bambang Wiyono, M,Pd, tampak bernada pro pada zonasi. Menurut Bambang, sistem pendidikan yang selama ini diterapkan masih berpusat pada sekolah-sekolah yang dianggap favorit oleh masyarakat. Yang pada umumnya berada di tengah kota.

“Itu bagus, zonasi yang diterapkan mampu membuat pemerataan pendidikan,” tegasnya.

Namun, bagi sekolah lain lagi, efektifitas zonasi memang belum bisa sepenuhnya dirasakan. Ini terjadi di SMAN 6 yang satu zona dengan Tlogowaru, Bumiayu, Wonokoyo, Buring dan Kebonsari ternyata tidak seratus person diisi oleh siswa dari
satu zona.

Kepala SMAN 6 Malang, Drs. Haryanto, MM, di SMAN 6 mengatakan, banyak anak-anak dari Kelurahan Kedungkandang, Mergosono yang tidak termasuk zona SMAN 6. Yang ia prihatinkan, Anak-anak dari Kecamatan Tajinan, dan Tumpang yang justru dekat dengan SMAN 6 tetap kena kuota luar zona.

“Inilah yang membuat zonasi ini tidak terlaksana sepenuhnya. Mereka yang nilainya memenuhi syarat SMAN 6, walau jauh dari zonanya, malah bisa lolos. Kira-kira kami punya 40 persen siswa di luar zona. Cukup banyak menurut saya, karena tidak sepenuhnya zona seratus persen diisi oleh siswa satu zona, dan justru yang dekat, secara administratif malah masuk kuota luar kota” jelas Haryanto.

Abdul Teddy Kepala SMAN 9 Malang juga mengakui, zonasi belum bisa 100 persen dikatakan berhasil. Karena buktinya, masih banyak siswa yang nilainya tinggi bisa lolos untuk zonasi.

“Untuk siswa yang nilainya tinggi masih diuntungkan”,” tegasnya.

Sementara itu, berbeda dengan dua kota lain di Malang Raya, siswa yang tinggal di Kota Batu termasuk yang beruntung, karena tidak ada zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Bam (PPDB) tingkat SMA.

Serbuan siswa dari luar kota pun sudah terbatasi dengan persentase yang sudah ditetapkan serta dua jalur yang sudah disiapkan yakni secara online dan offline. Untuk jalur online, prosentase siswa dari luar kota sudah ditentukan yakni sebesar 10 persen dari Pagu. “Sudah ditentukan persentasenya hanya 10 persen dari pagu, dengann 3 SMAN di Kota Batu semua terpcnuhi, “ ujar Suprantiyo, Ketua MKKS SMA Kota Batu.

Rata-rata siswa luar kota yang masuk di Kota Batu ada yang berasal dari Malang Kota, Kecamatan Dau, Karangploso, Pujon, Ngantang, Kasembon dan Singosari.

“Siswa yang dari luar kota kebanyakan memiliki nilai besar, karena itu berani ekspansi, “ ujar Suprantiyo.

Kuota untuk siswa luar daerah ini, semuanya sudah terpenuhi di Kota Batu.

Beberapa waktu lalu, menurut Suprantiyo ada orang tua siswa yang ngotot untuk melakukan persentase penghitungan, masing-masing jalur. Pihak sekolah pun mempersilahkan, hingga akhiraya orang tua tersebut mengakui.

Menurut Suprantiyo, sistem baru yang dipergunakan saat ini sudah bagus, hanya saja banyak pendaftar bingung saat pelaksanaan karena kurangnya sosialisasi.

“Sistem ini bagus karena memberikan kesempatan warga sekitar untuk sekolah di dekat rumahnya, hingga sangat memudahkan warga sekitar dan pemerataan siswa yang pintar, “ ujar Suprantiyo mengatakan sistem ini sangat cocok untuk diterapkan di Batu.

Terlebih ada tahap kedua yang disiapkan. Namun di Kota Batu hanya sedikit yang memanfaatkan tahap kedua. “Bisa dihitung dengan jari, ada 4 orang yang ikut tahap kedua. itu pun karena lupa tidak daftar ulang. “ ujarnya.

Semua untuk semua SMAN terpenuhi. untuk pagu siswa SMAN 1 Batu sebesar 432 siswa, untuk SMAN 2 sebanyak 324 siswa dan SMAN 3 sebanyak 118 siswa. Dari jumlah tersebut, untuk pagu online SMAN 1 Batu sebesar 384 siswa, SMAN 2 sebesar 292 siswa dan SMAN 3 sebanyak 103 siswa.(sin/dan/ary)

Leave a Reply

Your email address will not be published.