Ganjar Tampung Ide Dua Profesor UM

Selasa, 17 Oktober 2023 | 13:00 WIB

MALANG KOTA – Kampus-kampus di Kota Malang memiliki daya tarik tersendiri bagi bakal calon Presiden RI.

Setelah Prabowo Subianto mengunjungi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), akhir September lalu, kemarin (16/10) giliran Ganjar Pranowo yang mengunjungi Universitas Negeri Malang (UM).

Dalam sesi kuliah umum di Graha Cakrawala, Ganjar menyampaikan komitmennya dalam mendorong pendidikan bagi semua masyarakat.

Salah satu programnya yakni satu sarjana di tiap satu keluarga miskin.

Ganjar Pranowo melayani wawancara setelah sesi kuliah umum di UM selesai kemarin. (Fajar Andre Setiawan / Radar Malang)

Ganjar Pranowo melayani wawancara setelah sesi kuliah umum di UM selesai kemarin. (Fajar Andre Setiawan / Radar Malang)

”Akses pendidikan anak dari keluarga miskin harus dijamin pemerintah,” kata mantan Gubernur Jateng itu.

Dia yakin program itu bisa mendukung pemerataan kesejahteraan.

Sebab semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula dia mendapatkan pekerjaan yang layak.

Misi itu juga dilandasi data angka putus sekolah yang masih tinggi.

Ganjar menyebut, selama ini siswa yang putus sekolah berada di jenjang SMP.

Dalam kuliah umum itu, dia juga sepakat dengan masukan atas revolusi dalam berbagai bidang yang disampaikan dua panelis.

Panelis pertama yakni Prof Dr Ir Marsudi Waluyo Kisworo IPU.

Dia merinci setidaknya ada empat revolusi yang harus dilakukan dalam bidang pendidikan.

Di antaranya revolusi struktural, akreditasi, mengajar, dan belajar.

Marsudi menyebut, revolusi struktural bisa dilakukan dengan perubahan kurikulum yang membebaskan setiap lembaga pendidikan mendesain kurikulum yang fleksibel dan relevan dengan situasi, kondisi, dan perkembangan zaman.

”Itu termasuk gaji guru yang perlu diperhatikan. Sebab, kesejahteraan guru selama ini masih terabaikan,” kata dia.

Selain itu, dia juga menyebut bila revolusi akreditasi tidak kalah penting.

Sebab, selama ini akreditasi hanya menilai syarat administrasi saja.

Tidak sampai mempertimbangkan kualitas lulusan dan seberapa berdampak proses dan hasil pendidikan yang dijalankan.

Sedangkan, revolusi mengajar saat ini juga perlu disesuaikan dengan zaman.

”Metode mengajar zaman dulu hanya cocok untuk siswa zaman dulu,” tandasnya.

Sementara, saat ini semua proses menuntut pemanfaatan teknologi secara masif dan pengemasan yang menyenangkan.

“Terakhir, revolusi belajar itu kewajiban siswa atau mahasiswa. Bahwa sumber belajar tidak hanya dari buku, guru, atau dosen saja. Bisa dari mana-mana,” imbuhnya.

Panelis Kedua Prof Dr Djoko Saryono MPd menyampaikan dalam mewujudkan kreativitas dan integritas, diperlukan keberanian.

”Artinya, keberanian untuk menjangkau hal-hal yang bahkan tampak muskil,” ucapnya.

Itu harus didukung oleh sistem pendidikan yang mampu mengakomodasi keberanian dalam berbagai jalan yang seolah berbeda. (dre/by)

Sumber|https://radarmalang.jawapos.com/pendidikan/813083009/ganjar-tampung-idedua-profesor-um