Dosen Psikologi UM Paparkan Soal Self Harm, Tentang Individu yang Sengaja Menyakiti Diri Sendiri

 

SURYAMALANG.COM, MALANG- Talkshow dari Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (UM) memeriahkan kegiatan seminar dan pameran di Graha Cakrawala, Rabu (29/11/2023). Sebagai narasumber adalah dosen juga psikolog Dwi Nikmah Puspitasari MPsi. Ia membahas tentang fenomena self harm atau individu yang menyakiti diri sendiri.

“Self harm adalah perilaku secara sengaja yang dilakukan individu untuk menyakiti diri sendiri dalam keadaan sadar. Tujuannya untuk menimbulkan luka pada tubuhnya dengan luka ringan sampai sedang,” jelas Pipit, panggilan akrabnya. Dan individu yang melakukan self harm karena ada masalah di personal. Namun dalam self harm itu sendiri adalah si individu ini tidak ada niatan bunuh diri.

Dosen Psikologi UM Paparkan Soal Self Harm, Tentang Individu yang Sengaja Menyakiti Diri Sendiri

suryamalang.com/sylvi/Talkshow dari Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (UM) memeriahkan kegiatan seminar dan pameran di Graha Cakrawala, Rabu (29/11/2023). 

Meski begitu, kondisi ini tidak bisa diremehkan. Maka perlu dilakukan treatment atau dengan konseling. Sebab jika tidak ditangani akan menimbulkan masalah serius karena tidak tahu area mana yang akan menimbulkan dampak lebih serius dari goresan/ irisan itu. Sebab bisa membahayakan individu tersebut.

“Maka jika melihat teman terdekatnya mengalami self harm,  segeranya diberi pertolongan pertama atau dirawat lebih dulu. Mungkin diarahkah harus kemana dulu,” jelas wanita berhijab ini. Sedang pola self harm bisa diamati karena tidak terjadi begitu saja. Tapi ada ada proses mental yang terjadi. Yaitu adanya rasa duka atau sedih atau malu yang mendalam. 

Hal ini karena ketika ada rasa itu, dia tidak bisa mengkomunikasikan atau menyampaikan ketika muncul emosional itu. Maka ia panik dan memilih self harm sebagai jalan. Biasanya, rata-rata usai melakukannya akan sedikit lega. “Tapi ini sudah masuk ke arah arah pola. Tapi ini sebagai perilaku yang tidak sesuai,” jawabnya.

Kenapa seseorang melakukan self harm? Sejauh ini tidak ada rumus pasti kenapa seseorang melakukan itu. Tapi jika membaca dari hasil penelitian, mungkin disana ada yang wawancara langsung dengan individunya, ada emosi-emosi dengan muatan negatif di dirinya yang cukup banyak. Yaitu adanya rasa kehampaan, kesedihan mendalam ketakutan, kebencian.

Emosi-emosi yang muatannya negatif itu ingin dikurangi dengan cara melukai diri sendiri. Self harm dilakukan sebagai upaya menghukum diri sendiri mereka di dunia dimana pantas dihukum dengan caranya. Dia bisa saja mendapat kelegaan dari apa yang dilakukan. 

Dikatakan, individu yang melakukan self harm itu juga kadang merasa lebih baik. Tapi apa itu benar, maka perlu ditelusuri lebih jauh, tambahnya. Karena rata-rata individu self harm itu mengalami perasaan tidak nyaman dan tidak terbuka pada lainnya. Punya teman tapi tidak dekat relasinya atau tidak rekat emosional. Sehingga tidak ada rasa lebih pada orang lain. 

“Kemudian merasa jika ia cerita ke orang lain, khawatir diceritakan lagi pada yang lainnya. Dia menganggap ini biasa saja dan tidak ingin membebani orang lain atau tidak mau dijudge orang lain atas emosi yang dia alami. Dan merasa itu adalah satu-satunya jalan atau tidak punya opsi atau pandangan untuk menghadapi emosionalnya itu,” papar Pipit.

Selanjutnya ketika ia berada dalam siklus self harm, maka ia akan hati hati. Bahkan orang lain tidak ada mengira jika ia melakukan itu.  Kecuali ada orang lain yang mengetahui atau diri sendiri bercerita. Sehingga sulit sekali sekali mendeteksinya. Biasanya malah ia menarik diri dari lingkungan karena merasa tidak ada orang yang menolong dia. 

Hal ini karena ia biasanya punya pakem/konsep terkait sosial yang tidak akan membantu dia. Dengan kondisi yang dialami, biasanya dari sisi kesehatan juga akan mengalami penurunan karena emosinya berfokus pada penderitaan dan rasa sakit yang saat ini dia alami. “Biasanya ini disertai kehilangan hobi karena merasa sudah tidak menyenangkan karena fokusnya pada emosi yang negatif yang belum terurai,” ujar dia.

Dikatakan, self harm itu akarnya pada emosi yang dilabel atau diterjemahkan pada negatif. Padahal sepanjang hidup itu kita akan bergelut dengan beragam emosi apapun itu. Baik yang menyenangkan atau tidak. Dan secara personal biasanya memiliki parameter sendiri atau tidak ada emosi yang buruk. Tapi pengaruh lingkungan menamai seperti laki-laki tidak boleh menangis.

“Padahal ya boleh. Kan manusia. Sepanjang hidup kita akan menghadapi berbagai hal dan reaksinya. Tapi kemudian ada individu yang menamai ini boleh dan tidak boleh. Emosi itu adalah sesuatu yang membawa kesan. Jadi kalau  kita sedang tidak baik-baik saja, maka ini adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang terjadi. Itu valid dan boleh saja muncul,” terang Pipit.

Sedang self harm muncul karena tidak mengenali emosi yang muncul. Maka salah satu strategi dalam mengatasi ini adalah bagaimana mengelola emosinya. Dicari akarnya di diri bagaimana mengelola emosi atau merespons emosi kita. Serta menghindari emosi agar tidak menghancurkan orang lain. Self harm umumnya terjadi pada usia remaja awal usia 12-13 tahun. 

Dan kemudian berlanjut di usia remaja akhir. Tapi kemudian turun ketika memasuki usia dewasa. Tapi fenomena terbaru terjadi pada anak-anak ke remaja yang muncul self harm. Pada anak-anak SD muncul membuat barcode di tangan. Hal ini mungkin terkontaminasi sosial media atau mereka gamers sehingga membuat barcode seperti di area lengannya. Ini upaya coba-coba. Tapi jika tidak ada pembinaan, maka bisa saja berlanjut, pungkasnya.

Sumber| https://suryamalang.tribunnews.com/2023/11/29/dosen-psikologi-um-paparkan-soal-self-harm-tentang-individu-yang-sengaja-menyakiti-diri-sendiri.