MUHADJIR EFFENDY MENTERI YANG PERNAH JADI WARTAWAN

Malang Post 28 Juli 2016

Malang Post 28 Juli 2016

MUHADJIR EFFENDY 3_1 MUHADJIR EFFENDY 2_1

MUHADJIR EFFENDY, MENTERI MUHADJIR EFFENDY,

MENTERI 2

MUHADJIR EFFENDY, MENTERI 3

MUHADJIR EFFENDY, MENTERI YANG PERNAH JADI WARTAWAN

Prof. Dr. Muhadjir Effendy bukanlah sosok asing bagi warga Malang Raya, apalagi keluarga Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Negeri Malang (UM). Maklum, Muhadjir menjabat sebagai rektor UMM semenjak tahun 2000 dan berakhir di tahun 2015. Sedangkan di UM, Muhadjir adalah dosen tetap Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Guru Besar di sana.

Kini namanya semakin dikenal seluruh Indonesia sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Sebelum pelantikan Rabu (27/7/16) kemarin,

Malang Post sempat menghubungi Muhadjir yang saat itu posisinya sudah berada di Jakarta. “Ini masih mendengarkan pengarahan. Kalau tidak ada halangan jam 2
siang saya dilantik,” tukasnya saat itu.

Tak lupa ia berkirim salam kepada seluruh wartawan dan tim redaksi Malang Post, yang selama ini senantiasa mendukung sepak terjangnya dalam dunia pendidikan. “Salam untuk teman-teman Malang Post ya, kalau sedang tugas ke Malang saya mampir Malang Post,” ucapnya.

Malang Post pernah berkunjung ke kediamannya beberapa waktu lalu. Saat ia telah menanggalkan jabatan sebagai rektor UMM Penampilannya sederhana, layaknya seorang ayah yang menikmati keheningan rumah karena para jagoan kecilnya beranjak ke sekolah.

Muhadjir, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pendidikan, Seni Budaya dan Olah raga di PP Muhammadiyah mengungkapkan, aktivitasnya setelah tidak memimpin UMM lebih sering keluar kota, hingga perbatasan.

“Banyak tugas ke daerah, saya membawahi perguruan tinggi Muhammadiyah yang berjumlah 126 di seluruh Indonesia. Kalau sekolah mulai dari SD, SMP, SMA dan SMK sekitar 5.000,” terang bapak tiga anak tersebut.

la memperhatikan pendidikan di wilayah Terpencil, Terluar, Tertinggal (3T) di pelosok negeri ini. Fokus perhatiannya adalah sekolah raulai jenjang TK hingga SMK, di sektor Muhammadiyah di wilayah 3T. “Di sana sekolah di bawah yayasan Muhamma diyah berkembang, terutama di bagian Indonesia Timur,sekolah di area itu sangat besar potensinya,” jelasnya kala itu.

Menariknya, meski sekolah di bawah naungan Muhammadiyah, siswa yang bersekolah tidak hanya bergama Islam saja, melaikan juga agama lain. “Sebab Muhammadiyah perhatikan betul tentang kerukiinan beragama,” katanya.

Begitu pula halnya dengan universitas di bawah sektor Muhammadiyah, di beberapa wilayah Indonesia Timur. Muhadjir menceritakan, di wilayah Maluku Utara, no tabene warganya beragama non Islam namun tetap menempuh pendidikan tinggi di
Universitas Muhammadiyah.

“Karena prinsip pendidikan bukan dikelompokkan untuk agama tertentu. Konsepnya luas. Bahkan di sana kami juga undang pastur dan pendeta untuk mengajar mata kuliah pendidikan,” kenangnya.

Motivasinya sangat kuat terhadap pemerataan pendidikan tanpa pandang bulu bahkan agama. Tak salahjika Presiden Repunlik Indonesia, Joko Widodo, menetapkan Muhadjir sebagai Mendikbud menggantikan Anies Baswedan.

Muhadjir Effendy menjadi rektor kelima Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mulai tahun 2000. la merupakan sosiolog yang ahli di bidang militer dan sekaligus sebagai intelektual muslim. la mengawali karir di UMM sebagai karyawan honorer, lalu di tahun 1986 ia menjadi PNS di IKIP Malang (sekarang UM, red) dan di perbantukan di UMM. Kariernya sebagai dosen terns moncer hingga dipercaya menjabat sebagai Wakil Rektor III semenjak tahun 1984. Pada saat itu, jabatan rektor sedang dipegang oleh Prof. Malik Fadjar, M.Sc.

Pada tahun 1996, Muhadjir dipercaya oleh UMM menjadi Pembantu Rektor I dan berakhir pada tahun 2000 saat dia terpilih menjadi rektor. Saat itu Muhadjir sebenamya melakukan dua tugas jabatan sekaligus, ya PR 1 tapi juga merangkap tugas dan tanggung jawab rektor, sebab Malik Fadjar kala itu dipercaya sebagai Menteri Pendidikan Nasional dan aktivitasnya lebih banyak di Jakarta.

Selain mengabdikan diri di bidang pendidikan, Muhadjir juga dikenal sebagai kolumnis yang banyak menyoroti masalah agama, pendidikan, sosial, politik dan juga tentang kemiliteran. la termasuk sedikit dari akademisi yang rutin menulis di media massa. Aktivitasnya tersebut terbentuk sejak mahasiswa. Sebab pria asal Madiun itu juga lihai dalam menulis esai. Ini karena pengalaman sewaktu mahasiswa, ia aktif sebagai wartawan yang mengawali lahirnya Komunikasi, koran kampus UM, tempat ia menempuh pendidikan dan mengajar. Saat mahasiswa, Muhadjir aktif menjadi wartawan tidak hanya di koran kampusnya di UM tapi juga sebagai wartawan di koran Semesta Surabaya, wartawan Warta Mahasiswa Dikti, koran Mimbar Universitas Brawijaya.

Cikal bakal koran kampus Bestari di UMM juga lahir dari sosok cerdas dan kritis ini. Tak hanya itu, pria berusia 60 tahun itu banyak melakukan kegiatan sosial karena perannya sebagai pengurus Muhammadiyah, mulai tingkat ranting hingga PP. Selain dipercaya menjadi salah satu anggota Badan Narkotika Nasional, Pendekar Tapak Suci, dia juga menjadi Dewan Penasehat Asosiasi Wartawan Indonesia wilayah
Malang Raya.

Rektor UMM saat ini Drs. Fauzan, M.Pd sudah menyangka apabila rekannya itu akan menjadi menteri. “Indikasi menjadi menteri memang sudah lama, setiap ada isu reshuffle nama beliau selalu muncul,” katanya.

Mantan Wakil Rektor II, saat Muhadjir masih menjabat rektor itu menyatakan, sosok Muhadjir memang memiliki prestasi kerja yang baik, terutama untuk pengembangan pendidikan. “Tak salah itu, yang menjadi entry point pak Jokowi memilih pak Muhadjir,” ucapnya.

Fauzan mengungkapkan Muhadjir adalah sosok humanis dan humoris, selama menjabat sebagai rektor. “Kalau belum kenal kelihatannya serius sekali. Padahal aslinya tidak, orangnya humoris,” kenangnya.

Tak hanya itu, Fauzan men-gisahkan suami dari Suryan Widati, SE,MSA,Ak, dosen Politeknik Negeri Malang (Polinema) tersebut juga terkenal memiliki komitmen kerja berkualitas. “Ciri khas beliau selalu menciptakan kerja kompetisi,” katanya.

Dengan jabatan tersebut, Fauzan berharap agar rekan seperjuangannya dalam
mengembangkan UMM itu bisa menjalankan tugas negara dengan baik. “Harapan
kami beliau bisa sukses mem-bangun pendidikan bangsa, sesukses beliau mengem bangkan institusi Muhammadiyah,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM mengatakan tidak heran jika rekannya itu akan menjadi menteri. “Karena beliau dari segi akademik juga bagus, pintar dalam urusan manajerial,” katanya.

Oleh karena itu, menjadi menteri dirasa sebagai jabatan yang cocok disandang oleh Muhadjir saat ini. “Buktinya cukup nyata, pengembangan UMM di sisi pendidikan cukup bagus,” tutumya.

Bambang menggambarkan Muhadjir sebagai sosok yang memiliki wawasan pendidikan luas. Selama menjabat sebagai menteri, status Muhadjir sebagai dosen tetap di FIP UM pun akan off sementara. “Karena jabatannya sebagai menteri. Tanggung jawab juga besar. Maka kegiatan mengajar sementara off dulu. Baru nanti kalau sudah selesai menjabat, akan kembali menjadi dosen di sini,” tutupnya.

Sementara itu, usai dilantik, Muhadjir mengatakan akan melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh pendahulunya. “Saya akan meneruskan apa yang sudah berjalan,” katanya di Istana Negara.

Menurut dia, Presiden Jokowi telah memandatkan sejumlah sekfor dalam bidang pendidikan yang perlu diperbaiki. Yakni, pendidikan vokasi dan penggunaan Kartu Indonesia Pintar (KIP). “Dua hal itu adalah bentuk break down dari isu besar yang dicanangkan oleh pak presiden. Yang pertama tentang pemerataan, break down-nya di sektor pendidikan, lalu ketenagakerjaan,” jelas dia.

Muhadjir menjelaskan, pendidikan adalah penyedia SDM terutama di bidang pendidi kan tenaga-tenaga terampil menengah, sehingga dia pun akan mempertajam pendidikan vokasi.  “Kita coba upayakan agar pendidikan vokasi di Indonesia lebih baik, SMK lebih spesihk dan betul-betul memiliki kompetensi yang bisa dipertanggung jawabkan, misalnya dalam bentuk sertiifkat,” tukas Muhadjir.

Sedangkan Anies Baswedan tampak berlapang dada menerima hasil reshuffle. Pada Muhadjir, Anies menitipkan beberapa program pendidikan yang sudah berjalan selama kepemimpinannya di/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Dia berharap, program tersebut bisa diteruskan atau ditingkatkan kembali mengingat cukup penting bagi masa depan anak bangsa.

“Pertama soal akses melalui program Indonesia pintar. Juga menyangkut sekolah garis depan dan guru garis depan,” ucapnya usai acaraperpisahan dengan pegawai Kemdikbud.

Anies menyebut, tidak lama lagi pendidikan menengah juga akan diotonomikan ke provinsi. Untuk itu, Mantan Rektor Universitas Paramadina itu berharap Mendikbud baru dapat mengakomodasi dengan baik sehingga dapat membantu peningkatan mutu pendidikan.

“Program budi pekerti yang sudah dijalankan juga harap diteruskan. Apalagi kemarin kami sudah menyiapkan tahun ajaran baru tanpa adanga perpeloncoan, meski masih ada satu atau dua yang ditemukan. Sekarang anak tak takut lagi dan suasana sekolah aman dan nyaman,”papamya.(nia/ok/han)

Leave a Reply

Your email address will not be published.