Prof Dr Sutopo MSi, Guru Besar Pertama Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Prof Dr Sutopo MSi bakal dikukuhkan sebagai guru besar pertama Universitas Negeri Malang (UM) untuk Ilmu Pendidikan Fisika pada FMIPA pada Senin (14/1/2019.

Dia menjalani proses gladi bersih pengukuhan pada Jumat (11/1/2019).

Untuk menjadi profesor, ia mengaku mengalir saja mengikuti proses.

“Tidak ada niatan yang sangat kencang untuk menjadi profesor,” jelas Sutopo kepada SURYAMALANG.COM.

Karena prinsipnya adalah ia bisa melayani mahasiswa belajar sebaik-baiknya.

Bahkan untuk riset-risetnya juga jarang yang dibiayai sponsor.

“Karena riset di pendidikan fisika tidak perlu biaya besar.”

“Tapi di satu sisi saya memang enggan mengurus administrasi keuangan yang bisa menghabiskan waktu,” kata pria kelahiran Ponorogo Jawa Timur ini.

Sutopo menyelesaikan S3 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung selama tuga tahun.

“S3 saya lebih cepat dibanding S2 saya di UGM,” kata dia.

Alasan meneruskan S3 (2010-2013) karena ingin mengembangkan ilmu pendidikan fisika. Saat di UPI, co promotornya adalah almarhum Prof Bruce Waldrip dari Monash University Australia

“Saat itu UPI sedang menginternasionaliskan pasca sarjana. UPI mencari profesor untuk membimbing,” kisahnya.

Ia ditawari dan mau. Prof Bruce dikenal sangat perhatian ke mahasiswanya.

Misalkan meski agak sibuk, tapi cepat sekali untuk memberi masukan draftnya.

Termasuk memberi semangat saat tulisannya ditolak oleh jurnal internasional. Padahal ia sempat tidak semangat lagi dan merencanakan tulisan kedua.

“Topo, 95 persen submit pertama biasanya ditolak. Bahkan sekelas peraih nobel,” tuturnya.

Maka tulisan itu diperbaiki dan bisa dimuat di jurnal. Bekal itulah yang bisa melengkapi syaratnya untuk menjadi profesor yaitu ada tulisan di jurnal internasional.

Rencana dalam pengukuhannya nanti, ia akan membawakan pidato ilmiah “Memfasilitasi Siswa Memahami Fisika Secara Bermakna dan Koheren : Tantangan dan Alternatifnya.

Dikatakan dia, apa yang disampaikan merupakan pendapat akademisi.

“Ini pendapat akademisi. Bebas dari kaitan-kaitan lainnya seperti kurikulum atau kualitas guru,” jelasnya.

Dikatakan, ilmu fisika selama ini terkesan sulit, banyak rumus dan hanya untuk orang-orang pinter dan hafal rumus.

Namun ia ingin fisika bermanfaat dan mudah dipahami siswa.

Apalagi di satu sisi guru fisika juga mendapat banyak tugas tambahan.

Sehingga apa yang menjadi kesulitan atau yang dipikirkan siswa kurang terperhatikan.

“Sebelum siswa belajar di sekolah, siswa itu sudah punya ilmu sendiri dari pengamatan-pengamatan sejak kecil. Kenapa begini, begitu,” paparnya.

Hal itu tidak dibantu dengan pola pikir yang mendalam.

Sehingga dengan ilmu masing-masing itu, setiap siswa punya teori yang berbeda.

Maka penting bagi guru untuk menambah wawasan agar bisa menghadapi ‘gangguan’ itu.

Namun sayangnya waktu guru di kelas juga tidak banyak sehingga kurang bisa memahami bekal siswa yang terbangun lama.

Sehingga potongan-potongan pengetahuan siswa yang tak terkait dengan fisika bisa diperlemah. Yang bisa diperkuat.

Dikatakan, penggunaan rumus fisika juga bukan buat sekedar berhitung namun untuk mengkuatisasikan fenomena.

Dia sendiri saat mengajar pada mahasiswa S1 dan S2 juga melakukan diagnosa.

Sumber dari: http://suryamalang.tribunnews.com/2019/01/11/prof-dr-sutopo-msi-guru-besar-pertama-pendidikan-fisika-universitas-negeri-malang?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published.