Lebih Dekat dengan Nyie Masayu, Pemenang Duta Hijab Radar Malang 2020

Ahli Karate yang Mendobrak Stigma Sosok Tomboi

Go Break Your Limits. Berjuang maju, lawan semua keterbatasan. Tema Duta Hijab Radar Malang (DHRM) 2020 kali ini benar-benar melekat kepada sosok Nyie Masayu. Sejak kecil mengikuti olahraga bela diri karate, bukan berarti dirinya harus berpenampilan tomboi. Nyie Masayu justru melampaui stigma tersebut dengan memilih terjun di dunia beauty pageant. Seperti apa kisahnya?

SANDRA DESI CAESARIA

Nyie Masayu berpegangan tangan sangat erat dengan Ade Rara di panggung Grand Final Duta Hijab Radar Malang 2020. Gurat wajah yang cemas dan merasa deg-degan masih terpancar jelas di wajah mereka. Meskipun keduanya terus menebar senyum dan menatap satu sama lain.

Salah satu dari mereka menunggu disematkan mahkota Duta Hijab Radar Malang dari pemenang tahun sebelumnya, Farra Hira Mitha Famudji. Satunya lagi, tentu harus berpuas diri di posisi runner-up I.

Farra yang menggunakan gaun berwarna cokelat muda dengan aksen emas itu tak membutuhkan waktu lama untuk menyematkan mahkota. Nyie Masayu terkejut, kepalanya yang diberi mahkota. Sontak, taburan confetti, ucapan selamat, tepukan meriah, dan keriuhan pendukungnya langsung memadati atrium Mal Olympic Garden (MOG) Sabtu malam (22/2).

Bagi Nyie Masayu, dunia beauty pageant bukanlah hal yang baru baginya. Tahun 2018 lalu, dia juga terpilih menjadi Duta Kampus Universitas Negeri Malang (UM). Keinginannya memasuki dunia keputerian ini bukan sekadar iseng semata. ”Saya ya awalnya belum niat menjajal dunia pageant seperti ini. Hanya saat melihat duta kampus dulu, ada perasaan ingin aktif, jadi tak cuma kuliah lalu pulang,” ujar mahasiswi angkatan 2018 tersebut.

Nyie Masayu memang berbeda dengan mahasiswi seangkatannya. Jika mahasiswi lain lebih memilih hanya kuliah, Nyie Masayu justru sebaliknya. Pehobi olahraga bela diri karate ini pun mendaftar menjadi Duta Kampus UM. Meski awalnya hal itu dilakukan hanya iseng, tapi ternyata mengasyikkan.

Sejak prosesi seleksi hingga pemilihan, dia mengaku senang  ternyata dunia pageant bisa membuatnya sibuk dan belajar banyak. ”Karena sejak kecil saya aktif di banyak kegiatan. Jadi, ketika kuliah tidak ngapa-ngapain ya kurang enak,” tambahnya.

Nyie Masayu sempat bercerita, dia yang tinggal di kawasan Landungsari, ini harus rela pulang-pergi (PP) ke Batu sejak SMP demi menggeluti dunia karate. ”Saya ikut karate, di Batu itu atlet kan dibina. Jadi, saya sejak remaja aktif karate,” terangnya. Semenjak menggeluti karate, dia aktif mengikuti lomba di mana pun, baik di tingkat kota maupun provinsi dan nasional.

Tak jarang, cap tomboi pun melekat di semua perempuan yang menggeluti dunia atletik. ”Tapi bagi saya, atlet itu bukan halangan bagi saya untuk bebas bergerak dan aktif bergerak, apalagi di dunia pageant,” tambah perempuan yang juga hobi menonton film ini.

Seingatnya, semua kawannya yang mengikuti karate saat ini banyak yang menjadi polwan dan atlet. Ada juga yang menjadi tentara. Hanya dia yang banting setir ke dunia beauty pageant.

”Saya pun sempat mengambil cuti kuliah di semester dua gara-gara ingin menjadi polwan. Bersama sepupu saya, tapi saya gagal. Hanya sepupu saya yang sukses menjadi polisi,” singkatnya.

Dia pun tidak risih dengan stereotipe jika perempuan yang menggeluti karate ada cap sebagai sosok tomboi. Justru dia ingin mendobrak stigma tersebut. ”Karena perempuan itu mau atlet atau tidak, harus kuat dari dalam dan luar,” tambah alumnus SMAN 1 Batu ini.

Meski sering berlaga karate dan ditonton banyak orang, Nyie Masayu sendiri sempat nervous dengan masalah public speaking. ”Karena itu hal baru buat saya. Alhamdulillah, banyak sekali teman, guru, dan sosok lain yang mengajarkan saya untuk lebih banyak belajar lagi,” kata dia.

Malah, saat ada keinginan menjajal Duta Hijab Radar Malang 2020, dia didorong semua kawan, senior, dan pihak UM untuk terus mewujudkan mimpinya. Meski saat berhasil lolos menjadi finalis Duta Hijab Radar Malang 2020, dia mengatakan pasrah kepada sang pencipta. ”Saya pasrah. Karena di sini banyak sosok lain yang pantas menjadi pemenang,” kata mahasiswi jurusan akuntansi ini.

Saat ditanya, siapa sosok ideal menurutnya yang pantas menjadi Duta Hijab Radar Malang 2020, dia menjawab sosok Ade Rara, si runner-up I, yang berhak. ”Karena dia tenang pembawaannya,” jelas dia.

Dia sendiri bingung, apa yang menjadi dasar dari juri memilihnya. Namun, jawaban dari pertanyaan juri saat di babak lima besarlah yang diyakini membuat dirinya menang. Saat itu, dia ditanya apa makna dari hijab. Nyie Masayu menjawab dengan tenang. Jika hijab itu syariat Islam dan bukan pilihan melainkan kewajiban. ”Maka dari itu, tidak boleh menjadi penghalang, justru sebaliknya harus menjadi kekuatan,” tutup Nyie Masayu.

Sumber dari: https://radarmalang.id/lebih-dekat-dengan-nyie-masayu-pemenang-duta-hijab-radar-malang-2020/

Leave a Reply

Your email address will not be published.