Dianggap Paling Inovatif Raih Juara I di MTQMN XV

Dianggap Paling Inovatif Raih Juara I di MTQMN XV , Jawa Pos Radar Malang 5 Agustus 2017..

Dianggap Paling Inovatif Raih Juara I di MTQMN XV , Jawa Pos Radar Malang 5 Agustus 2017..

Download Jawa Pos Radar Malang 5 Agustus 2017.

Para penyandang tunarungu kini punya cara baru dalam belajar membaca Al quran . Sebab, sudah ditemukan aplikasi  berbasis Android untuk penyandang tunarungu membaca dan memahami arti setiap ayat dalam Alquran.

Butuh Delapan Bulan Bikin Aplikasi

M. ILHAM Nurhakim tampak mengeluarkan smartphone- nya. Dengan penuh semangat, dia memperliliatkan di smartphone tersebut yaitu sebuah aplikasi karyanya bersama dua mahasiswa lain. Menurut dia, karena tergolong inovasi yang baru, aplikasi yang diberi naraa Qur’ani ini meraih juara I pada ajang Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) XV di Universitas Brawijaya (UB), 28 IuIi-3 Agustus. Baru-baru ini dm tersebut meraih juara terbaik I untuk bidang desain aplikasi komputer Alquran.

Kemudian llham-sapaan akrabnya- menjelaskan cara kerja aplikasi tersebut. Menurut dia, ada empat menu pada aplikasi ini, Yaitu, menu untuk belajar huruf hijaiah, menu Iqro I-6 untuk belajar membaca Alquran, menu Juz Amma, dan menu evaluasi.

Nah„ketika pengguna aplikasi  ini memencet menu hijaiah, maka akan tampil gambar huruf hijaiah yang disertai dengan bunyi dan video yang berisi gerakan bahasa isyarat yang bisa dipahami oleh penyandang tunarungu. Begitu juga dengan menu Iqro, jika diklik akan
muncul tulisan bacaan dalam Iqro beserta suara dan video bahasa isyarat yang diperagakan oleh mahasiswa.

Demikian juga dengan menu Juz Amma. Jika Anda membukanya akan muncul tulisan bacaan-bacaan surat dalam Juz Amma lengkap dengan pelafalan dalam huruf Latin dan terjemahnya. Lalu, ada juga suara dan video bahasa isyaratnya. Sedangkan menu evaluasinya,
menurut Ilham, dilengkapi dengan evaluasi hijaiah dan evaluasi Iqro, “Jadi, jika seorang penyandang tunarungumengucapkan satu huruf hijaiah, maka akan muncul di layar HP dan bakal dievaluasi, Nanti akan diberi jawaban yang diucapkan tersebut benar atau salah,” jelasnya.

Tampilan konten evaluasi mempunyai 2 evaluasi, yaitu “Hijaiyah dan Iqro’! Evaluasi ini menggunakan sistem speech recognition (pengenalan suara), di mana sistem memasukkan suara ke Android. Hal ini sebagai salah satu pembelajaran oral (pengucapan) yang baik bagi penyandang tunarungu untuk pembiasaan. Dalam konten ini, mereka akan dilatih untuk mengucapkan huruf hijaiah. Di akhir pembelajaran akan muncul evaluasi hasil dan jawaban yang diucapkan.

Ilham mengungkapkan, bagi penyandang tunarungu, aplikasi Qur’ani ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran Alquran yang mudah dan praktis. Dia menuturkan, tidak hanya penyandang tunarungu yang bisa memperoleh manfaat dari penggunaan aplikasi ini. Aplikasi Qur’ani ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengatasi keterbatasan penyandang tunarungu dalam belajar Alquran
sekaligus membuat pembelajaran lebih bergairah melalui pemanfaatan teknologi.

“Bagi orangtua, aplikasi Qur’ani ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar yang dinamis dan bisa digunakan sewaktu-waktu. Bagi orang tua yang juga sebagai pengawas langsung dalam mendidik anak penyandang tunarungu untuk belajar membaca Alquran,” imbuhnya.

Ilham juga menyatakan bahwa aplikasi ini sudah dirilis di Google Play Store. “Mudah-mudahan aplikasi ini bisa dinikmati oleh penyandang tunarungu di seluruh Indonesia,” pungkasnya.

Aplikasi Qur’ani tersebut di ciptakan oleh tiga mahasiswa UM. Yaitu, dirinya sendiri (M. Ilham Nurhakim, mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah), RonyAldhea Dwi Cahya (Jurusan Pendidikan Teknik Informatika), dan Ellyn Widayuk (Jurusan Desain Komunikasi Visual). “Ide merancang aplikasi ini berawal dari keprihatinan saya dan teman-teman ketika melihat penyandang tunarungu. Kami merasa gelisah terhadap pembelajaran Alquran pada pe¬ nyandang tunarungu yang masih sangat minim. Hal tersebut kami lihat di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) dan Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa (YPTB) SLB  Tunarungu Malang. Di sana, penyandang tunarungu belajar ngaji dengan cara konvensional melalui buku dan papan tubs,” terang Illiam yang menjadi ketua tim.

Di sisi lain, dia menyatakan, problematika yang ada saat ini adalah penyandang tunarungu masih sedikityang dapat belajar membaca Alquran sejak usia dini. Melalui aplikasi tersebut, memungkinkan bagi penyandang tunarungu dapat mengaji Alquran tanpa bimbingan orang lain. Mahasiswa angkatan 2014 ini menyatakan, penyandang tunarungu sulit memahami bahasa Alquran. Mereka sulit menghafalkan huruf-huruf hijaiah, apalagi membacanya secara fasik. Kelainan wicara yang mereka alami berkontribusi besar di dalamnya.

Ironisnya, Ilham menyatakan, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggunakan model dan pendekatan konvensional dalam pembelajaran membaca Alquran bagi penyandang tunarungu. ’’Tentunya, hal ini kurang efektif apabila diterapkan untuk penyandang tunarungu. Ketidak efektifan ini dapat mengurangi hak-hak penyandang tunarungu dalam memperoleh pengetahuan yang sama dengan
orang nondifabel,” ujar dia.

Ilham menyatakan, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikan aplikasi ini. Untuk biayanya, mereka merogoh kocek sendiri. Total untuk membuat aplikasi itu sekitar Rp 3 juta yang mencakup pembuatan website, pembuatan video, pengerjaan IT, dan lain-lainnya.

Beberapa kesulitan yang di hadapi oleh timnya di antaranya, ketika pembuatan isi (konten), pembuatan video, melakukan riset awal di lapangan, hingga penyesuaian pembelajaran kepada penyandang tunarungu. Menurut dia, untuk membuktikan efektivitas aplikasi ini, dia langsung mengujicobakan kepada anak-anak tunarungu dari YPTB . Tunarungu Malang. Dan, rata- rata mereka merasakan kemudahan menggunakan aplikasi tersebut dalam membaca Al¬ quran. (*/c2/Iid)

Leave a Reply

Your email address will not be published.