Bedah Buku “Pemeluk Angin”, Puisi Klasik Ciri Khas Karya Dewi R Maulidah

Kegiatan kekaryaan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) terus berkembang. Tidak hanya melalui karya-karya ilmiah, namun karya sastra pun terus pesat dihasilkan dan didiskusikan.

Itu seperti yang dilakukan pada Sabtu (23/3/2019) di Kafe Pustaka Perpustakaan UM.

Selain dilakukan bedah buku sehimpun puisi berjudul Pemeluk Angin karya Dewi R Maulidah yang juga alumnus Bahasa dan Sastra Indonesia UM, juga dilakukan pembacaan puisi.

Sebelum bedah buku dilakukan, Dewi sang penulis malam itu menceritakan proses kreatifnya dalam menulis karya-karya itu.

Puisi-puisi yang ia tulis menurutnya adalah beberapa hal yang memang dekat dengan kehidupannya.

Itu mulai dari beberapa pengalaman cinta hingga beberapa tanggapannya terkait realita sosial yang ada di sekitarnya. Namun, dalam kegiatan kreatifnya itu, pemilihan kata menjadi poin penting.

Menurutnya, keindahan kata adalah pembeda antara karya puisi dengan karya lainnya.

“Saya menulis apa yang dekat dengan saya. Saya ungkapkan dalam puisi-puisi ini,” terang penulis yang karyanya diterbitkan Pelangi Sastra itu.

Firdausya Lana dari komunitas Lingkar Studi Filsafat Discourse (LSFD) yang menjadi pembedah buku menanggapi gaya dari kepenulisan Dewi.

Menurutnya, puisi Dewi memliki kekhasan tersendiri dalam konten isi maupun penggarapan struktur puisi itu.

Beberapa kekhasan itu terlihat pada puisi Dewi yang lebih mengarah pada puisi-puisi klasik.

Membaca puisi-puisi Dewi, mengingatkan Firda ketika membaca puisi-puisi Melayu seperti karya Amir Hamzah yang memperhatikan rima. Saat ini penulisan itu sangat jarang ditemukan.

“Keistimewaan puisi-puisi Dewi itu memperhatikan tipologi puisi. Contohnya puisi berjudul belati. Bentuknya seperti belati menghadap ke bawah,” ujar mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasajana UM itu.

Tidak hanya itu, beberapa kritikan akan puisi-puisi Dewi pun juga muncul dari pembedah lainnya. Itu diungkapkan Rozi Kembara, penyair dari Malang. Menurutnya, puisi-puisi karya Dewi adalah sebagai karya ode karena di dalamnya beberapa pembahasan belum tuntas bagi beberapa bab yang seharusnya harus penulis tuntaskan.

“Seperti pembahasan belum tuntas pada bab gelombang pagi (dalam buku itu),” ungkap Rozi.

Selain dilakukan diskusi bedah buku disertai dengan menceritakan proses kreatif dari penulis buku, kegiatan bedah buku ini semakin seru kala beberapa pengunjung dan bintang tamu secara bergantian membacakan puisi-puisi indah karya Dewi.

Salah satunya dilakukan dengan melodi yang diiringi grup Kaki Meja. Dari pembacaan itu pun para pengunjung selain bisa merasakan langsung energi dari puisi-puisi Dewi, mereka juga menikmati puisi dengan cara-cara berbeda yang disuguhkan malam itu.

Artikel : Moh Fikri Zulfikar Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang fikrizulfikar982@gmail.com

Sumber dari: https://surabaya.tribunnews.com/2019/06/23/bedah-buku-pemeluk-angin-puisi-klasik-ciri-khas-karya-dewi-r-maulidah?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published.